6
Aku memeluk tubuhku sambil menyesap coklat buatannya, hujan masih turun dan tidak ada tanda-tanda untuk berhenti. Ini sedikit menyebalkan sebenarnya namun apa boleh buat?
"Masih gelebah?" tanya seorang lelaki sambil membawa setoples biskuit yang tampak baru matang dari oven, wanginya menggelitik hidungku. Kalau saja suasananya lebih menyenangkan dan hangat, mungkin aku sudah mengambil toples itu dan menghabiskan isinya dengan brutal.
"Sedikit," ungkapku tanpa melepas mata pada jendela yang tampak semakin basah, sama seperti wajahku beberapa menit yang lalu.
"Kamu belum puas rupanya," ucapnya sambil duduk di sebelahku.
Ia telah berhasil membuatku masuk ke dalam ruangan yang lebih hangat jika dibandingkan teras tadi. Sofa lembut ini seperti memelukku yang rapuh, tempat bersandar yang nyaman walau tak senyaman pelukannya.
"Memandangi hujan seperti itu, apakah kamu tidak lelah?"
Kembali ia bertanya, dengan nada yang sama seperti bertahun-tahun silam, tak ada yang berubah. Aku hanya memberikan sebuah senyuman sebagai jawaban dari pertanyaannya.
"Ya, kamu menyukai hujan," ucapnya sambil tersenyum dan ikut memandangi jendela.
Bertahun – tahun kami saling mengenal, membuat kami dapat mengetahui isi kepala masing-masing dengan begitu mudahnya. Hanya dengan sikap, kami bisa berbicara.
Gelebah yang melanda belum juga sirna, sama seperti hujan yang nampaknya tidak ingin berhenti ini. Sepertinya aku akan betah berteman dengan mereka untuk beberapa hari lagi.
"Kalau kamu butuh cokelat lagi, beritahu aku,"
Dirinya pun beranjak pergi, aku yakin ia berusaha untuk menghargai keputusanku yang berusaha sendiri untuk hari ini dan mungkin untuk hari – hari berikutnya.
"Ah,.."
Aku pun mengusap air mata yang datang tiba – tiba tanpa permisi, sungguh, kenapa disaat yang seperti ini? Aku bahkan belum menyiapkan tissue untuk menghampusnya.
Bagaimana kalau ia kembali dan bertanya tentang airmataku yang tiba-tiba membasahi wajahku? Mungkin ia tidak akan marah, namun rasa khawatirnya lebih menyiksaku daripada amarahnya.
Ini membuatku dilema.
Di satu sisi aku tidak ingin membuatnya khawatir namun di sisi yang lain aku tidak bisa untuk menahan diriku dari deras kesedihan yang memeluk jiwaku. Sungguh, dari kemarin aku selalu berdoa untuk hari yang cerah, aku berharap pelangi akan segera menggantingan tangis ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top