Chapter 1 - The Beginning of Everything


Tempatku bukan disitu, aku tidak pantas berada disitu bersama mereka. Suasana seperti itu terasa terlalu asing bagiku.

2 September 2017

Malam ini adalah malam gala premiere film pertamanya Ferro. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan karir Ferro bisa seperti ini. Dulu dia selalu bercerita kepada ku tentang cita-citanya yang ingin menjadi seorang aktor, namun aku hanya menanggapinya sebagai sebuah candaan, karena aku pikir itu sesuatu yang tidak mungkin, tapi dia berhasil membuat ku mengaku salah. Karena di sana lah dia sekarang berdiri bangga dengan impiannya di genggaman.

Dia sudah ingin memulai impiannya ini sejak lulus SMA, mamanya yang juga mendukungnya pun sering mengajaknya mengikuti casting kemana-mana, mencoba jadi model majalah, model iklan dan lain sebagainya. Ferro selalu menceritakkan semuanya kepadaku, ya, tapi aku hanya menanggapinya biasa saja, karena aku memang benar-benar asing dengan dunia seperti itu.

Sampai suatu hari, dengan wajah penuh bahagia Ferro mendatangi ku dan bercerita kalau dia di tawari membintangi sebuah film anak sekolahan, dan bahkan menjadi pemeran utama. Aku tau, itu pasti hal yang paling bahagia baginya, namun tidak denganku. Aku sama sekali tidak suka dia berada di bidang itu, bidang yang mana itu sangat jauh dari kehidupanku. Namun sebagai pacar yang baik, aku tetap support dia.

Beberapa bulan yang lalu, kehidupannya sudah disibukkan dengan shooting untuk film ini sehingga waktu kami bertemu menjadi berkurang, apalagi sekarang dia jadi jarang masuk kuliah, jadi tak ada alasan kami untuk bertemu.

Beberapa kali dia mengajakku untuk menemaninya selama shooting dan dia juga berniat untuk mengenalkan ku dengan dunia barunya itu, namun aku menolaknya dengan berbagai alasan. Tapi alasan utamanya adalah suasana seperti itu terasa sangat asing bagiku.

"Kay ... mana?" tanyaku melalui sambungan headset.

Kayra sepertinya tidak mendengar suaraku, dia mengarahkan kamera handphonenya ke kerumunan orang di dekatnya. Aku benar-benar tidak bisa membaca suasanaya, ada banyak orang berpakaian bagus di sana dan beberapa wartawan yang membawa lighting dan kamera besar.

Seharusnya aku berada di sana sekarang.

Kalimat itu yang dari tadi berseliweran di kepalaku. Dari jauh-jauh hari Ferro sudah menceritakan tentang acara ini kepada ku, dengan penuh harap dia juga memintaku untuk menghadiri acara ini untuknya. Tapi ... selain alasan papa tidak akan mengizinkan ku untuk pergi, sebenarnya langkahku memang terasa berat untuk pergi kesana. Setidaknya flu ini bisa aku jadikan alasan jika Ferro menanyaiku nanti.

Aku memang tidak ingin berada disana, tapi aku tetap penasaran apa yang terjadi disana. Sebagai gantinya aku meminta Kayra untuk melakukan ini untukku. Dia memang selalu bisa ku andalkan. Dia memang tidak diundang di acara itu, tapi dia bela-belain beli tiket agar bisa datang ke acara itu. Tidak, bukan semata-mata untuk ku, tapi memang untuk dirinya sendiri. Karena salah satu artis idolanya ikut main dalam film itu, yaitu Kelvin.

Wajah Kayra hilang dari layar, namun suaranya kembali terdengar dari headset yang aku kenakan. "Nes.. Nes.. Lo perhatiin ya! Bentar lagi para pemainnya bakal keluar." Kayra mengarahkan kamera handphonenya ke suatu tempat, seperti panggung kecil. Kemudian suara Kayra kembali hilang tenggelam dengan riuhan banyak orang.

Kayra memfokuskan kamera handphonenya ke suatu tempat. Benar saja, tak lama aku bisa melihat beberapa orang keluar dari sana, dan keriuhan terdengar lagi. Meski sedikit blur namun aku bisa melihat wajah Ferro yang paling depan, rahangnya yang tegas, hidung mancungnya, ukiran senyumnya yang membuat tulang pipinya menonjol dan tambah lagi rambutnya yang lebat dan panjang yang biasanya menutupi telinga tapi kali ini tersisir rapi kebelakang, semuanya sudah tersimpan rapi di memoriku, pemandangan yang selalu mampu memperbaiki mood ku.

Sesuai dengan yang kemarin dia katakan kepadaku, malam ini dia mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kemeja dalam berwarna putih yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Mataku beralih ke gadis di sampingnya yang mengenakan setelan atas berwarna putih dengan bahu terbuka dan rok satin kembang berwarna hitam selutut, aku tidak paham benar bagaimana menjelaskan outfit-nya malam ini, tapi yang jelas dia sangat cantik.

Gadis itu mengaitkan tangannya ke lengan Ferro, mereka terlihat benar-benar serasi. Dia adalah Vallery Masha, atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Marhsa. Marsha adalah lawan main Ferro di film itu, dia dua tahun lebih tua dari padaku. Tapi gayanya masih sangat cocok untuk memerankan anak SMA, rambutnya yang sebahu, senyumnya yang manis dan tingginya yang tidak jauh beda denganku membuatnya terlihat lebih muda dari umur aslinya.

Pilihan yang tepat untuk aku tidak pergi kesana. Tempatku memang bukan disana, aku tidak yakin dengan perasaanku sendiri kalau aku berada disana.

Sama seperti Ferro, Marsha juga baru di dunia perfilman. Aku juga tidak pernah melihatnya sebelumnya. Namun Kayra bilang, Marsha beberapa kali menjadi sebuah bintang iklan di TV dan dia juga seorang beauty vlogger terkenal di youtube, jadi meskipun dia baru di dunia film tapi sudah banyak orang yang mengenalnya. Tapi tidak dengan aku, aku sama sekali belum pernah melihat dia sebelumnya. Wajar saja, aku tidak suka nonton TV, apalagi buka youtube tentang kecantikan. Karena lebih baik waktuku dihabiskan dengan menonton drama korea berepisode-episode di kamar dengan laptop, itu saja sudah seperti kebahagiaan yang hakiki bagiku.

Entah kenapa mataku terasa panas sekarang, entah karena cahaya tab yang terlalu terang atau memang karena apa yang aku lihat. Mataku beralih ke kotak kecil di ujung layar yang memantulkan gambar wajah ku sekarang. Aku menapi wajahku sendiri yang tergambar oleh kamera saat melakukan video call. Rambut lurusku yang sepunggung aku kucir satu seperti biasa dan tergerai malas di bahuku, wajahku yang jauh dari alat make up, dan style ala mahasiswa apa adanya. Aku benar-benar tidak sebanding dengan Marsha.

"Nes ... Kelvin ... Itu Kelvin !!" teriak Kayra ketika pria dengan setelan jas berwarna biru navy dengan dalaman kemeja putih itu keluar. Seketika kameranya jadi tidak fokus karena Kayra yang mengguncang handphonenya, aku maklum mungkin dia terlalu excited. "Kami berdua jodoh banget ya, warna baju bisa samaan gitu," kalimatnya membuatku tertawa. Anak itu memang selalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu, tapi hal itu yang membuat aku bahagia selama berteman dengannya.

Kamera kembali tidak fokus karena Kayra yang berjalan untuk mendekat ke para pemain, lebih tepatnya ke arah Kelvin. Aku tidak bisa menyalahkannya sekarang, karena memang inilah tujuannya dari awal, dan membantuku hanya sebagian kecil dari rencananya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka yang sontak membuatku menelungkupkan layar tab ke kasur. Aku menurunkan kepalaku perlahan di kasur dan membaguskan posisiku agar terlihat benar-benar sedang tidur. Aku mengintip dari balik selimut, terlihat siluet tubuh mama yang terpapar sinar dari luar kamarku, mama berdiri di ambang pintu, pasti mama mau mengantar obat untukku.

Ini yang aku suka dengan kegelapan. Karena orang tidak akan tahu apa yang aku lakukan, jujur atau bohong.

Pintu kembali tertutup, sepertinya mama mengurungkan niatnya dengan tidak ingin membangunkan tidurku. Aku mengambil tab lagi bukan ingin melanjutkan kegiatan ku tadi, tapi aku memutuskan untuk menyudahinya, mematikan sambungan video call dengan Kayra.

Ku rasa cukup malam ini, sepertinya Ferro juga tidak terpengaruh dengan ketidakhadiran ku. Sekali lagi aku memantapkan hati kalau, adalah pilihan yang tepat untuk tidak pergi ke sana.

Aku menenggelamkan tubuhku ke balik selimut. Sudah berapa kali aku berkelit dengan mengatakan aku mau tidur, tapi mataku sama sekali enggan untuk tertutup. Aku menatap langit-langit kamar, sebenarnya aku sedang tidak benar-benar melihatnya aku hanya melihat kegelapan di sana, aku tidak yakin bagaimana kondisi langit-langit kamarku sekarang, entah ada cicak yang sedang lewat atau mungkin langit-langit kamar ku sedang mendekat kearah ku sekarang, semua pandanganku terhalang oleh gelap.

Langit-langit itu mengingatkanku dengan Ferro. Dia seperti berada di hadapanku, tapi aku tidak tau bagaimana dirinya sekarang, sepertinya kegelapan menjadi penghalang hubungan kami sekarang, kegelapan yang tidak dapat ku sentuh tapi menghalangiku.





_________________________

Yuhuu~~

This is the first chapter!!

How is it so far?? Excited?! I'm so excited, and I hope you all guys feel the same..

Please comment about you feeling and don't forget to leave vote yaa!!

See you and love youu









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top