(empatbelas) DehidrasiLove

Prilly Pov

"Kalau kalian begitu terus lebih baik segera menikah saja!!"

Rasanya Aku ingin tenggelam kebawah karpet ketika suara Abi menggema tepat tiga meter dibelakang Ali. Tidak tau Abi keluar mau apa, kedapurkah atau bagaimana hingga beliau sudah ada dibelakang Ali. Abi selama ini memang tidak terlalu banyak bicara hanya yang penting - penting saja kalimat yang beliau keluarkan, kalau sampai beliau bersuara seperti ini berarti buatnya itu penting.

"Kalau berduaan sering - sering istigfar dulu, karna yang ketiga ada syetan!"

Abinya Ali berlalu menuju dapur. Ali kelihatan bernafas lega mungkin karna Abi tak mengomeli habis - habisan, pasti nanti Abi akan berbicara terpisah dan empat mata dengan Ali nanti. Aku pun masih menunduk saja ketika Abinya Ali masih ada didekat kami. Rupanya sifat Ali yang pandai menyelamatkan muka orang yang sedang malu turunan dari Abinya. Makanya Abinya tak lama - lama didepan kami dengan nasehatnya, lantas berlalu menuju dapur tempat tujuannya semula.

"Udah nunduknya, Abi dah pergi. Ayoo masuk kamar, bobo!"
Ali mengelus rambutku. Menatap Alipun rasanya aku tak sanggup. Mungkin wajahku melebihi merah kurasa. Bibirkupun sedikit terasa nyeri karna ciuman kami yang cukup panas.

"Eii..liat dulu mata cantik hawaku!"
Aku mengangkat wajah terpaksa menatapnya tapi akhirnya terkikik melihat Mata menggoda adam Aliku.

"Udah sana pergi, jangan lama - lama disini, tar kamu khilaf liat aku terus!"
Aku mendorong dadanya dan Ali meraih tanganku.
Kami berpegangan tangan sebentar dan Aku mendorong pintu kamar yang kutempati dengan memundurkan diri dan melongok keluar kamar lagi sebelum menutup pintu.

'Menikah? Sebenarnya ingin sekali menikah. Tapi apakah dalam keadaan Ali menjadi pengangguran begini?'

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal dan menghempaskan diriku ketempat tidur dengan posisi menelentang dan tangan melebar.

#########

Author Pov

"Selamat pagi selamat datang di Aliily Bakery .... !"
Prilly membuka pintu toko rotinya yang dibuka dua bulan lalu dan mengajak Windy sahabatnya yang dulu bekerja di Slim Cafe sebagai Asistennya.

"Win, gw tar ngantar pesanan snack dari Health Hospital ya, mereka minta diantar setengah sepuluh!"

"Health Hospital bukannya rumah sakit tempat Ali kerja ya Pril!"

"Ho'oh, mau ngagetin Ali sekalian, kangen sama dia!"

"Hampir tiap hari ketemu masih kangen- kangen aja, kenapa gak nikah aja sih Pril biar bisa sama - sama terus!"

"Belum Win, tunggu tanggal mainnya!"

Pesanan 100box snack dari Health Hospital di tokonya juga karna Ali yang merekomendasikan pada panitia pelaksana pelatihan. Dan Prilly dengan senang hati akan mengantarkannya sendiri bersama dua orang karyawannya.

Sekelebat bayangan Ali melintas dan teringat ketika saat itu Ali meyampaikan pesanan dari Rumah Sakit tempatnya bekerja.

"Ada pertemuan 50 dokter seluruh Indonesia, hun, perlu coffe break jam 10pagi sama jam 3sore."
Ali yang melakukan pemesanan karna dia yang merekomendasikan.

"Makasih ya, udah promosiin Aliily Bakery kita....oya, berapa hari, hun?"
Prilly bersandar didada Ali.

"Tiga hari, tolong bantu di mix snacknya ya, buat pagi sama sore dibedain.."
Ali menyisih rambut Prilly ke daun telinganya.

"Pertemuan 50 dokter? Jadi Setiap rumah sakit mengirim perwakilannya? Berarti mungkin Farma ngirim Tania ya?!"
Prilly mendelik cemburu.

"Kamu taukan perasaanku kaya gimana? Jangan mikir macem-macem, aku sedang serius cari duit,hun...!"
Ali menyentil kening Prilly. Prilly tersenyum sambil mengangguk walaupun ragu.

"Gimana di health betah gak?"
Prilly mengalihkan pembicaraan dan mengangkat dagunya memandang Ali.

"Betah. Semua welcome sama aku, ada Dokter Andika yang bantu aku menyesuaikan diri disana!"
Ali kelihatan menerawang mungkin teringat teman - temannya dirumah sakit.

"Awas ya kalau gak bisa jaga jarak sama bidan, perawat dan dokter cewe!!"
Prilly memencet hidung Ali.

"Iya, iya, curigaan banget sih hawaku ini, dibilang aku lagi konsen cari duit buat pernikahan kita juga!"
Ali menyentil kening Prilly lagi.

"Habisnya kamu gitu sih, sempat bikin gila seorang dokter hawa, kayak gitu dulu bisa-bisanya ada yang ninggalin adam gantengku ini ya!"
Prilly mencubit bibir Ali. Ali menggigit tangannya.

"Mereka bukan jodohku, aku harap aku sudah dituntun untuk menemukan jodohku, yaitu hawaku ini!"
Ali mempererat rengkuhannya dan mengusap bahu Prilly. Prilly tersenyum sumringah menatapnya.

Saat ini Ali berkarir di Health Hospital, sebuah rumah sakit swasta yang cukup besar dan terkenal selain Farma Hospital. Mereka memang sudah berencana menikah tetapi masih mengumpulkan pundi - pundi keuangan yang mereka tabung untuk pernikahan dan masa depan mereka.

Prilly mendapatkan modal dari Papa tirinya yang berbaik hati karna dibujuk Mamanya agar Prilly dapat memanfaatkan keahliannya membuat kue setelah kursus. Sekarang Prilly tidak berada jauh dari Ali lagi dan jarak mereka hanya dilalui dalam waktu 45menit saja. Prilly tinggal dikos bersama dengan Windy, karena Abinya Ali sudah memperingatkan, mereka harus memilih antara menikah dulu atau karir dulu. Kalau mereka sepakat memilih karir berarti Prilly harus tinggal ditempat lain. Hubungan jarak jauhpun berakhir berganti dengan hubungan jarak dekat walaupun sekarang Ali cukup disibukkan dengan tugasnya dirumah sakit yang baru.

##########

Prilly Pov

Aku sudah sampai di Health Hospital. Dari Customer service yang ada dirumah sakit aku ditunjukkan lift menuju lantai 4 tempat pertemuan 50Dokter seluruh Indonesia itu. Dibantu Dido dan Ochi aku membawa 50dus snack untuk jam 10pagi dan 50snack untuk coffe break jam 3sore.

"Taruh disini dulu Mbak, nanti jam 10 akan dimasukin keruangan!"
Seorang wanita setengah baya bername tag Maya Rosita menghampiriku.
Aku mengangguk menaruh dus itu diatas meja didepan Aula berkapasitas seratus orang itu.

"Bu, ini yang untuk jam 10, yang ini untuk jam 3 ya bu, boxnya beda kok bu!"
Aku menunjukkan yang mana untuk jam 10, yang mana untuk jam 3.

"Iya Mbak, Terima Kasih!"

Tak lama pintu Aula terbuka beberapa orang keluar dari sana. Jam 10 pelatihan break dulu, biasanya kata Ali 15menit.

"Hey, kamu sendiri yang nganter!?"
Ali bertanya sambil mendekat saat aku membenahi snack dibantu Dido dan Ochi. Aku mengangkat kepalaku tersenyum.

"Iya, Sayang!"
Aku menjawab Ali sambil tersenyum senang akhirnya bisa bertemu dengannya.

"Ochi, Dido tolong bantu masukin kedalam ruangan...!"
Aku meminta Ochi dan Dido memasukan snack-snack itu kedalam Aula.

"Gimana pelatihannya?"
Aku memandang Ali dan membenahi rambutnya yang agak berantakan.

"Ya, gitu deh agak pusing kebanyakan teori tapi pusingnya ilang liat senyum kamu!"
Ali menghapus keringat yang ada didahiku dengan punggung tangannya.

"Tania, ada?"
Entah kenapa aku tak enak hati mengingat siapa tau ada Tania diruangan itu.

"Enggak ada, Farma diwakili Roni, Dokter Muda, teman aku juga!"
Ali membenahi rambutku kebelakang bahu.

"Tapi bisa nanya - nanya kabar soal dia kan dari Roni!"

"Sudahlah hun, kenapa sih paling suka nyebut - nyebut nama orang lain saat kita berduaan!"

"Iya, maaf, aku hanya takut!"

"Bro, udah ketoiletnya? Waktu cuma 15menit lo...!"
Aku menoleh keasal suara. Tiba - tiba tubuhku menegang melihatnya dan kepalaku pening seketika.

"Belum bentar lagi Dik...oya kenalin nih calon isteri gw, Prilly, hun kenalin Andika yang sering aku ceritain bantu aku nyesuain diri disini!"
Ali memperkenalkan orang yang sangat kukenali itu. Seorang Pria tinggi berkulit bersih dan gagah. Dia sama terkejutnya denganku. Berarti dia tak pernah lupa padaku.

Kami bersalaman tanpa menyebutkan nama masing - masing. Tangannya menggenggam tanganku erat dengan senyum yang manis.

"Gw duluan ketoilet bro, sebelum waktunya habis!"
Pria itu berlalu. Aku melihat dengan sudut mataku dia menoleh lagi kearahku.

"Sayang, aku ketoilet dulu habis tu langsung masuk Aula ya, kamu balik ketokomu, istirahat, cape!"
Ali mengacak rambutku. Aku mengangguk dan mencoba tersenyum menatapnya.

Andika Rasya Nugraha.
Aku tersandar dijok mobil. Rasya. Bertemu dengannya hanya mengoyak luka lama. Luka ketika pernah ditinggalkan hanya karna tak mau memberikan tanda cinta berupa mahkota paling berharga. Aku akui ketengilannya berkurang, mungkin karna sudah lebih dewasa dan menjadi Dokter. Dia tampak lebih dewasa sekarang. Dan dia sekarang temannya Ali. No Problem. Sekarang aku mencintai Ali, dan sudah tidak mencintainya lagi. Tentu saja aku sudah melupakannya. Melupakan kalau pernah mencintainya dan sudah melupakan kalau pernah disakitinya.

#########

Ali Pov

"Udah lama lo sama dia?"
Andika berbisik disampingku saat pelatihan masih berlangsung.

"Lima bulan....!"
Aku menjawab singkat sambil mataku konsentrasi melihat layar infokus didepan kami.

"Udah minta apa lo?"
Andika masih saja mengejarku. Kenapa dia?

"Minta apa maksutnya?"
Konsentrasiku agak terganggu dengan bisikannya.

"Kalau gw dulu minta mahkotanya setelah tiga bulan, ups!"

"Maksut lo???"

"Enggak Li, gak papa..."

Sepertinya dia keceplosan. Memangnya ada hubungan apa dia dengan Prilly?
Aku tak sempat mengorek keterangan apa - apa ketika Andika setelahnya terus menghindar dan akupun tak mau mengungkitnya lagi. Aku takut justru kalimatnya akan lebih membuatku sakit.
Aku sedang cemburu. Dan kejamnya aku juga curiga.

"Kenapa?"
Prilly duduk disampingku di sofa ruangannya. Selesai pelatihan jam 5sore tadi aku sudah melesat ke tokonya.

"Pelatihannya berat? Kepalamu pusing?"
Prilly menekan - nekan ujung alisku dengan ibu jarinya.
Aku hanya menatapnya dengan tatapan tak bersahabat kurasa. Sebenarnya kalau Andika adalah mantan pacar Prilly itu tak menjadi masalah buatku. Yang menjadi masalah adalah kalimatnya 'Kalau gw dulu minta mahkotanya setelah tiga bulan, ups!' . Dari kalimatnya aku sudah bisa menyimpulkan dia pernah ada hubungan spesial dengan Hawa yang saat ini kuanggap calon isteriku. Sampai sejauh itukah?

"Sepertinya ada yang mengganggu pikiran adamku?"
Prilly memegang bahuku.

"Andika minta apa setelah tiga bulan?"
Rasanya aku sudah tak tahan memendamnya sejak tadi.

"Rasya?"

"Panggilanpun berbeda ya, ya ya Rasya, apakah dia berhasil mendapatkan mahkotamu setelah tiga bulan berpacaran?"
Kulihat Prilly melebarkan matanya. Pasti dia terkejut aku mengetahuinya. Apakah aku keterlaluan sehingga matanya berkilat sendu dan berkabut sekarang?

"Dengan kata lain, saat ini kamu menuduhku enggak perawan, iya?"

"Kamu menuduhku enggak bisa menjaga diriku, iya?"

Aku bingung harus mengatakan apa melihat kilatan amarah dimatanya.

"Kamu mau ngetes keperawananku?"
Aku semakin bingung dengan apa yang harus kulakukan ketika Prilly membuka kancing bajunya, ketika bajunya sudah terbuka dan terpampang jelas dada kenyal dibalik Bra berwarna maroonnya, Prilly menarik bahuku, mencium bibirku ganas dan membuat aku menindihnya diatas Sofa sedangkan tangannya membuka kancing bajuku.

"Pril??"

"Lakukan saja Li, aku sudah siap, kalaupun kita nantinya tak berjodoh, aku akan terima resikonya!"

"Enggak!!"
Aku ingin bangkit dari atas tubuhnya tapi kaki Prilly mengait pinggangku dan membuat aku terjatuh lagi diatas tubuhnya. Prilly mencium dadaku yang sekarang hanya dilapisi singlet, aku memeluknya erat agar dia tak bisa bergerak dan tak bisa lagi membuat hasratku meninggi. Aku menggelamkan wajahku diatas bahunya.

"Kenapa? Kenapa kamu menolak mentes keperawananku?"
Prilly terisak dibawahku. Aku merasa bersalah padanya.

"Maafin aku sayang, maafin aku ya!"
Aku bangun dari atas tubuhnya. Membantunya duduk, mengancing bajunya yang terbuka dan merapikan roknya yang tersingkap. Dan akupun merapikan diriku sendiri.
Prilly memandang kosong kedepan dengan airmata yang mengalir. Aku menyeka airmata dan memeluknya.

"Aku ingin kita segera menikah, besok kita temui orang tuamu, bukan karna aku ingin membuktikan keperawananmu, tapi karna aku ingin kita segera Sah saling memiliki, agar tak akan ada yang mengganggu hubungan kita lagi!"

#########

Maaf ya part ini bukan part pernikahan :)

Terima Kasih, vote dan komennya yg telah menghibur dan membuat aku ingin selalu mengetik lanjutannya...

Ketjup Love,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: