(sembilan)Dehidrasi Love

Prilly Pov

"Ck. Apaan sih?!"
Aku bingung sendiri dengan kalimat Ali yang muter - muter entah mau dibawa kemana arah pembicaraannya. Sementara tangannya menggenggam tanganku yang dingin menyalurkan hangat yang terasa menjalar dipembuluh darahku.

"Sahabat hidup?"

"Jadi???"

Papa dan Mama sampai berulang kali serentak bertanya.

Bagi aku sendiri kalimatnya membuat dada jadi berbunga dan dipenuhi kupu - kupu saat mengatakan Adam dan Hawa yang saling menemani. Saling mencari jalan jika sudah mulai tak seirama. Saling memaafkan jika berbuat salah.

'Ah Ali, so sweet banget sih, itu Papa dan Mama sampai gak ngerti saking so sweetnya!'

"Kamu itu bukan pacar, tapi calon isteri!"

O My God. O My God. O My God.
Aliran darahku menyentak cepat memompa jantung. Akibatnya tanganku meremas tangannya yang sejak tadi masih menggenggam. Ali menoleh padaku yang tiba - tiba jadi salah tingkah. Aku melayang. Ya Tuhan, jangan jatuhkan aku. Aku perlu air. Tiba - tiba tenggorokanku terasa kering. Dehidrasi.

"Apakah anakku saat ini sedang ditodong??"
Papaku langsung todong juga pada Ali.

"Papaa..!"
Aku jadi tak enak, siapa tau Ali hanya sekedar kelepasan karna bingung mau bicara apa?

"Kapan lagi saya bisa nodong dia didepan Om? Om kan katanya susah dicari!"

Jawaban Ali justru membuat aku tambah dag dig dug.

"Ali jangan ngomong kaya gitu tar dituntut sama Papa...!"
Aku bicara dengan tangan tetap dalam genggamannya.

"Dituntut apa?"
Ali menatapku dengan senyuman mematikannya.

"Dituntut beneran nikahin aku!"
Aku membuang pandanganku kearah lain menghindari senyumnya yang membuat jantungan.

"Ya memang beneran aku mau nikahin kamu!"
Kalimat Ali benar - benar mengejutkanku, apakah tak salah dalam keadaan yang seperti ini aku bukannya ditekan karna dituduh mencuri malah benar - benar ditodong seperti kata Papa.

"Wan, kamu dulu gak segentle ini rasanya sama aku....mimpi apa Pril semalam ditodong dikantor polisi???"
Kalimat Mama membuat wajahku memanas seketika. Apalagi Ali senyum - senyum membuat aku tambah salah tingkah. Dia memang seorang Adam yang istimewa, bagaimana tidak, ditengah tekanan persoalan yang menimpaku dia sisipkan suasana yang bertolak belakang.

Ada hikmah dibalik sebuah peristiwa, tadinya dituduh mencuri, ditangkap, diperiksa dan ditahan dikantor polisi adalah kiamat bagiku. Tetapi karna dituduh mencuri ini pula aku bertemu dengan orang tua yang telah bertahun aku rindukan. Karna dituduh mencuri ini juga Ali membuktikan kata - katanya kalau aku takkan sendirian lagi. Karna ini juga aku bisa merasakan punya sahabat yang benar - benar sahabat bukan hanya saat senang saja tetapi saat susahpun dia ada disampingku dengan sejuta perhatiannya.
Dan karna hal ini pula Ali menambah kata Sahabat menjadi Sahabat Hidup. Apakah ini artinya kami akan selangkah lebih maju? Bukan pacar, tapi calon isteri katanya. Oh May May.
'Anggun Pril, jangan kelihatan kegirangan, kalem...kalem!'
Aku membatin berbunga - bunga.

"Prilly!!!"
Seorang petugas kepolisian yang tadi mengintrogasiku berdiri didepan pintu ruangan tempat kami berada.

"Saya, Pak?"

"Anda dibebaskan sekarang!"

Ya Tuhan, kabar baik apalagi ini??

"Benarkah???"
Kami berempat serempak antusias mengeluarkan kata yang sama.

"Ya, dari tempat kejadian tak ditemukan sidik jari lain kecuali sidik jari Bu Elly, Pak Rydan dan anaknya Byan. Sebagian tertumpuk dan teracak karna sudah satu minggu lebih......!"

"Saya memang tak pernah masuk kekamar itu, Pak!"

"Harusnya besok dimintai keterangan saksi Byan tapi dari sidik jari saja sudah bisa dipastikan nona Prilly tak bersalah, jadi tidak cukup bukti untuk menahan anda saat ini!"

Oh Tuhan. Alhamdulilah.
Akhirnya aku bebas. Aku tak peduli lagi kenapa begitu cepat dan mudah. Dan tentang Byan yang hampir saja memperkosakupun aku tak mau mempersoalkannya lagi. Aku langsung memeluk Ali kegirangan. Ali membalas pelukanku erat sambil teetawa senang.

"Betulkan aku gak salah!"
Aku mendongakkan wajahku menatapnya.

"Akukan udah bilang aku percaya sama kamu!"
Ali mencubiti pipiku ringan dengan jarinya, lalu menyentuh kepalaku dengan telapak tangan dan akhirnya menciumnya.

"Ehem....yang lain ngontrak kayaknya nih!!"
Suara Mama mengagetkanku tak terkecuali Ali.

"Gak dikontrakkan Sit, udah dibeli semua biar cuma berdua saja yang lain disuruh pergi pindah planet!"
Papaku ikut menyeletuk.

"Pa'an sih, Ma, Pa?"
Aku melepas pelukan Ali dan menatap mereka dengan tersipu.

"Pril...!"
Kami menoleh keasal suara.

"Tante...."
Aku menatap Tante Elly yang memasuki ruangan bersama Om Rydan.

"Maafin Tante ya, Tante gegabah, langsung curiga sama kamu!"
Tante Elly menatapku sendu.

"Maafin aku juga Tante sudah ninggalin rumah tanpa kabar.."
Aku juga merasa bersalah.

"Itulah sebabnya kami langsung curiga kamu yang ambil, karna gak ada kabar!"
Tante membela dirinya tapi tak masalah bagiku.

"Kenapa kamu nggak bilang Byan menjahili kamu, Pril!"
Om Rydan berkata membuatku kaget ternyata akhirnya mereka mengetahui kelakuan anaknya yang notabene adalah sepupuku sendiri.

"Aku hanya ingin menjaga perasaan Om dan Tante yang sudah baik mau menampung aku, maafin aku Om, Tante!"
Aku menatap Tante dan Omku yang menatapku menyesal.

"Kamu gak akan tuntut balik kami atau Byan kan Pril?"

"Enggak, enggak....enggak akan Tante!"
Aku meyakinkan mereka kalau takkan menuntut balik.

"Biar bagaimanapun, aku berterima kasih selama dua tahun ini kalian mau menampung Prilly...tapi sekarang Prilly mau aku bawa ikut bersamaku saja!"
Mamaku menyahut dan itu membuatku setengah kaget dan seketika menatap Ali.

"Prilly biar bersamaku saja!"
Papa menyahut. Kenapa mereka sekarang memperebutkan aku?

Aku terdiam dan melirik Ali yang tiba - tiba kulihat menegang raut wajahnya.

"Umi berpesan agar aku bawa kamu utuh kerumah!"
Ali menatapku sendu.

"Heii, tak baik tanpa ikatan pernikahan Prilly sudah tinggal dirumahmu, walaupun kamu itu calon suaminya!"
Papa mencelos kearah Ali.

"Ini calon suami, Prilly?"
Tante Elly melebarkan matanya.

Aku jadi bingung dengan arah pembicaraan ini. Yang diributkan aku tinggal dimana, atau siapakah Ali buatku?

#########

Author Pov

"Kamu sanggup jauh dari aku?"
Didalam mobil menuju rumahnya Ali memberi pertanyaan yang mengejutkan.

"Kenapa nanya begitu?"
Prilly mengusap tengkuknya dengan tangan yang mendingin.

"Karna aku mungkin enggak!"
Ali menatap lurus kedepan.

"Mungkin?"
Prilly melepaskan arah pandangnya kejendela disebelah kirinya.

"Aku takut kamu mudah lupain aku!"

"Apa enggak sebaliknya? Kamu lupain Devia aja dalam waktu gak nyampe seminggu!"

"Aku mencoba melupakannya karna memang dia pantas untuk dilupakan!"

Prilly terdiam. Memang benar.

"Trus?"

"Kalau kamu pantesnya untuk diingat!!"
Ali tersenyum melirik pada Prilly. Prilly tersenyum ditahan.

"Kenapa senyum ditahan gitu?"

"Pak Dokter bikin hati kretek - kretek!
Prilly menutup mulutnya. Ali meminggirkan mobilnya takut tak konsen. Akhirnya setelah mobil sudah menepi Ali tertawa mengangkat dagu sambil menutup mulutnya.

"Girang amat, Pak?"
Prilly menoleh Ali.

"Kamu yang bikin girang, kretek - kretek kenapa sih, hah?"
Ali menarik kepala Prilly hingga menyender dibahunya.

"Kaya gini nih yang bikin kretek - kretek!"
Prilly mengangkat dagunya mendongak kearah Ali yang juga menunduk melihat kearahnya. Dagu Ali menyentuh dahinya. Jantung mereka rasanya sama berdebar.

Ali juga tak tau kenapa perasaannya nyaman berada didekat Prilly? Prillypun tak mengerti kenapa mudahnya dekat dengan Ali padahal pertama kali bertemu Ali begitu judes padanya. Aneh.

"Calon isteri, tar kamu jangan nakal ya!"
Prilly terperangah dipanggil calon isteri. Melayang.

"Heii, kenapa bingung? Bukankah kamu seorang Hawa, pasti akan jadi isteri dari seorang Adam, siapapun itu Adamnya!"

Terjatuh. Prilly segera menarik kepalanya dari bahu Ali, menegakkan punggungnya dan menyandarkannya disandaran tempat duduknya dengan wajah yang nelangsa.

'Betulkan, aku jangan girang dulu mendengar tiap ucapannya yang tak jelas itu!'
Prilly membatin.

Baru hampir dua minggu takkan bisa disimpulkan apa perasaannya juga perasaan Ali. Prilly menggigit bibirnya. Entah kenapa tiba - tiba rasanya sedih.

"Kenapa? Maaf bila aku salah bicara, aku hanya takut terlalu cepat menyimpulkan perasaanku dan takut mendahului kehendak Tuhan!"
Ali menatap Prilly lembut. Prilly membalasnya dingin.

"Aku sudah anti dengan kata pacar, lebih suka menyebutnya sahabat hidup, karna kalau pacar bisa putus tapi kalau sahabat hidup akan selamanya, ngerti?"

Prilly menggeleng. Dia tak mau mengartikan sendiri tanpa diperjelas. Takut jatuh lagi. Takut salah arti.

"Kamu pasti sedang dehidrasi?"

"Siapa bilang? Sok tau!"

"Tubuh yang kekurangan cairan akan mengalami gejala dehidrasi, seperti pusing, kulit kering, depresi, tak bisa konsentrasi, lemas dan warna air seni yang berwarna keruh. Jadi, karna kamu tak bisa konsentrasi, tak bisa ngerti apa yang aku omongin mungkin kamu dehidrasi, dan butuh minum air secepatnya. Otak kamu pasti kekurangan cairan padahal diotak harusnya terdapat 70% air...!"
Ali tertawa menyebalkan sambil mengangsurkan air mineral kearah Prilly.

"Aliiiii!!!"
Prilly menerima air yang diberikan Ali karna kebetulan tenggorokannya sedang kering dan terlihat sebal dengan ocehan Ali yang tak menjawab ketidak mengertiannya malah menambah pusing dengan kalimat kedokterannya itu.

Prilly membuang mukanya kejendela saat Ali menatapnya. Ali meraih wajah Prilly dan mengecup bibirnya singkat. Dan itu benar - benar membuat lemas sendi - sendi ditubuh Prilly.

"Ngerti-kan, Calon isteriku, Hawa-ku? Jangan bilang tetep enggak ngerti tar aku infus karna berarti dehidrasimu akut!"
Ali melebarkan senyumnya sambil mengelus wajah Prilly yang mulus.

Tin.Tin.
Ali dan Prilly menoleh kebelakang. Ali menepuk jidatnya. Dia lupa mobil Papa Prilly mengikuti mereka pulang kerumahnya. Prilly tertawa tertahan walaupun dia juga kaget kenapa bisa lupa ada Mama dan Papanya sedang mengikuti?

"Kamu pasti sedang Dehidrasi ya Calon Suamiku, Adamku?"
Prilly mengangsurkan botol air mineral yang tadi diberikan Ali padanya. Sementara Ali sudah menjalankan mobilnya sambil tertawa mendengar perkataan Prilly.
Hati mereka rasanya berbunga - bunga karna menyadari sedang jatuh cinta, tak peduli dalam proses yang singkat. Bukankah perasaan tertarik dan menyukai bahkan jatuh cinta itu harusnya tanpa disadari dan tanpa alasan bahkan Tak ada logika?

"Jadi Prilly kembali ke orang tua?"
Umi Salma bertanya pada Prilly dengan tatapan sepertinya tak rela ketika mereka sampai dirumah Ali. Prilly memperkenalkan orang tuanya sekaligus pamit pada Umi dan Abi Ali.

"Sekarang kerumah Mama, Umi, Nanti dirumah, Papa!"

Sebenarnya Prilly sudah bingung harus bagaimana? Tinggal dirumah Mama, tidak nyaman dengan Papa Tirinya. Tinggal dirumah Papa, tidak nyaman dengan Mama Tirinya. Tinggal ditempat Ali kata Papa tidak pantas. Mau tinggal ditempat nenek, orang tua dari Mama sudah meninggal, dan Nenek dari Papa sudah tua dan tinggalnya dikota lain.

Inilah korban perceraian. Para orang tua harusnya lebih memikirkan nasib anaknya daripada ego masing - masing. Hilangnya rasa cinta dan ketidakcocokan hanyalah karna tidak sungguh memelihara perasaan, menjaga kasih sayang dan memupuk Cinta biar tetap subur berkembang dihati. Menyalahkan takdir dan jodoh yang sudah berakhir hanyalah sekedar untuk membenarkan keputusan berpisah, bukankah  perceraian adalah hal yang dibenci Allah?

"Umi dan Abi, makasih sudah mau nerima aku disini, aku minta maaf jika selama disini merepotkan Umi dan Abi...!"
Prilly menatap Umi Salma sedih. Umi Salma menatapnya dengan kesedihan yang sama. Hari - harinya akan sepi lagi tanpa Prilly. Suaminya kerja dari pagi sampai sore, sementara Ali dengan jam kerja dokter, tak tentu dengan tiga shif, bisa pulang sore, bisa pulang malam bahkan bisa pulang pagi. Takkan ada lagi teman memasak, bercerita pengalaman masa mudanya, masa kecil Ali dan almarhumah Salwa. Sementara Abi hanya mengusap wajahnya pelan.

Prilly memeluk Umi Salma erat. Berat berpisah dengan Umi yang sangat baik, walaupun kenal hanya hampir dua minggu rasanya sudah kenal sekian lama. Prilly mencium tangan Umi dan Abi Ali dengan airmata yang hampir jatuh.

Ketika Prilly membenahi baju - bajunya dikamar Salwa, Prilly merasa sedih ketika memandang sekeliling kamar.
Memandang Ali yang menemaninya berbenah rasanya tangis Prilly akan pecah. Benarkah akan berpisah jauh? Sekuat apa perasaan mereka sekarang? Mereka baru kenal hanya hampir dua minggu. Pasti Ali akan lebih mudah melupakannya. Sedangkan dua tahun bersama Devia saja tak sampai seminggu dia sudah bisa melupakan orang yang telah mematahkan hatinya itu. Prilly tetap saja meragukan walaupun Ali sudah meyakinkan kalau Devia memang pantas dilupakan bukan karna dia mudah melupakan cinta.

"Aku ikut, aku anterin kamu ya!"
Ali menatap Prilly dalam - dalam berharap bisa ikut mengantarnya pulang.

"Sebenernya aku pingin kamu anterin, tapi kamu perlu istirahat. Kamu harus tetap jalanin tugas kamu dirumah sakit. Jangan karna aku, kamu melalaikan tugasmu, banyak orang sakit yang perlu kamu!"
Mereka tetap saling menatap lama.

Terbayang saat nanti akan terpisah cukup jauh. 4jam perjalanan lewat darat, 30menit lewat udara.

"Kita hanya dipisahkan jarak, yakin ya hati kita tetap dekat!"
Ali menguatkan Prilly dan dirinya sendiri dengan kalimatnya.

"Mungkin ini juga akan membuktikan sedalam apa perasaan kita, dengan begini kita akan lebih yakin kalau perasaan kita bukan hanya perasaan sesaat!"
Prilly menambahkan kalimat penguatan Ali sebelum mereka saling memeluk.

"Aku sayang sama kamu!"
Ali melepaskan pelukan dan mencium kening Prilly dalam - dalam.

"Aku juga sayang!"

##########

Maaf ya baru selesai....aku baru sempat nyelesainnya.
Semoga Readers tetap akan menunggu..

Terima Kasih vote dan komennya selalu setelah membaca.

Ketjup love

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: