22
Savira berhenti menepuk pundak Januar, gadis kecil itu merasa dadanya lebih sesak meski ia tak mengalami luka serius.
"Pergi ke sungai..." ucap Savira begitu mereka memasuki wilayah desa.
Meski masih diliputi keheranan Januar tetap mengayuh sepedanya menuju satu-satunya sungai yang ada di desa mereka. Savira langsung turun dari sepeda begitu Januar berhenti, gadis itu berlari menuruni tangga menuju sungai.
Januar mengikuti langkah Savira, berjaga-jaga jika sesuatu terjadi.
"Hei! Kau mau ngapain?!" tanya Januar
Anak itu langsung mencegat Savira ketika mengetahui kaki savira yang menyentuh bibir sungai.
"Raka! Aku mau menyelamatkannya! Lepas!"
Savira meronta-ronta namun Januar masih memegang erat tangannya.
"Siapa Raka? Temanmu? Dari mana?"
Januar langsung mencerca Savira dengan pertanyaan, gadis itu lalu diam tak mengatakan sepatah kata pun.
"Dia temanku.... Dia sedang dalam bahaya..." Savira menjawab dengan suara yang lirih.
Januar diam sebentar, sebelum akhirnya mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.
"Ini, punyamu kan?"
Sebuah batu berwarna hijau terang, Savira langsung mengambilnya dari tangan Januar.
"Terima kasih."
"Kalau kau hilang aku nggak mau tanggung jawab ya," ucap Januar
"Iya! Iya! Makasi banyak!"
Savira lalu berbalik dan menceburkan dirinya ke dalam aliran sungai. Namun ketika ia kembali ke permukaan ia malah tetap berada di dunianya. Sedangkan Januar masih memperhatikannya. Savira kembali mencobanya namun tetap saja, ia tak bisa menembus ruang sama seperti sebelumnya.
Savira memutuskan untuk naik ke permukaan.
"Kamu nggak kenapa?"
Januar segera menghampiri gadis yang tampak kecewa itu.
"A – aku tak bisa pergi, padahal kemarin bisa kok! Kenapa sekarang nggak bisa?!"
Savira mulai dikuasai panik, pikiran buruk tentang Raka yang harus menghadapi orang jahat sendirian terus berputar.
"Tenangkan dirimu dulu," ucap Januar
"Ta-tapi..."
Januar melihat ke arah sungai, "Aku tau cara untuk pergi ke alam lain,"
Savira lalu menatap Januar, "Benar?"
Januar mengangguk lalu menarik Savira, menuntun gadis kecil itu menuju ke sebuah gua.
"Kenapa kita kemari?" tanya Savira
"Kata Kakekku gua ini gerbang ke dunia lain," jawab Januar
Savira menatap takut kea rah Gua Gangsar, ya gua yang terkenal di desanya sebagai salah satu gua suci. Kalau sedang ada hari raya gua gangsar biasanya akan ramai dengan orang, namun ketika sepi begini Savira merasa sedikit takut.
"Ayo masuk ga pa pa, aku akan berjaga sampai kamu kembali," lanjut Januar memberi Savira semangat.
Ya! Savira harus bisa! Demi Raka!
Savira pun membulatkan tekadnya untuk masuk ke dalam gua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top