Bab 3 : Permulaan
“Mbun, tidurlah. Mulai besok kita akan terlalu sibuk dengan semua yang telah direncanakan,” sapa Vhee saat mendapati aku masih duduk di ranjang kamar.
“Iya Vhee, aku hanya masih tak percaya terdampar di tempat yang seperti ini. Tempat ini jauh berbeda dari duniaku. Aku nggak tahu apa bisa beradaptasi nantinya di sini. Belum lagi pandangan orang-orang saat melihat penampilanku berbeda dari kalian semua,” jawabku singkat.
“Jangan hiraukan pandangan orang lain Mbun, kau tahu, orang hanya bisa menilai orang lain, tapi mereka tak pernah sanggup menilai diri sendiri. Jujur saja, aku malah iri melihat penampilan kamu. Aku selalu ingin punya rambut hitam,” ujar Vhee seraya tertawa menyemangatiku.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Vhee mungkin tidak tahu, jika perbedaan yang mencolok hanya akan menjadi bahan gunjingan dimana-mana. Seperti dulu saat aku jadi bahan bullying hanya karena memiliki warna rambut pirang kecokelatan juga bermata biru. Mungkin memang aku harus membiasakan diri karena berbeda dari semuanya, baik di duniaku ataupun disini.
“Kau melamun Mbun? “
Aku menggeleng pelan seraya berkata, “Aku hanya sedikit terbayang duniaku. Baik di sana ataupun di sini aku terlihat sama saja. Berbeda. Tapi daripada membahas ini, ada yang ingin ku tanyakan? Sebelum kita menemui Raja Hertha kalian bilang aku harus menemukan Atma terlebih dahulu, karena hanya pejuang yang memiliki Atma saja yang bisa diterima dengan cepat ke dalam istana, lalu bagaimana caranya aku mendapatkan Atma ini?” Aku menatapnya ragu menunggu penjelasannya.
“Gampang-gampang susah sih, tapi aku yakin kamu pasti bisa Mbun. Besok Eros dan Beay akan membantu kamu. Tugasmu hanya ikuti saja apa yang mereka beritahukan,” nasihat Vhee.
“Kenapa tidak kamu saja Vhee yang menemani nanti?”
“Jangan! Jika kau tak ingin semuanya berantakan,” teriak Mouw yang tiba-tiba teriak dari atas kepala Vhee.
“Kenapa begitu?” tanyaku penasaran.
Vhee hanya menunjukkan deretan gigi putihnya. Lalu berkata dengan malu-malu, “Itu karena aku bukan petarung Mbun. Saat aku mendapatkan Mouw dulu juga tak sengaja. Dia hanya kasian melihat aku yang berada disana satu tahun lebih. Saat aku benar-benar putus asa, jiwa Mouw menghampiriku. “
“Satu tahun?!” sontakku tak percaya. “Itu lama sekali,” lanjutku kemudian.
Vhee hanya mengangguk. “Makanya lebih baik kau dibantu mereka. Sudahlah lebih baik kau menyiapkan energi untuk besok. Saatnya tidur.”
“Okey, baiklah. Selamat tidur Vhee, Mouw,” pamitku seraya menarik selimut dan mulai berbaring di ranjang.
“Jangan khawatir Mbun, kau pasti bisa mendapatkan Atmamu besok. Selamat tidur,” ujar Vhee lalu menutup pintu kamarku.
Aku memang mencoba memejamkan mata, tapi pikiranku melayang. Jika Vhee yang memang tinggal di dunia ini mendapatkan Atma bisa satu tahun, lalu bagaimana aku besok? Sedangkan Ken bilang aku harus segera mendapat Atma agar bisa berjumpa dengan Raja. Ah, sudahlah, bagaimanapun aku berpikir keras, semuanya tidak akan bisa beres. Lebih baik aku tidur sekarang, dan besok semua perjalanan ini harus segera di mulai.
***
Aku duduk gelisah di dekat jendela. Beberapa kali mataku melirik taman depan menunggu Eros dan Beay. Vhee sendiri sudah berangkat kerja. Tak lama kemudian Eros memasuki pagar rumah dengan pakaian lengkap. Setelan berwarna biru gelap diselingi warna hitam, lalu sebuah tombak panjang menyilang dibalik punggung. Dia melambaikan tangannya saat menyadari aku yang melihat dirinya.
“Kau siap Mbun? Kita berangkat sekarang,” ucapnya mantap.
“Tunggu, Beay belum datang. Aku pikir kalian datang bersamaan,” jawabku.
“Apa? Aku pikir bidadariku sudah duluan datang,” ucapnya kemudian. “Ries, coba kamu cari tahu sudah dimana Beay sekarang,” ujar Eros memberikan perintah dengan seekor binatang yang aku yakini adalah atmanya.
“Iya Tuan Muda Eros,” jawabnya yang kemudian mulai memainkan telinganya. Ries, memiliki tubuh besar dibandingkan Mouw. Bulu lebatnya berwarna hitam keunguan, namun wajahnya tampak sangat sedih.
“Dia tipe Atma pemalu Mbun, tapi fisiknya sangat kuat,” ucap Eros yang menyadari aku memperhatikan atmanya.
“Kenapa wajahnya sedih begitu?”
“Oh, itu, nanti juga kau akan tahu kenapa seperti itu,” jawab Eros.
“Nona Beay sudah hampir sampai Tuan, “ ujar Ries.
Tiba-tiba saja suara derap langkah kaki mulai memasuki halaman rumah. Aku melihat Beay yang berlari cepat memasuki rumah.
“Maaf, maaf aku terlambat,” ujar Beay tergesa-gesa. “Ini untukmu Mbun, aku membuatnya semalaman. Ini semua akan kamu butuhkan nanti.” Beay meletakan bingkisan daun di atas meja. Tanpa bertanya aku mengambil dan membukanya.
Sebuah gaun bermotif daun, berwarna ungu bercampur biru. Cantik. “Ini buatku?” tanyaku tak percaya.
“Iya, coba pakai. Kau akan merasakan manfaatnya nanti,” ujarnya sambil mendorong, menyuruh masuk kembali ke kamar.
Aku kembali ke kamar dan mencoba gaun yang dibawa Beay, ku padukan dengan sepasang pita senada baju untuk menghias rambutku. Lama aku memandangi cermin, baju pilihan Beay terlihat pas. Akupun kembali berjalan keluar.
“Sempurna,” celetuk Eros.
“Pas. Cantik,” ujar Beay menanggapi. “Itu baju tempur kamu, dan satu lagi sini tanganmu.”
Tanpa bertanya aku ulurkan tanganku yang langsung ditarik oleh Beay. Tanpa intruksi Beay memegang punggung tanganku dengan erat, terlihat cahaya hijau terang menyelimuti genggamannya.
“Selesai,” ucapnya bersemangat.
Aku melihat kini ada ukiran tiga bintang di punggung tanganku. Sebelum bertanya Beay sudah menjelaskan semuanya.
“Selamat datang di klan kami Embun, Klan Zerura. Lambang ini menandakan identitas kita. Jika sesuatu terjadi orang akan mudah menemukan keluarga kita. Semalam Ken memintaku untuk menandai kamu agar tidak tersesat. Tapi jangan khawatir, ini tidak permanen kok, jika suatu saat nanti kamu ingin pindah atau keluar kamu bisa menghapusnya sendiri,” jelas Beay bersemangat.
“Jadi ini bukan tatto kan?”
“Apa itu tatto? Ini hanya magic petanda Mbun. Ah, iya, untuk bajumu itu sudah kulengkapi dengan tingkat kekebalan. Jadi kau tidak akan mudah terluka, dan satu lagi, ini kotak perlengkapan buat kamu. Isinya ada tiga butir obat, dengan catatan... gunakan saat kamu sekarat. Yang paling penting ini senjatamu, aku tahu kamu belum bisa menggunakannya tapi ini untuk melindungi kamu, hati-hati menggunakannya,” jelas Beay sambil menyerahkan semua yang kubutuhkan.
Aku hanya mengangguk mengerti dan segera menyimpan kotak tersebut di saku baju dan menggantung pedang di punggungku.
“Sekarang waktunya praktek, kamu siap Embun?” kali ini Eros bertanya. “Oh, iya, dan selamat datang di Klan Zerura. Setelah kau mendapatkan Atma kau akan mengerti kegunaan ini semua,” lanjutnya kemudian.
“Hmm, okelah. Aku siap!”
“Semangat Embun, aku yakin kamu bisa,” ujar Beay sambil memelukku hangat. “Dan Hati-hati dengan pria hidung belang di sampingmu ini.”
“Kau tidak ikut Beay?”
Beay menggeleng seraya berkata, “Aku hanya seorang crafter, tugasku hanya membuatkan barang-barang yang kalian butuhkan.”
“Terimakasih Beay. Doakan aku selesai lebih cepat.”
“Beb, peluk aku juga dong, sini sini,” rengek Eros yang langsung mendapat kepalan tangan dari Beay.
“Oh ayolah Beb, aku juga butuh suntikan semangat,” rengekan Eros sambil mencoba mengejar ingin memeluk Beay.
“Idih, jangan mendekat! Atau aku jitak kepala kamu!!” teriak Beay greget seraya berlari keluar rumah menghindari Eros. “Embun, semangat ya, aku tunggu kabar baik dari kamu,” teriaknya di kejauhan. Aku hanya tertawa melihat kekesalan Beay yang memilih segera pergi. Eros hanya cemberut melihat kepergian Beay.
“Ayok Eros, berangkat sekarang, “ ujarku yang kini mulai berjalan meninggalkan halaman rumah diikuti Eros dari arah belakang.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top