Chapter 8 - He didn't know
"Lo jahat Nes!" Kayra mengulang kalimat untuk untuk kesekian kalinya.
Sementara aku hanya menanggapi kekecewaannya dengan senyuman sambil menikmati cheese stick buatan mama.
Baru beberapa menit yang lalu Kayra sampai ke rumah dan dia langsung marah-marah kepadaku. Gadis pemilik berambut panjang -bergelombang berwarna coklat tua yang aku kenal selama ini dengan senyuman yang selalu mengembang di bibirnya kini datang dengan bibir yang mengerucut bahkan sambil merengek.
"Nessa!!" teriaknya sukses membuatku tertawa terbahak-bahak. Oke, aku jahat karena bahagia melihatnya gusar seperti ini.
"Iya iya, gue minta maaf," ucapku sambil berusaha menahan tawaku, sebenarnya aku tidak sebahagia itu tapi, entah lah, Kayra selalu bisa jadi penghiburku walaupun tidak literally menghibur, seperti saat ini.
Dia marah kepadaku karena dia tau, tadi malam aku bisa bertemu bahkan makan bersama Kelvin. Tadi malam, setelah teman-teman Ferro termasuk Kelvin memposting foto tentang acara tadi malam di akun Instagram mereka masing-masing, Kayra langsung menelpon ku tapi sayangnya aku tidak mengangkat karena aku langsung tertidur begitu sampai ke rumah.
Itulah kenapa siang ini dia datang ke rumah hanya untuk melampiaskan kemarahannya. "Tadi malam itu biasa aja kali, Kay, kita cuma makan malam kayak biasa, gak ada yang spesial. Makanya gue gak cerita ke elo," jelasku mencoba membuatnya mengerti.
"Tapi lo benerkan kalo Kelvin gak bawa cewek ke sana?"
"Iya, ya kali gue bohong tentang itu doang, nambah-nambahin dosa aja. Di antara semuanya cuma dia doang yang gak bawa pacar."
Senyum kembali mengembang di wajahnya. "Yaudah deh. Tapi pokoknya lo harus janji, kalau Ferro ngajak lo jalan lagi bareng mereka. Lo harus aja gue!" Kayra menekan di kalimat terakhirnya.
"Iya iya."
Kayra baru ikut mengunyah chesse stick setelah mendapat ikrar dariku. "Eh tapi lo tau gak? Kolom komentar di Ig-nya Kelvin itu hampir semuanya nanyakin siapa cewek yang duduk samping Ferro, mereka nanyain siapa lo. Gue gemes tau gak, ada yang bilang lo fans yang nimbrung pas foto, ada yang bilang lo temennya Ferro bahkan ada yang bilang lo pelayan yang gak sengaja ikutan foto, ngeselin banget kan?! Pengen gue colokin tu mulut-mulut."
Aku menggigit ujung bibirku. Masih syukur mereka hanya mempertanyakan siapa diriku tidak mengomentari penampilan ku.
"Menurut gue, Nes. Lo harus buruan bilang ke semua orang kalo lo itu pacarnya Ferro. Biar diem tu mulut chili-chili di Ig. Lo mau nunggu sampek kapan lagi sih?!" Kayra bisa menyampaikan kalimat itu dengan santainya, tapi itu terdengar sangat berat bagiku.
"Entah lah, Kay," jawabku singkat kemudian kehilangan seleraku untuk melanjutkan makan cemilan favoritku.
"Btw, lo sendirian di rumah?" tanyanya tiba-tiba.
"Tumben lo nanyak gitu."
"Gakpapa, sepi aja, padahalkan ini minggu."
"Mama ada di kamar, papa pergi kerumah temennya."
"Gio?"
"Anak itu gak usah ditanyain kali. Dia emang jarang di rumah," jelasku. "Tumbenan lo nanyakin Gio?"
"Ha? Gakpapa," Kayra mengalihkan topik pembicaraan dan kembali bersemangat. "Eh, iya Nes. Gue baru ingat, gue mau cerita. Kemarin malam gue nonton talk show yang ada Ferronya. Dan lo tau apa yang gue dapet dari situ?"
"Hm?"
Apa? Talkshow di TV ada Ferro? Bahkan setelah pacarku sering muncul di TV seperti sekarang, tetap saja aku tidak tertarik untuk melirik kotak hitam yang isinya penuh dengan gimik itu. Jadi, wajar saja aku tidak up date tentang berita atau gosip apapun, sekalipun itu tentang Ferro.
"Jadi waktu salah satu presenternya nanya apa Ferro punya pacar atau enggak, terus dia jawab-" Kayra sengaja menggantung kalimatnya.
"Apa?" tanyaku spontan ketika mendengar Kayra meninggung soal pacar.
Semoga Ferro gak deklarasi di TV kalau gue pacarnya.
"Iya, sabar, ini juga mau dijelasin. Lo sih nyember aja," katanya kemudian melanjutkan. "Dia jawab ... gak tau."
"Maksud lo?"
"Iya, pas dia ditanya punya pacar atau enggak, dia cuma ngangkat bahu dan jawab 'gak tau'."
Gak tau?
Aku tidak tau dari sekian banyak jawaban, kenapa dia memilih kalimat itu. Tapi, tunggu! Seharusnya aku senengkan? karena ini sesuai dengan keinginanku, kalau dia tidak menyebut namaku sebagai pacarnya, tapi ... kenapa ini terdengar menyakitkan?
Kenapa jawabannya mesti 'gak tau',sih? Dia gak tau jawabannya atau dia gak tau kalau pacar dia itu gue.
"Assalamualaikum ... ." Seseorang mengucap salam dari arah pintu depan dengan suara yang belakangan ini sering kudengar. Aku memandang sedikit dari ruang tengah, dan benar saja sesuai dugaanku, Ken sedang berdiri di ambang pintu dengan kaos longgar berwarna hitam dengan celana pendek coklatnya sepanjang lutut seperti biasa.
Mau apa ni anak? Kenapa dia selalu datang di saat yang tidak tepat, sih.
"Walaikumsalam, masuk aja," ucapku dengan suara sedikit keras agar dia bisa mendengar.
"Hai, Nes," sapanya seperti biasa begitu masuk dan menemukanku duduk di ruang tengah bersama Kayra.
"Mau apa?" tanyaku.
"Ini, mau balikin ini-" dia menunjukkan nampan dan beberapa piring milik mama yang sekitar seminggu lalu di bawanya dari rumah. Kemudian melanjutkan,"nyokap lo mana?"
"Mama ada di kamar, lo mau ketemu mama? Biar gue panggilin."
"Eh, udah gak perlu. Titip salam aja dari nyokap gue, katanya makasih udah kasi makan anaknya."
"Oh oke, ntar gue sampekin. Itu lo letak di atas meja makan aja ya, gue mager."
Mematuhi perintahku dia langsung berjalan ke meja makan.
"Siapa Nes, kok ganteng?" bisik Kayra begitu memastikan Ken sudah berada di ruang makan.
"Tetangga baru. Jangan ketipu sama wajah gantengnya, anaknya ngeselin."
"Tapi keliatannya baik loh-"
Kalimat Kayra terpotong begitu dia sadar Ken sudah kembali dari ruang makan. "Kenalin ke gue dong!" bisiknya lagi.
"Tapi lo jangan nyesel ya!" kataku memperingatkannya.
"Gak bakal."
"Ken, temen gue mau kenalan," ucapku tanpa basa-basi begitu aku tau Ken sedang melihat ke arah Kayra sekarang.
Tidak heran sih, pesona Kayra yang timpang dengan ku selalu mampu menarik perhatian setiap pria yang melihatnya. Wajah manisnya dengan dagu yang lancip dan tulang pipi yang menonjol saat tersenyum selalu jadi bahan pembicaraan banyak pria. Apalagi wajah Kayra tidak pernah lepas dari sentuhan make-up, dan sangat berbeda denganku.
"Hai," sapa Ken, dia langsung mendekat ke arah kami duduk, lebih tepatnya ke arah Kayra agar bisa saling berjabat tangan. "Nama gue, Kenraydenagi Putra," dia memperkenalkan dirinya seperti biasa dengan nama kebanggaannya itu. Baru dia orang pertama yang aku kenal saat memperkenalkan diri secara informal selalu menyebut nama lengkap, tapi masih untung dia tidak menyebut dengan nama orang tua pakai bin apalah-.
"Oh, Hai Ken. Gue Kayra," sahut Kayra dengan senyum manisnya.
"Kayra, gue boleh pesan sesuatu gak sama lo."
"Apa?"
"Jangan keseringan senyum ya, gue khawatir ntar hujan."
"Maksudnya?"
"Iya, gue khawatir langit cerah siang ini minder karena kalah mempesona sama senyuman lo."
Receh! Dia malah gombalin Kayra depan gue.
"Bisa aja lo," sahut Kayra dengan pipi merona. Kalimat Ken, aku tebak sukses membuat hati Kayra meleleh tapi membuatku hampir memuntahkan cheese stick yang sudah kumakan tadi.
Ken ikut duduk bersama kami bahkan ikut melahap chesse stick ku yang tinggal setengah piring. Aku mendengkus tapi mulai maklum dengan sikap sok akrabnya.
"Nes, sore ini temenin gue ke mall ya, gue mau beli laptop," kata Ken kemudian melahap chesse stick lagi.
Tunggu! seharusnya itu sebuah permintaan tolong kan? Tapi kenapa gue dengernya dia lagi merintah gue ya.
Kayra yang duduk di samping ku tiba-tiba tertawa. "Jadi gini Ken, kalo lo kenal Nessa lo juga harus tau kalau dalam hidup dia itu ada istilah, No one can disturb my Sunday."
"Maksudnya?" tanya Ken.
"Ya, maksudnya gak ada yang bisa ngajak Nessa jalan kalau hari minggu kemana pun itu, sekalipun itu nyokap atau bokapnya, pacarnya atau bahkan gue. Karena hari minggu dia cuma mau di rumah. Ngeram kayak ayam lagi bertelur, emang parah ni anak, makanya kita gak pernah jalan kalau hari minggu," jalas Kayra panjang lebar. Dia memang yang paling mengerti aku.
"Emang gitu, Nes?" tanya Ken kepadaku.
Aku hanya mengangkat bahu tak ada niat menanggapi pernyataan Kayra sekalipun itu memang benar adanya.
"Kalau sama gue aja gimana Ken? Gue kosong kok sore ini," ucap Kayra masih dengan senyum terbaiknya, bahkan membuatku bergidik sekarang.
"Boleh aja sih kalo lo mau."
"Gak perlu, Kay. Ken pergi sama gue aja." ucapku memotong pembicaraan mereka.
"Loh kok-"
"Gue lagi pengen jalan hari ini, buat perbaikan mood. Sekalian ada yang mau gue beli," jelasku saat mendapat tatapan sinis dari Kayra.
"Rese lo, Nes" gerutunya.
--------------------------------------------------
Chapter 8 has completed!!!
It is such an unbelievable thing, cause I can reach this chapter and up date it every day 💞💞💞
So love myself and love you all.
~Rhannisa
22 December 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top