(sebelas) Dehidrasi Love

Author Pov

"Pril, bedain urusan belajar sama aku dengan ketemuan kamu dengan siapapun ya lain kali!!!"

Kalimat Adam sebenarnya lembut tetapi dengan Nada menekan.
Prilly keheranan dan diliriknya Alipun kelihatan menegang dengan rahang yang keras.

"Maksud Kak Adam apa?"
Prilly mengamit lengan Ali.

"Dari awal apa ada peraturan aku belajar tanpa boleh menerima tamu?"

"Ini juga karna hari ini jadwal aku kursus, kemarin kak Adam dicancel tidak bersedia karna dihari lain sudah ada jadwal lain pula, kalau Kak Adam tidak suka aku kursus sama Kak Adam gak apa tinggal Kak Adam bilang sama Mama, Kak Adam mengundurkan diri!"
Prilly dengan tenang mengucapkan kalimat yang sukses membuat Adam terkejut.

"Sorry Pril maksut aku bukan gitu!"
Adam mengusap tengkuknya tak nyaman. Sedikitpun tak memandang kearah Ali karna pria yang sepertinya spesial buat Prilly ini menatap tak suka juga padanya. Adam hanya tak menyangka Prilly punya teman spesial padahal sebulan ini tiga kali dalam seminggu mereka bertemu, Prilly tak pernah membicarakan soal teman dekat prianya. Tiba - tiba saja ketika hari ini datang untuk memberikan kursus pada Prilly, Prilly begitu berbinar bercerita sambil menunggu seseorang. Apalagi ketika dia menunggu Prilly kembali dan menyusul keruang tamu dilihatnya Prilly sedang berpelukan dengan seorang pria di Sofa. Ada rasa kecewa menyusup kedalam hati Adam melihat mereka.

"Sebentar ya, aku selesaikan didapur dulu, apa kamu mau istirahat dulu dikamar tamu? Kamu kan cape...!"
Prilly menatap Ali dan dibalas anggukan. Daripada menunggu diruang tamu lebih baik didalam kamar biar lebih adem.

Prilly mengantar Ali kekamar tamu yang berada tepat didekat ruang tamu.

"Kamu istirahat aja dulu ya!"
Prilly menatap Ali diiringi anggukan. Prilly memundurkan langkahnya meninggalkan Ali dengan perasaan ragu. Rasanya ingin memeluknya sekali lagi. Tapi Ali sepertinya juga bingung. Prilly membalikkan badan membelakangi Ali, tapi berbalik lagi menatapnya.

"Aku minta maaf ya, Adam yang didapur ganggu kita!"
Prilly menatap tak enak pada Ali.

"Berapa lama sih kamu harusnya kursusnya?"
Ali bertanya sambil selangka mendekat.

"Tiga kali pertemuan lagi selesai!"
Prilly sama mendekat.

"Udah gitu gak ketemu-ketemu sama dia lagi kan?"
Kini mereka berhadapan lebih dekat.

"Enggak."
Prilly menggeleng.

"Bener ya!"
Ali meraih kepala Prilly dan memeluknya.
Prilly mengangguk dipelukan Ali.

"Ganggu orang lagi kangen - kangenan aja, udah bagus didapur pake acara keluar segala!"
Ali mengomel. Prilly tersenyum lucu. Judesnya Ali sedang kumat untung saja bukan ditujukan padanya.

"Kenapa senyum - senyum?"
Ali menunduk memperhatikan wajah Prilly yang masih dipeluknya.

"Pak Dokter Judes!"
Prilly melihat kearah Ali dan mencubit bibir Dokter Judes itu.

"Eh, tangannya....!"
Ali meraih tangan Prilly yang mencubit bibirnya dan menggigit.

"Auwh...!"
Prilly ingin membalas gigitan Ali lalu menarik tangan Ali tapi Ali menarik tangannya walaupun Prilly dengan gemas memaksa.

"Ck. Ya udah...!"
Akhirnya Prilly menyerah dengan wajah cemberut, sambil membalik badan.

"Ih, ngambek...!"
Ali memeluk dari belakang.

"Habisnya curang!"
Prilly membuang mukanya kekiri menghindari wajah Ali yang berada dibahu kanannya.

"Maaf deh, nih nih gigit sepuasnya!"
Ali menyodor - nyodorkan tangannya ke bibir Prilly masih dari belakang.

"Enggak!"
Prilly melengos.

"Loh tadi mau bales, ya udah ini!"
Ali membujuknya pelan sambil menahan senyum melihat Prilly begitu aja ngambek.

"Udah gak nafsu...!"
Prilly melipat tangan didadanya. Sebal. Ali menggaruk - garuk kepalanya bingung harus bagaimana merayu Hawanya yang sedang ngambek karna hal sepele.

"Sini aku 'infus deket' biar nafsu!"
Ali membalik badan Prilly, menahan kedua pipi Prilly dengan kedua tangannya lantas mencium bibir Hawanya yang terperangah seketika setelah bibir yang mengecup bibirnya sudah lepas.
Ali menatap Prilly yang menatapnya tersipu dengan wajah merona.

"Aku...aku...kedapur dulu ya!!"
Ali mengangguk dengan senyum yang tertahan melihat Prilly menjadi gugup.

"Iya. Jangan pake lama, kalau kuenya udah jadi suruh pulang gurunya!"
Gantian Prilly yang mengangguk.

"Bye, mmuah...!"
Prilly berbalik tapi membalikkan badan lagi menarik tangan Ali dan menggigitnya lalu melepasnya cepat sambil melarikan diri keluar kamar.
Ali hanya bisa tertawa sambil memandang tangannya yang ada bekas gigitan Prilly.

###########

Prilly Pov

"Aku pulang ya...!"
Ali pamit pulang diiringi tatapan tak relaku

"Jangan natap gitu tar aku gak konsen dijalan!"
Ali menyentil keningku.

"Ikuttt!!!"
Aku berkata ikut hanya sekedar saking tidak rela ditinggalnya.

"Ayoo ikut, tinggal dirumah lagi!"
Ali juga hanya sekedar bicara saja, Papa sudah mengingatkan kalau mau tinggal sama Ali harus segera menikah padahal Ali belum boleh ada ikatan pernikahan selama minimal satu tahun masa kerjanya.

"Enggak, tar diinfus dekat terus lama - lama aku bisa kamu suntik!"
Aku teringat kalimatnya saat Ali waktu itu kembali mencium bibirku. Kali itu tidak tiba - tiba seperti dua kali sebelumnya. Saat aku mengantarkan kue buatanku kekamar yang ditempatinya aku lihat dia tertidur.

Flashback

Aku duduk ditepi ranjang memperhatikan wajah tampan adamku yang tertidur telentang dengan tangan terlipat dibawah kepalanya. Aih, dengan singlet seperti itu ketiaknya yang ditumbuhi bulu halus terekspos didepan mataku. Aku mendekatkan hidungku kebawah lengannya itu sambil memejamkan mata. Hmm...wangi!
O My God...
Ketika aku membuka mata dan melirik wajahnya ternyata mata adamku telah terbuka dan bibirnya tersenyum. Seketika rasanya wajahku dijalari rasa hangat. Mana ember? Segera tutup wajahku dengan ember. Apa sih tadi yang aku lakukan? Mencium wangi ketiaknya segala. Aduh, ampun ih, rasanya wajahku sudah tak berbentuk lagi.
Untungnya Ali langsung meraih kepalaku dan membenamkan didadanya.

"Ntar kalau sudah jadi isteriku kamu bisa tiap hari cium ketek aku!"
Ali justru mencium puncak kepalaku yang ada didadanya. Aku menutup wajah dengan sebelah tanganku. Aku bangun dari dadanya dan masih tak sanggup menatap matanya karna malunya masih setengah mati.
Ali ikut duduk, memegang bahuku dan mengangkat daguku.

"Kenapa sih, malu - malu segala, nih puas - puasin cium ketek aku, tar kalau aku pulang mau cium ketek siapa lagi?"
Ali mengangkat lengannya mengapit kepalaku. Aku tergelak meronta. Ali memang paling bisa menyelamatkan mukaku ya, sama sekali tak ada kesan ingin membuat aku bertambah malu dengan kelakuan spontanku mencium ketiaknya diam - diam.
Saat meronta wajahku justru tersenggol sikunya yang mengenai mataku.

"Aduh....!"
Aku menutup mataku.

"Maaf - maaf...!"
Ali membuka mata yang kutekan dengan tanganku.

"Mana yang sakit!"
Ali mengelus mataku yang masih terpejam karna sakit kena sikunya.
Sentuhan benda kenyal dimataku membuat aku menegang sesaat. Ali mengecup mataku. Ah.
Aku membuka mata perlahan. Aku melihat mata lentik Adamku begitu dekat didepan mataku. Sementara tangannya menangkup Pipiku. Tak lama entah siapa yang mulai bibir kami sudah beradu. Tidak kilat dan cepat seperti sebelumnya. Tetapi lembut dan hangat sampai tangan kami saling menekan tengkuk untuk memperdalam ciuman kami. Rasanya melayamg tiba - tiba tubuhku apalagi ketika sudah berada dibawahnya. Tubuh bagian tertentunya mengeras terasa menekan pahaku. Ali seketika melepas pagutan bibir kami dan menelentang menatap langit kamar.

"Berbahaya dekat kamu, Hawaku, lama - lama aku bukan hanya menginfusmu pasti juga akan menyuntikmu!"
Aku menutup mulutku mendengar kata menyuntik yang digunakannya untuk mengganti kalimat berbuat lebih dari sekedar mencium.

"Simpan alat suntik kamu itu buat nanti kalau sudah sah!"

"Ya, aku simpan buat nyuntik kamu kalau kamu udah halal bagiku!"

Kami saling menoleh dengan nafas yang sama tersengalnya. Lalu tertawa mentertawakan keterlelapan kami sesaat lalu.

Flashback End

"Ngelamunin suntikan ya?"

Aku memukul dada Ali walaupun dia benar aku sedang melamunkan suntikannya.

Akhirnya Ali meninggalkan rumahku diiringi tatapan tak relaku setelah dia mencium kening, pipi dan bibirku sekali lagi dan menaiki mobilnya dengan tatapan mata yang juga sama tak rela.

"Hati - hati adamku, selamat sampai rumah ya, jangan lupa kasih tau aku kalau dah nyampe hun..!"

"Ya hawaku, love you .. bye hun..!"
Ali melambaikan tangannya dan aku menatap mobilnya sampai menghilang dari pandanganku. Kenapa ada perasaan tak enak ditinggalkannya?

'Tuhan, jaga dia buatku, jika dia jodohku dekatkan, jika bukan jodohku tunjukkan jalan...'
Seketika hatiku nyeri membatin seperti itu.

Dan ketakutanku sepertinya terjawab dengan kenyataan yang ada sekarang.

Kangen kamu, selalu, always, forever...

Sms terakhir tiga hari setelah dia kembali kerumahnya. Dan sekarang sudah tujuh hari setelah sms terakhir, berarti sepuluh hari sudah tak ada kabar dari Ali. Kemana dia? Dimana dia?

Aku memencet nomer telponnya.

Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif

Bahkan nomer telpon Umi pun menjawab hal yang sama.
Aku sangat resah. Apa dia sudah berubah pikiran?

"Om dan Tante, mohon jagain Prilly buat saya, saya dan dia sekarang berjauhan, saya tak selalu bisa ada disampingnya, untuk bisa dekat dan membawanya saya harus menikahi dia tapi tidak untuk sekarang, saya baru memulai karir saya sebagai dokter, Saya harus punya pengalaman lebih dari setahun untuk bisa membuka praktek dan lepas dinas, ini untuk masa depan kami berdua jadi saya memintanya untuk menunggu saya...!"

Apakah dia lupa janjinya pada Mama dan Om Ardi, papa tiriku?
Tak mungkin dia melupakan begitu saja. Dimana dia sebenarnya? Apa yang harus aku lakukan.

"Kenapa, Pril? Ali masih tak ada kabar?"
Mama memasuki kamarku tanpa mengetuk karna memang pintunya terbuka sedikit. Aku menatap sendu Mama dan hanya sanggup menggeleng. Mama mengelus kepalaku.

"Sudah sepuluh hari Ma!"
Aku menyeka airmataku.

Tuhan inikah jawaban atas doaku, seandainya ini karna berubah pikiran, aku hanya berharap dia dalam keadaan yang baik itu saja...

Ada apa dengan, adamku?

Apakah aku harus pergi menemuinya?

Aku ingin sekali datang menemui kerumahnya tapi bagaimana kalau ditolak?

##########

Maaf kemarin malam benar - benar gak sempat update...

Terima Kasih vote dan komennya ya readers... :*

Ketjup Love

Hun = Honney yang disingkat

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: