(tiga) Dehidrasi Love
Author Pov
"Ali, pagi - pagi udah jenguk Prilly???"
Umi masuk kedalam kamar yang pintunya semalaman terbuka sambil tersenyum.
"Eh, Iya Umi, liatin pasien ni gimana keadaannya!"
Ali mengaruk - garuk kepalanya yang tiba - tiba gatal.
"Kok gak ganti baju, bang?"
Umi bertanya dengan heran.
"Iya Umi, tadi malam langsung tidur, cape banget..."
"Jangan dibiasakan kaya gitu, abangkan dokter tau dong sebelum tidur sebaiknya bersih - bersih dulu!"
"Iya Umi, Ali permisi dulu!"
"Ya udah sana, Mandi..."
Umi melirik Ali yang keluar dengan ekor matanya sambil menggelengkan kepala.
"Prilly, gimana udah baikan? Apa kemarin tidurnya nyenyak?"
"Nyenyak Umi!"
'Tadinya gak bisa tidur Umi, karna ada seorang adam yang nyasar pingsan disebelahku, tapi akhirnya mata tak bisa ditahan lagi untuk terus dibuka, walaupun tertidurnya hampir disepertiga malam!'
Prilly membatin.
"Maaf tadi malam Umi tinggal ya, bahkan Umi lupa bertanya dimana rumahmu? Kenapa justru kamu menginap disini gak Umi tanya dulu, Umi jadi bingung sendiri dengan kejadian tadi malam, rasanya mengejutkan sampai Umi blank!"
Umi menyentuh bahu Prilly dan mengajaknya duduk ditepi tempat tidur. Melihat Prilly menunduk Umi mengusap bahunya.
"Yang pasti melihat tas yang kamu bawa dan melihat wajahmu yang kebingungan saat tiba - tiba menyebrang, Umi tau kamu sedang punya masalah, kamu lari dari rumah?"
Prilly menunduk dengan pikiran yang terbang pada kejadian tadi malam, dimana Byan hampir saja memperkosanya. Prilly bingung harus memulai ceritanya darimana?
Prilly memgangkat kepalanya dan menatap Umi Salma.
'Kenapa Mata Umi teduh sekali, rasanya jadi Rindu pada Mama, tapi Mama entah dimana setelah menikah lagi!'
"Apa Prilly mau cerita sama Umi?"
Umi Salma menangkap kegundahan diwajah Prilly. Entah kenapa sejak melihat Prilly tadi malam lalu membawanya pulang kerumah, perasaan yang menuntunnya untuk mengenal lebih jauh gadis didepannya ini.
"Saya gak punya rumah, Umi!"
Prilly menatap Umi Salma dengan tatapan sendu.
"Maaf, Yatim piatu?"
Umi menatap Prilly penuh tanda tanya. Prilly menggeleng.
"Papa dan Mama bercerai dan masing - masing menikah lagi, meninggalkan saya pada Om dan Tante...!"
Umi Salma menatap iba pada Prilly. Apalagi ketika Prilly menceritakan kenapa dia bisa berada dijalanan selarut itu.
"Maaf Umi, sebenarnya kening sama lutut saya terluka bukan karna hampir tertabrak mobil Umi, tapi sudah duluan terluka sebelum terjatuh lagi saat hampir tertabrak!"
Prilly menatap Umi Salma dengan mata berkaca.
"Tidak apa, Prilly, kamu pingsan setelah hampir tertabrak, dan kami merasa bertanggung jawab karna menyebabkan kamu syok dan terluka!"
Umi Salma menyentuh tangan Prilly yang dingin.
"Saya udah gak punya siapa - siapa, Umi...!"
Prilly menutup wajahnya tak tahan dengan rasa sedih yang tiba - tiba mencengkram ulu hatinya. Pedih. Selama ini dia tak pernah dengan gamblang bercerita tentang kehidupannya pada orang lain. Entah kenapa dengan Umi Salma yang bermata teduh didepannya, orang yang baru saja dikenalnya dia sudah merasa dengan ringan hati terbuka menceritakan latar belakangnya.
"Kamu masih punya Umi, yakin kejadian tadi malam sudah menjadi tulisan takdir, Allah menuntun hatimu untuk melarikan diri dari rumah dan bertemu dengan kami, itu bukan suatu kebetulan, Prilly!"
Umi Salma mengusap punggung Prilly yang ada dalam pelukannya.
"Kalau Prilly mau tinggallah disini!"
Umi Salma melepaskan pelukan.
"Jadilah adiknya Ali menggantikan Salwa!"
Umi Salma menyentuh pipi Prilly. Entah kenapa perasaannya pada gadis didepannya seperti ada chemistry, terasa nyaman dan tenang menatap gadis didepannya disamping dia iba pada latar belakang Prilly.
"Memangnya Salwa kemana, Umi?"
Prilly bertanya keheranan.
"Salwaaa......"
Umi, menarik nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Salwa sudah tenang disisi Allah!"
Suara seorang Pria setengah baya yang tiba - tiba masuk kedalam kamar membuat Prilly menoleh sementara Umi Salma kelihatan meneteskan airmata.
"Salwa meninggal karna sakit. Sejak mengetahui Salwa terkena Kanker darah Ali ingin menjadi Dokter agar bisa menyembuhkan Salwa dengan tangannya sendiri dan menyembuhkan banyak orang yang sakit."
Umi Salma terbata berkata dan Prilly menghapus airmata Umi dengan punggung tangannya.
"Kanker darah itu telah merenggut Salwa dari kami setahun sebelum Ali menyelesaikan gelar dokternya...!"
Prilly meneteskan airmatanya kembali mendengarnya.
"Sudahlah Abi, jangan kita ungkit lagi, Salwa pasti sudah lebih tenang sekarang!"
Umi menyentuh lengan Abi.
"Abi, Umi meminta Prilly tinggal disini apakah Abi setuju?"
"Keluarganya?"
"Dia sudah tidak punya siapa - siapa, sedangkan kita sudah tidak punya Salwa, bisakah Prilly menempati kamar ini?"
"Kalau Prilly setuju tak apa, tinggallah disini menjadi adiknya Ali..!"
Umi Salma menatap Prilly, tersenyum sambil menganggukkan kepala pada Prilly tanda bertanya, apakah Prilly setuju atau tidak.
"Terima Kasih Umi dan Abi mau menerima Prilly disini, rasanya ini lebih dari bahagia buat Prilly!"
Prilly mencium tangan Umi dan Abi bergantian. Bersyukur menemukan keluarga baru dalam sehari semalam, dan tak berpikir kembali kerumah Om dan Tantenya yang selama ini tak pernah peduli dia kemana dan berada dimana?
"Bang, Prilly akan tinggal disini menjadi adiknya abang, apa abang setuju?"
Umi berkata pada Ali ketika mereka sedang sarapan pagi.
Ali tersedak seketika sambil menutup mulutnya yang hampir menyemburkan nasi yang baru disuapnya mendengar perkataan umi-nya. Prilly yang berada disampingnya segera mengambilkan air putih disampingnya untuk diminum Ali.
Setelah minum Ali melirik Prilly.
"Terserah Umi dan Abi saja...!"
Ali mengusap hidungnya yang terasa nyeri akibat tersedak tadi. Rupanya kerinduan pada Salwa membuat orang tuanya menjadikan Prilly anak angkat untuk melengkapi kembali rumah mereka yang kehilangan Salwa sejak setahun lalu.
#########
Ali Pov
"Bila cinta tak lagi untukku, bila hati tak lagi padaku, mengapa harus dia yang merebut dirimuuu...."
"Bila aku tak baik untukmu dan bila dia bahagia dirimu, akukan pergi meski hati tak akan, relaaa..."
Aku menatap daun-daun yang berjatuhan ditaman belakang rumah. Seperti daun itu rasanya aku saat ini.
Sebenarnya berlebihan rasanya, Aku menyadari itu. Lagu Reza Herlambang bertitel Menyesal itu membuat Aku merasakan jiwaku terbang entah kenapa. Dua tahun merasa mencintai Devia rasanya hancur dalam sehari. Bukan bermaksud tak ingin melupakan tetapi hati benar - benar tak terima. Seorang Ali Leonando Wibowo, seorang Dokter disebuah rumah sakit besar dikotanya dikalahkan seorang Polisi, Marcello Damian, dan itu adalah sahabatku sendiri, Ello.
"Kenapa lo berdiri disitu liatin gw, sini lo!!"
Aku mengangkat wajah dari gitar yang tadi kupetik, terlihat Prilly berdiri ragu menatapku dan mendekat.
"Gw tau rasanya sesakit apa yang lo rasain!"
Prilly duduk dibangku yang sama dengan yang aku duduki tapi agak jauh dari sebelahku.
"Jangan sok tau!"
"Bukan sok tau, gw pernah ngerasain, Bang!"
"Gw udah bilang jangan panggil gw abang!"
"Ck. Kenapa sih lo suka ngegedein masalah yang gak penting, iya gw emang gak pantes jadi adik lo, pantesnya gak jadi siapa - siapa..."
Prilly berdiri dari duduknya dan membalikkan badan ingin berlalu dari hadapanku. Apa aku sudah keterlaluan?
"Mau kemana lo??"
Ucapanku tak dihiraukannya, bahkan dia semakin mempercepat langkahnya menuju kedalam rumah.
Aku merasa tak enak karna sikapku yang mungkin sudah keterlaluan padanya. Kutaruh gitarku dan aku mengejarnya. Dia sudah hilang meninggalkan suara pintu kamar yang terdengar ditutup.
"Prill, buka pintunya!"
Aku mengetuk pintu kamarnya pelan.
Tak ada sahutan dari dalam.
"Gw tau lo denger gw, buka Pril!"
"Mau apa lagi??"
Prilly akhirnya membuka pintu dan bertanya dengan mata sembab kelihatan kalau habis menangis. Aku tak pernah berniat membuat Hawa didepanku ini menangis.
"Mau bentak gw lagi? Mau jutekin gw lagi? Gw mau dijadiin pelampiasan amarah lo sama orang lain, hah?"
Walaupun matanya menyiratkan amarah dan kecewa, aku tetap melihat cahaya yang berkilau disana.
"Gw gak pernah berniat membuat mata seorang Hawa menangis karna gw, walaupun gw dikecewakan oleh seorang kaum Hawa lainnya!"
"Hawa diciptakan untuk menemani Adam bukan diciptakan untuk dianiaya kaum Adam!"
Kenapa kami berbicara tentang Adam dan Hawa? Apa hubungannya?
"Kalau lo rasa gw gak pantes gantiin posisi Salwa sebagai adik dihati lo, gw terima, gw akan pergi dari sini supaya hidup gw gak tambah sakit dan rumit!"
Prilly melangkah meraih tas diatas meja dan memasukkan beberapa barang miliknya dengan kasar.
"Heii...jangan lo bilang gw memperumit hidup lo!"
Aku menangkap tangannya dan menjauhkan tasnya.
"Umi lo Hawa, Adik lo Hawa, mereka gak pernah nyakitin lo, jangan karna satu orang Hawa yang nyakitin lo, semua Hawa lo sama - sama kan hingga lo memperlakukan gw semena - mena karna gw seorang Hawa!"
Prilly menepis tanganku dan menantang tatapan mataku.
Aku tak bisa mengatakan apapun lagi karna dia benar. Tak adil kalau hanya karna satu orang, aku meratakan semua menjadi sama. Mungkin ini juga karma karna dulu pernah memutuskan cinta seorang Hawa. Dulu saat memutuskan untuk tak bersama lagi karna Hawa bernama Tasya itu lebih memilih mengikuti kemauan orang tuanya untuk tidak berpacaran dulu pada saat masih sekolah, dan kami berpacaran diam - diam sampai lulus SMA. Setelah lulus SMA, daripada sepertinya tidak jelas arahnya kami memutuskan lebih baik jalan sendiri - sendiri dengan keyakinan apabila jodoh pasti akan kembali, kamipun terpisah karna kuliah dikampus yang berbeda dan akhirnya aku bisa melupakannya. Sampai aku menemukan cinta yang lain bernama Devia, yang sekarang mematahkan hatiku.
"Gw rasa lo sangat rugi kalau hanya karna seorang Hawa yang berkhianat sama sahabat lo sendiri, lo jadi patah hati.....!"
Prilly menunjuk dadaku dan menekannya pelan.
Shittt. Kenapa dia tau hal itu??? Mulutku ini tadi malam mengatakan apa saja??? Rasanya aku mau mencari ember untuk menutup kepalaku!!
"Dokter Ali!"
Prilly menatap mataku. Lagi.
"Apakah lo sering bercermin? Lo liat bayangan lo? Gw kira lo pasti sadar, lo ganteng, seorang Dokter pula, lo seorang Adam yang pantas diidolakan banyak Hawa....!"
Prilly menarikku kedepan lemari dimana disitu ada kaca yang memantulkan bayangan kami berdua.
"Gw yakin, seorang Adam disebelah gw ini pasti membuat banyak Hawa tertarik ingin mengambil hatinya, dan suatu saat pasti ada Hawa yang akan menyirami batinnya yang kering, juga menyejukkan hatinya yang gersang!!"
Prilly berkata sambil menatapku melalui cermin. Aku balik menatapnya dari cermin. Kenapa mendengar ucapannya hatiku sejuk seketika?
"Aku rasa Hawa disebelahku ini berbakat untuk menjadi penyejuk hati Adam yang berdiri disebelahnya!!"
############
Jreng!!!
Thanks masih mau mengikuti cerita ini ya Readers, vote dan komennya selalu membuat aku semangat melanjutkannya...
Ketjup Love :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top