20
Hujan mengguyur dengan sangat deras aku memperhatikan dedaunan yang dihantam berkali-kali. Jika saja aku menjadi mereka apakah aku akan merasa sakit?
Aku menghembuskan napas bosan, tidak ada keinginan untuk pulang sekarang, mesk I aku sudah membawa payung sekali pun. Aku melihat kea rah langit yang mendung, apakah karena hujan aku tetap berada disini?
Atau karena aku tak ingin genangan air membasahi sepatuku?
"Lho? Belum pulang?"
Aku menoleh dan menatap cowok yang memakai kemeja kuning dengan beberapa hiasan, sepertinya itu kostum drama, oh ya dia kan anggota klubnya.
"Nanti aja," jawabku lalu kembali memandang keluar jendela.
Kudengar derap langkahnya yang mendekatiku, Gancang lalu mengambil tempat di sampingku, ia duduk di atas meja sambil ikut memandang keluar.
"Hujannya deres banget," komentarnya, "Kamu udah bawa payung?"
Aku mengangguk menjawabnya.
"Mau pulang bareng? Mumpung kamu bawa payung haha..."
"Padahal udah ada di TV kamu selalu lupa membawanya ya?"
"Cowok dan payung itu bukan kombinasi yang keren,"
"Gilang selalu bawa payung dan dia keren tuh,"
"Jangan bandingkan aku dengan dia oke?"
Gancang memang kadang kesal kalau dia dibanding – bandingkan dengan Gilang yang sellau baik di bidang mana pun.
Ah... melihat wajah kesalnya terkadang terasa lucu menurutku.
"He-hei! Jangan tertawa!"
Aduh, wajahnya malah makin merah.
Aku tertawa lebih terbahak lagi, Gancang langsung menarik kedua pipiku denga sadis. Iya sadis, soalnya rasanya sakit.
"bwuah brentih, aik!"
Gancang akhirnya berhenti menarik pipiku, rasanya masih nyut – nyutan. Kurasa pipiku juga memerah karena saking kuatnya Gancang mencubitnya.
Cowok emang sadis semua!
GRAAK!
Pintu kelas terbuka, memperlihatkan Polin yang sedang membawa beberapa tumpuk kertas dan buku.
"Tugas buat kapan?" tanya Gancang
"Latihan matematika sama Form buat festival nanti," jawab Polin
"Kukira formnya bulan depan,"
Polin mengangkat bahunya, "Mana kutahu? Tanya anak OSIS aja,"
Polin lalu melangkah menuju ke belakang kelas, tepatnya menuju ke lemari yang ada di dekat bangkuku.
BRUK!
Polin tiba – tiba tersandung, menyebabkan tumpukan kertas dan buku melayang padaku dan Gancang. Cowok itu dengan jeraus melindungiku aku menutup kedua mataku.
Setelah merasa semuanya aman, aku membuka mataku dan hal pertama yang kulihat adalah, mata kecoklatan milik Gancang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top