9

Aku menengok ke arah jendela, hujan masih tak henti-hentinya mengetuk-ngetuk bumi, menggiring dingin menuju kulit. Meski tembok kelas tebal, namun semilir angin diam-diam masuk melalui ventilasi yang berada di atas jendela.

Inilah suka duka duduk di samping jendela.

Pak Aji sedang menjelaskan tentang komposisi dalam seni rupa, sepanjang pelajaran aku lebih suka memperhatikan kumisnya yang beramus, bibir beliau bahkan hampir tertutupi semua. Aku jadi penasaran, bagaimana caranya Pak Aji makan tanpa harus merusak tatanan kumisnya itu.

Aku melirik ke arah bangku Gancang yang berada di sebelahku. Cowok itu nampak menggambar di kertas sebelum mengguntingnya dan menempel kertas itu di bawah hidungnya. Ia lalu terlihat meniru Pak Aji, aku jadi ingin tertawa.

Menurut kabar yang beredar, kumis Pak Aji yang terkenal paling beramus di antero sekolah. Bahkan kumisnya sudah menyaingi kumis milik kepala sekolah tercinta. Kata Bu Tinita yang pernah sekelas dengan beliau sewaktu SMA, kumis itu tidak pernah sekali pun dicukur habis. Sejak kedatangannya di dunia Pak Aji merawatnya dengan baik, seperti merawat anak sendiri.

Bahkan gara-gara itu juga Pak Aji pindah kuliah dari PTN Favorit ke PTS, hanya demi melindungi kumisnya yang terancam dipotong saat masa penggodokan saat menjadi Maba.

Sungguh absurd sekali guru itu.

Tapi ya, berkat usahanya bertahun-tahun tersebut, kumis itu kini menjadi yang terbaik diantara semua kumis yang pernah kulihat.

Kulirik Gancang yang masih sibuk bermain dengan kumis-kumisannya, beberapa anak cowok yang duduk dekat dengannya tampak bertukar canda. Kalau saja Pak Aji menaruh sedikit perhatian untuk murid-muridnya yang nakal ini, mereka pasti langsung kena depak di kelas seni rupa.

Mataku lalu beralih pada Gilang yang tampak serius memperhatikan sambil sesekali mencatat, gilang mungkin cowok yang terbaik di kelas, tidak neko-neko. Kurasa itu faktor utama kenapa ia masuk ke nominasi cowok pacarable di hari valentine kemarin.

Tapi tunggu, setelah kuperhatikan baik-baik, kenapa ia sering mengelus dagunya?

Aku cabut perkataanku tentang Gilang yang tak neko-neko, sejak kapan ia menempelkan kertas di dagu dan mengelusnya layaknya sebuah jenggot?!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top