30

Suara petir merenek namun itu semua tak bisa mengalihkan pikiranku. Sedangkan orang di sampingku tetap diam saja, setelah percakapan kami bermenit menit yang lalu. Tangisku sudah berhenti, air mataku sudah mengering, namun rasa sakit itu masih disini.

Aku masih tidak percaya akan apa yang telah terjadi.

"Aku akan membuatkanmu coklat panas lagi," ucapnya lalu kembali berdiri

Aku langsung menahan tangannya, "Kumohon,"

Dia menatapku sebentar lalu kembali duduk di sampingku. Aku kembali melihat ke arah luar, hujan masih mengguyur namun tak sederas tadi.

Ia lalu menepuk kepalaku, mengelusnya sama seperrti yang biasa ia lakukan ketika aku merasa tak tenang. Sama seperti saat kami masih SMA dulu.

Tanpa sadar mengingat SMA membuatku kembali mengingatnya, bagaimana dulu disetiap harinya mataku selalu menangkap bayangnya.

"Aku... kurasa aku tidak bisa melupakannya..."

Aku mengatakannya dengan jujur, ingatan tentangnya dan patah hati ini akan menjadi racun untukku selama beberapa hari, mungkin juga berbulan bulan yang akan datang. Bagaimana pun kami sudah mengukir banyak kisah, sebagai kawan dan sebagai kekasih.

Namun kini kami berdua adalah orang asing, dan perubahan yang tiba – tiba ini tak bisa aku terima.

"Kalau begitu jangan dilupakan jika itu hanya akan membuatmu sesak,"

Peganganku padanya semakin kuat, perasaan ini mengalahkan perasaan ibaku pada tangannya, aku membiarkan tangannya menjadi pelampiasan dari sakit yang kini masih kurasakan.

Ini kali pertama aku merasakan sakit hati, lukanya terlalu perih bagiku.

Aku ingin menangis kembali namun aku sadar bahwa aku sudah tak punya air mata untuk dijadikan hujan pun wajahku sudah terlalu basah untuk dibasahi lagi.

"Aku masih tidak terima... aku tidak terima ia meninggalkanku begitu saja..."

Dia lalu menghela napas, "Kau harus menerima kenyataan walau itu terasa menyakitkan, kamu tidak sendiri, semua orang punya rasa sakitnya masing – masing,"

"Ta- tapi mungkin saja kau-"

SRET!

Ia lalu memabwaku ke dalam dekapannya yang hangat, ia membagikan ketenangan meski bukan lagi melalui kata – kata.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku berjanji,"

Seperti biasanya ia selalu bisa membaca apa yang aku rasakan, ini membuatku selalu nyaman berada di dekatnya.

"Terima kasih Gilang," 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top