(duapuluhempat) DehidrasiLove

Author Pov

"Mbak Prilly baik - baik saja, sedangkan Mas Ali punya masalah pada kualitas spermanya.....!!"

Terngiang kalimat Dokter Tony tadi. Prilly memijit kepalanya yang seketika pening. Disandarkannya tubuhnya dikepala ranjang.

'Kenapa bisa kualitas sperma Ali yang bermasalah? Bukankah Ali itu pola hidupnya sehat? Apa karna dulu sering minum dan merokok?'

Prilly meremas bantal yang ada dipangkuannya. Ketika Ali keluar dari kamar mandi Prilly memandangnya iba. Alipun menatap pada Prilly dengan iba yang diartikan Prilly kesedihan karna dirinya yang tak subur sementara Ali sendiri menatap Prilly sebaliknya.

Prilly mengusap punggung Ali ketika Ali ikut duduk menyandarkan punggung kekepala ranjang. Ali  membalas dengan mengusap punggung Prilly.

"Aku tetap mencintaimu, apapun itu, aku sudah berjanji akan sama - sama kamu terus!" Prilly mengelus pipi Ali.

"Makasih, Sayang, begitu juga jika ternyata tadi hasil tes menunjukkan sebaliknya, aku akan tetap mencintaimu!" Ali menatap Prilly sungguh - sungguh dengan mata penuh kesedihan akan nasib Isterinya, tetapi Prilly mengartikan Ali sedang sedih dengan nasibnya sendiri.

"Walaupun tak memiliki keturunan?"
Prilly memiringkan kepalanya menanggapi pernyataan Ali, seandainya dia yang divonis bermasalah.

"Aku akan tetap berusaha dan berdoa!" Ali tersenyum Dan menarik Prilly dalam pelukannya. Prilly menatap Ali dengan mata tak berkedip. Ali kelihatan tegar walaupun kilatan kemuraman masih membias diwajahnya. Prilly sendiri merasa jika dia yang mengalami ada diposisi Ali tentu dia akan merasa tak ada gunanya menjadi wanita yang dicintainya tanpa bisa atau sulit memberi keturunan. Bukankah anak adalah anugerah dan kado terindah dari Tuhan untuk sepasang suami istri.

Prilly memeluk pinggang Ali erat, membetulkan letak duduknya. Mensejajarkan diri dengan tubuh Ali, mencium kening suaminya, hidungnya dan berakhir dibibirnya.

"Aku sayang sama kamu!" Prilly mengusap-usap pipi Ali yang berada dalam rangkuman tangannya. Ali  tersenyum membalas ucapan yang sama.

"Sayang sama kamu...!" Ali memeluk pinggang Prilly, mengecup bibirnya lembut dan dalam dengan mata yang tetap saling pandang dalam jarak yang dekat. Sebelah tangan mereka saling menggenggam, sementara tangan Ali yang lain masih memeluk pinggang Prilly dan tangan Prilly yang lainnya meremas bahu Ali dan melingkari lehernya. Prilly menekan dan meraih tengkuk Ali sambil merebahkan tubuhnya membuat Ali menindih tubuh mungilnya yang menegang ketika genggaman mereka terlepas dan tangan Ali mulai menyingkap kaos birunya dan memijat dadanya yang masih terbungkus bra. Ali menaikkan  Penutup dadanya keatas tanpa dibuka dulu pengaitnya membuat tangan Prilly bekerja membuka pengait dan mengangkat punggungnya. Menekan tengkuk suaminya ketika bibirnya mulai menyentuh niplenya yang menegak.
"Akhhhh Aliii, aku sayang kamu...!" Prilly menarik nafasnya yang tersengal, bibirnya sesekali menutup bibir Ali yang mengeluarkan suara erangan dan nafas sama memburu. Ali sesekali menciumi kening Prilly yang berada dibawahnya. Penyatuan tubuh mereka kali ini sebenarnya diliputi gundah. Gundah bukan karna takkan bisa memiliki keturunan tetapi lebih gundah karna mengkhawatirkan perasaan masing - masing. Ali tak tega jika Prilly tau dirinya mengalami masalah dalam kandungannya, sedang Prilly kasian pada Ali karna yang dia tau Ali bermasalah pada kesuburannya.
'Ya Allah, berikan kami ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini'.
Tanpa mereka sadari doa mereka didalam hatipun sama. Tubuh yang penuh keringatpun sama menegang ketika tiba dipuncak bersama dengan air mata Prilly yang menetes karna Ali. Prilly sedih untuknya. Dan tanpa Prilly sadari Alipun sedih untuknya.

##########

Ali Pov

Aku bukan tak mau jujur pada Prilly. Tapi aku tak tega jika dia tau bahwa dirinyalah penyebab kami sampai saat ini belum diberikan keturunan. Aku tak dapat membayangkan jika Prilly mengetahuinya, pasti dia akan merasa rendah diri dan tak berguna sebagai seorang wanita.
Sebagai isteri, pasti dia ingin menjadi ibu dari anak-anakku, apa jadinya bila dia tau kalau dia mengalami masalah pada  indung telurnya? Indung Telur atau  Ovarium adalah kelenjar reproduksi utama pada wanita yang berfungsi untuk menghasilkan ovum (Sel telur) dan penghasil hormon seks utama. Kalau bagian tersebut yang bermasalah kami harus sabar menghadapinya. Aku akan cari tau dulu cara memgobatinya. Walaupun sulit tapi aku harus tetap berada disampingnya meskipun kami hanya akan selalu berdua selamanya tanpa anak - anak disekeliling kami.

"Hun, coba liat anak itu lucu sekali!!" Prilly menghampiri seorang anak kecil berumur sekitar dua tahun  bertubuh montok yang sedang bermain dengan baby sitternya disebuah taman depan parkiran toko kuenya.  Prilly memegang tangan anak itu dan menyapanya.

"Haiii cantikkk, main ama tante yukkk, ciniiii!!" Prilly meraih tangan anak itu anak itu menarik kembali tangannya dari genggaman Prilly dan  berlari menjauh sambil tangannya melambai - lambai minta dikejar.

Akhirnya Prilly berlari mengejar anak itu dan mataku tak lepas melihat mereka. Aku senang melihat keceriaan Prilly bermain dengan anak itu. Aku tau dia sangat merindukan kehadiran seorang bayi hasil karya kami tetapi untuk sementara angan - angan kami segera memilikinya harus dikubur dulu karna kondisi Prilly yang tak memungkinkan tetapi tanpa dia sadari.

"Huwaaaaaa......!" Tiba - tiba anak itu jatuh tersungkur ditanah, Prilly berlari menghampirinya yang menangis tersedu.

"Cup,cup sayangg...jatoh ya, aduh kacian, maafin Tante Piyi ya...!" Prilly memeluk gadis kecil itu dengan sayangnya. Baby sitternya ingin mengambil anak itu dari dekapan Prilly tapi anak itu menolak walaupun masih tetap menangis. Prilly mencoba mengangkat Anak itu tapi kelihatannya tak kuat.

"Cinii Om Ai gendong!"
Akupun mencoba mengambil anak itu dari dekapan Prilly agar bisa aku gendong. Anak itu dengan senang hati mengulurkan tangannya dan memeluk erat leher dan meletakkan kepalanya dibahuku ketika Aku mengangkat dan menggendongnya, sedangkan Prilly mengusap punggungnya disamping kami.

"Kenapa Rara...!" Seorang Ibu menghampiri kami dengan wajah cemas.

"Jatuh bu...nangis inii!" Prilly tersenyum pada ibu anak yang ternyata bernama Rara ini.

"Gak papa sayang, jatuh gitu aja nangis, ihhh...Rara pura - pura ya biar digendong sama Om ganteng ..!"

"Aku mau gendong dia gak kuat bu, emang beratnya berapa cii ini!!" Prilly mencubit pipi Rara yang masih didekapanku.

"20kg Mba!" Ibunya Rara ingin mengambil Rara dari gendonganku tapi Rara menolak.

"Rara ikut tante Piyi sama om Ai aja,mau gak?" Prilly yang berada didepanku mengusap kepala Rara, kami bertatapan penuh arti sambil tersenyum. Rasanya seperti menggendong anak sendiri yang sedang menangis sambil ditenangkan ibunya.

"Ihh Rara,masih suka ngompol Tante...!" Ibunya Rara menggoda anaknya.

Tin.tin....
Suara klakson mobil membuat kami menoleh.

"Ra, itu Papa udah dateng, ayo sayang!" Rara tetap tak bergeming dalam dekapanku.

"Om Ai anterin ya ke mobil!" Prilly mengamit lenganku mengajak menuju mobil orang tua Rara. Sampai dimobil akhirnya Rara mau masuk mobilnya. Prilly menciumi pipi Rara gemas.

"Dadah Rara, sering main ketaman ini ya, main ke toko bakery tante Piyi ...!"

"Oh, toko bakery nya itu dek ?" Ibu Rara menunjuk Toko Bakery Prilly. Prilly mengangguk.

"Ajak Rara lain kali lagi ya Kak!"

"Iya, iya...kalian udah menikah?" Kami sama mengangguk.

"Semoga cepat dapat baby ya dek!" Kami saling berpandangan.

"Aamiinn, Kak!" Akhirnya kami sama - sama menjawab. Sambil melambaikan tangan pada Ibu dan Ayah Rara yang harus segera berlalu karna mobilnya sudah berada ditengah jalan. Prilly memandang belakang mobil Rara dengan wajah yang sendu. Aku tau perasaannya. Pasti dia merasa sedih bahkan kecewa dengan kenyataan bahwa kami masih belum juga menemukan jalan keluar. Apakah dia akan tetap pada pendiriannya ingin hidup denganku walaupun tak diberi keturunan, apalagi yang dia tahu aku yang memiliki masalah?

###########

Prilly Pov

"Hun, ayo minum susunya...!" Aku mengangsurkan susu kalsium pada Ali yang langsung menciumnya dan mengeryitkan hidung karna susunya memang berbau tidak seperti susu biasa karna ini susu herbal. Aku memaksa Ali meneguknya sekali tegukan tanpa bernafas.

"Ini antibodynya sama kapsul untuk kesuburan...!" Aku memberikan dua kapsul dan segelas air hangat. Ali menurut saja.

"Udah. Apalagi yang harus aku minum Sayang, sinii!!" Ali memberikan gelas yang tadi berisi air hangat yang sekarang sudah habis padaku. Aku tersenyum. Ali memang penurut sekali. Apa yang aku mau dia pasti turuti. Sudah  dua bulan kami mengikuti terapi herbal seperti ibunya Rara. Menurut ibu Rara kalau mau terapi harus kedua - duanya minum resepnya walaupun hanya salah satunya yang bermasalah. Karna resep ini cukup penting untuk kesuburan bagi keduanya.

"Kamu udah minum apa belum?" Ali seperti mengingatkanku.

"Yang pentingkan kamu, hun...!" Kulihat Ali menatapku sedikit aneh.

"Tapikan kata kamu ibu Rara bilang harus dua - duanya supaya hasilnya maximal!" Ali sedikit mencelos sepertinya tak suka dengan ucapanku. Aku sadar mungkin perkataanku menyinggung perasaannya. Kenapa aku menjawab seperti itu sih? Seakan meremehkan karna dia yang bermasalah bukan aku dan Ali kelihatan kecewa.

"Kamu mau minum atau gak? Kalau gak mending aku juga gak usah!!" Ali menekan suaranya, kelihatannya dia jengkel.

"Kamu kok gitu, apa kamu gak mau segera punya anak, hah?" Aku naik darah mendengar ucapan sinisnya. Suaraku tiba-tiba meninggi.

"Kamukan yang bermasalah, yang penting itu kamu, kenapa aku yang kamu tekan sih?" Aku melanjutkan kalimatku. Entah kenapa kulihat raut wajahnya menjadi sendu. Apa aku sudah menyakitinya?

"Aku hanya mau ingatin kamu ya, kita hanya harus sabar menghadapi ini semua, kalau kita selalu stress dan apa - apa panik, akan lebih membuat kita tak bisa berpikir jernih!!" Ali berkata seraya menatap mataku dengan pandangan sendunya. Pasti dia merasa bersalah karna semua ini gara - gara dia. Gara - gara dia bermasalah makanya kami terlambat memiliki anak. Aku rasanya sudah tak sabar ingin sekali memiliki bayi. Memiliki keturunan. Memberikan cucu pada Umi dan Abi juga Papa dan Mama.

"Kamu gak tau rasanya jadi aku, Li, aku merasa jadi wanita yang tak sempurna tanpa memiliki anak...!" Aku menatapnya dengan pandangan mengabur.

"Jadi kamu menyesal karna menikah denganku karna aku tak subur? kamu pikir aku gak sedih? Aku ini anak lelaki tunggal yang belum bisa memberi cucu pada Umi dan Abi kamu pikir aku gak sedih?" Ali menatap mataku dalam - dalam dengan mata lembutnya yang menajam.

"Apa aku salah kalau hanya mengingatkanmu untuk rajin minum juga karna itu pesan dari yang punya resep supaya minum kedua-duanya agar hasilnya maximal...?!" Ali melanjutkan kalimatnya lalu pergi dari hadapanku.

Aku menghela nafas melihat kepergiannya dari hadapanku. Kenapa sih aku hari ini? Apakah aku stress? Kenapa juga adamku jadi kelihatan sensitif juga. Mudah tersinggung. Apakah pikirannya sama sepertiku. Sudah enam bulan sejak Ali dinyatakan bermasalah, berarti usia perkawinan kami hampir satu setengah tahun. Walaupun kata ibu Rara usia perkawinan kami masih cukup pendek dibanding usia perkawinannya yang hampir mencapai tiga tahun sebelum mendapatkan Rara, tapi tetap saja kami merasa inipun sudah cukup lama.

Hari ini aku malas sekali minum resep itu, bau susunya entah kenapa membuat aku mual. Sepertinya aku sudah bosan meminumnya selama dua bulan ini. Setiap hari satu bungkus, katanya setiap minum susu itu kalsiumnya akan menyerap keseluruh tubuh tanpa sisa dan seperti minum susu kalsium biasa sebanyak empat gelas. Dan susu itu diklaim bisa mengembalikan kesehatan tubuh termasuk menyuburkan kandungan dan juga menyehatkan sperma. Sedangkan dua kapsul yang diminum itu antibody untuk menjaga daya tahan tubuh, juga zinc untuk melengkapi kekuatan tubuh. Minum resep itu katanya juga selalu mendatangkan gairah. Memang benar. Aku dan Ali seperti tersengat aliran listrik saja kalau bersentuhan.

Rasanya aku sudah enek meminumnya tiap hari seperti orang sakit, makanya hari ini aku hanya memaksa Ali meminumnya tapi aku sendiri malas. Lagipula menurutku yang bermasalahkan Ali bukan aku. Jadi yang harusnya intensif minum ya dia. Tapi sepertinya kalimatku menyinggung perasaannya. Aku memang kejam. Kenapa sampai mengatakan yang penting dia seakan aku ingin dia menyadari kalau bukan karna dia pasti tak ada keharusan meminum resep - resep itu. Pasti Ali kecewa dengan ucapanku. Dia pasti merasa menjadi pria yang tak berguna karna tak bisa menanamkan benihnya dirahimku. Aku harus minta maaf padanya.

Aku keluar kamar berniat mencarinya. Pasti sekarang dia sedang berada diruang tengah sedang menonton Tv. Kulihat ruang tengah kosong hanya Tv menyala tanpa penonton.

"Mbak Sumi melihat Ali..?!"

"Didepan kayaknya Mbak duduk diberanda...!"

"Oh, makasih Mbak!"

Aku menuju teras depan rumah, dan kulihat bayangan suamiku duduk dibangku teras dari balik gorden. Sepertinya dia sedang serius bicara bersama Umi disana. Aku sedikit mendekat dan sepertinya mereka belum menyadari kehadiranku.

"Bersabar Li, Umi hanya berdoa semoga kalian segera diberi anugerah dari Allah...!"

"Tapi dia kadang membuat Ali tak sabar Mi...Ali tu udah sangat bersabar dan ngertiin dia, karna kami sama - sama merindukan kehadiran anak!"

Aku menghentikan langkahku untuk mendekati mereka. Tadinya Kami sudah berjanji takkan menceritakan masalah hasil cek pada siapapun termasuk orang tua kami. Aku dan Ali tidak ingin membuat orang tua kami cemas dan berpikiran negatif pada kami seandainya mereka tau salah satu dari kami bermasalah. Tapi akhirnya karna aku dan Ali tak bisa menyembunyikan kesedihan yang terpancar dari raut wajah kami, akhirnya Umi memanggil kami waktu itu dan langsung menebak ada masalah berat telah menimpa kami dan menurut Umi harus dibagi padanya supaya dapat mengurangi beban.

"Sabar Li, niat kamu baik agar Prilly gak stress dan banyak pikiran, kalau dia tau sebenarnya dia yang bermasalah Umi yakin ucapannya gak seperti itu!"

Aku terpaku ditempat mendengar ucapan Umi. Maksut Umi apa?

"Maksudnya sebenarnya yang punya masalah Aku ya, Umi?"
Dengan terbata aku mengeluarkan kalimatku dengan nada bergetar. Jadi, selama ini aku yang bermasalah? Ali hanya berkorban untuk menenangkan hatiku. Alangkah naifnya selama ini aku  menganggapnya tak bisa membuat rahimku terisi benihnya padahal rahimku sendiri yang tak mampu berfungsi dengan sempurna.

"Prilly!" Umi menatapku terkejut. Sementara Ali menolehku tak kalah terkejut. Ali berdiri dengan tegang dari duduknya sepertinya dia sudah tidak bisa lagi mengatakan apapun. Kakiku reflek menjauh darinya ketika dia mendekatiku. Aku merasa tak layak untuknya.

Belum sampai depan kamarku Ali sudah bisa meraih dan memelukku erat. Tangisanku tak dapat kubendung lagi. Lengkap sudah ketidak sempurnaanku sebagai isterinya. Aku benar - benar seperti jatuh kejurang rasanya. Ini menyakitkan.

"Aku sudah bilang seandainya hasilnya sebaliknya aku akan tetap bersamamu!" Ali mendekap kepalaku didadanya.

"Tapi aku egois menahanmu disampingku kalau aku benar - benar tak bisa memberimu keturunan, Li!!" Aku melepas pelukannya dengan air mata berderai.

"Aku sudah bilang aku akan tetap berdoa dan berusaha, Sayang...!" Ali memegang bahuku dan menghapus airmataku. Aku menepis tangannya.

"Aku ini gak ada gunanya sebagai wanita, gak ada gunanya sebagai isteri, aku gak bisa bahagiain kamu, aku .......... "
Aku tak bisa melanjutkan kalimatku ketika kepalaku tiba - tiba berdenyut. Mataku berkunang - kunang dan  Tubuhku serasa melayang diudara dalam kegelapan.

"Sayanggg..... Eiiiii!!!"

#############

To be continue ...... :)

Ketjup Love,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: