Bab 38

Nicholas Chwe sepengetahuan Taehyung merupakan seorang pengusaha dan pemilik Reagan Departement Store. Melihat pria itu duduk duduk di ruang pertemuan Hotel X, lantas membuat Taehyung kebingungan. Bukankah seharusnya ia bertemu dengan perwakilan dari Briggs Ventures.

"Apa yang Daddy lakukan di sini?"

"Bukankah sebaiknya kita tidak mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan? Panggil aku dengan benar," tegas Nicholas.

"Ah, maaf atas kelancangan saya, Mister. Jadi, apakah saya boleh langsung menanyakan alasan Anda mencabut investasi di perusahaan kami?"

"Alasannya sederhana. Perusahaan kalian tidak memenuhi target yang kami harapkan. Penjualan produk dari tahun ke tahun menurun. Saya tidak peduli penyebabnya, yang jelas kami sudah pernah mentoleransi hal ini namun tak kunjung ada perbaikan."

"Kami paham garis besarnya, Mister. Yang ingin saya sampaikan adalah tolong beri kami kesempatan sekali lagi untuk menaikkan penjualan dan membuktikan kelayakan perusahaan kami. Berhubung saya baru bergabung dengan Geumtae Group, apakah Anda tidak ingin melihat bagaimana kinerja saya?" bujuk Taehyung.

Sebenarnya di luar konteks. Taehyung memanfaatkan hubungannya dengan Nicholas untuk mempertahankan investasi dari pria itu. Ia tahu ini sedikit curang, tetapi Taehyung tidak ada pilihan.

"Apa maksud Anda? Yang saya tahu, bukankah Anda tidak punya pengalaman sama sekali di dunia bisnis? Bagaimana Anda akan mengatasinya?"

"Daddy, aku membutuhkan bantuan," ujar Taehyung yang tampak pasrah. Ia meninggalkan formalitas dan berbicara santai pada Nicholas, membuat Nicholas mengerutkan keningnya.

"Kita sedang bekerja."

"Saya tahu, tetapi ini penting. Ini menyangkut masa depan saya dan Sohyun. Daddy, tolong kami."

Nicholas meregangkan duduknya. Padahal tujuannya datang ke Seoul adalah untuk membahas pembatalan investasi. Namun tanpa ia ketahui, ia malah bertemu dengan Kim Taehyung—yang ia tahu telah meninggalkan dunia modelling.

"Baiklah, katakan apa yang bisa kubantu untuk kalian."

***

Hari itu, acara makan malam di kediaman Taehyung benar-benar mencengangkan. Tanpa seizin ayahnya, Taehyung mengundang Sohyun ke rumah. Seperti yang Taehyung duga, ayahnya tidak menyambut ramah Kim Sohyun. Justru, kehadiran wanita itu seolah tidak digubris.

"Ayah, Sohyun memasak masakan ini untukmu. Cobalah."

Taehyung terus berusaha meluluhkan hati ayahnya agar menerima Sohyun sebagai menantu. Meski Sohyun tak yakin akan berhasil, ia ikut berjuang membantu Taehyung. Kemarin sore, Taehyung memberitahu Sohyun tentang makanan apa saja yang disukai ayahnya. Ayahnya paling suka yukgaejang buatan sang ibu. Berhubung Taehyung tidak terlalu pandai memasak sup, ia melakukan percobaan bersama Sohyun. Sohyun yang mengetahui resepnya, lalu memasak mangkuk demi mangkuk yukgaejang sampai Taehyung merasa yukgaejang tersebut sama persis seperti buatan ibunya.

"Aromanya sedap sekali, hm...." Taehyung mengiming-imingi.

Di luar ekspektasi Taehyung, ayahnya berhenti menguyah dan meletakkan sumpit di atas meja. Kim Taehyung dan Kim Sohyun saling berpegangan tangan. Tegang. Mereka menunggu reaksi dari ayah Taehyung yang tampak marah.

"Kau lanjutkan saja makanmu, Ayah kenyang."

Ayah Taehyung meninggalkan meja makan, namun buru-buru Taehyung cegah karena rencananya hari itu tidak boleh gagal. Ia harus berhasil membuat ayahnya menyetujui pernikahannya dengan Sohyun.

"Ayah mau ke mana? Kita akan kedatangan tamu penting."

"Siapa lagi yang kau undang? Satu tamu tak diharapkan saja sudah cukup, sekarang kau mau menambahinya?"

"Sebentar lagi, Ayah akan tahu sendiri siapa tamunya. Kalau Ayah melihat wajahnya, aku yakin, Ayah tidak akan berani menolak."

Ayah Taehyung nyaris tak menanggapi basa-basi putranya, namun sesaat kemudian seorang pria muncul diantar oleh pelayan. Ia pun melebarkan kedua matanya dan langsung melirik ke arah Taehyung.

"Good night, Mr. Kim."

"Mr. Nick, Bagaimana Anda bisa tahu rumah saya? Apakah ada kepentingan bisnis yang hendak dibicarakan? Kalau begitu mari—"."

"Oh, tidak, Mr. Kim. Saya ke sini bukan sebagai perwakilan Briggs Ventures. Melainkan sebagai wali dari wanita yang ada di hadapan Anda."

"Wali? Maksudnya ...."

"Ayah, Mr. Nicholas adalah orang yang sudah seperti ayah Sohyun sendiri. Beliau sangat menyayangi Sohyun dan menganggapnya sebagai putri," terang Taehyung. Seongmin tampak bingung dan terpaku beberapa detik.

"Benar sekali, Mr. Kim. Saya datang ke sini, karena saya dengar putra Anda mencintai putri saya dan berniat untuk menikahinya. Jadi, apakah kita bisa membicarakan hal ini dan membuang formalitas kerja?"

Tak bisa berkutik, ayah Taehyung pun menerima kedatangan Nicholas. Mereka berempat pun berbicara serius di ruang tamu.

Briggs Ventures sebenarnya bukanlah perusahaan rintisan Nicholas. Istrinya, Camellia Briggs adalah pencetus sekaligus CEO pertama dari perusahaan investasi tersebut. Karena Camilla meninggal akibat penyakitnya, Briggs Ventures kemudian diambil alih oleh Nicholas sementara itu Reagan Departement Store ia serahkan kepada Vernon sebagai penanggung jawab baru.

Mengetahui hubungan spesial antara Nicholas dan Sohyun, ayah Taehyung mencium ada solusi di balik permasalahan yang menimpa perusahaannya. Kalau ia menyetujui hubungan putranya dan Sohyun, bukankah artinya Briggs Ventures tidak akan mencabut investasi? Sangat disayangkan apabila hal itu terjadi sebab Briggs Ventures merupakan investor terbesar Geumtae Group.

"Kalau boleh tahu, bagaimana hubungan Anda dan Nona Sohyun dimulai?" tanya ayah Taehyung.

"Anak saya adalah teman dekat Sohyun. Semasa kuliah, Sohyun dan anak saya tinggal bersama di London, jadi secara tidak langsung saya menganggap Sohyun seperti putri sendiri. Selain cantik, Sohyun anak yang mandiri dan juga pintar."

"Kalau boleh tahu, apa pekerjaan Anda, Nona?" Sohyun tersentak. Ayah Taehyung akhirnya menotis keberadaannya.

"Baru-baru ini saya bergabung di perusahaan first brand milik teman."

"Perusahaan first brand? Perusahaan apa itu?"

"Ellis Jenkins."

"Ellis Jenkins? Maksudmu EJ Fashion?"

"Ya, kami menyebutnya begitu."

Itu kan perusahaan yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan karena barang-barang keluarannya yang selalu menjadi trend dan ludes di pasaran?!

"Apa jabatanmu, Nona?"

"Kebetulan saya menerima jabatan sebagai executive vice president di EJ Fashion. Bekerja bersama dengan pemiliknya langsung, Miss Ellis."

Hebat.

"Ini pertanyaan penting, apa yang kau suka dari putraku? Kau tahu, terlalu banyak rumor buruk yang menimpanya, kan? Bahkan kau sempat terlibat di dalamnya."

Kim Sohyun menatap Nicholas dan Taehyung bergiliran. Sebuah pertanyaan sederhana, namun bila Sohyun salah bicara entah apa yang akan terjadi berikutnya.

"Kami bertemu pertama kali 10 tahun yang lalu. Kim Taehyung adalah cinta pertama saya, orang yang membuat saya berubah sampai menjadi seperti sekarang. Setiap kali saya merasa dijatuhkan, ucapannya adalah motivasi saya untuk bangkit. Secara tidak langsung, dia membantu saya dalam menemukan passion dan tujuan hidup. Kedua, 10 tahun lalu adalah masa-masa terberat bagi saya. Saking beratnya, saya rasa tidak ada tempat di manapun yang dapat membuat saya merasa tenang dan nyaman. Namun, itu sebelum bertemu Taehyung. Setelah bertemu dengannya, saya ada alasan untuk tersenyum, tertawa, bahkan merasa berbunga-bunga. Saya menyukainya karena dia penyembuh hati saya yang terluka. Ketiga, mungkin Anda tidak mengetahui hal ini. Tetapi saya akan bilang karena kebetulan Anda menanyakan. Kim Taehyung tidaklah seburuk yang dirumorkan. Dia hanyalah pria baik yang tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan kebaikannya. Dia adalah pria yang peduli pada ibunya, menyayangi ibunya dan tidak ingin melihat wanita lain mengalami nasib yang sama seperti ibunya. Hal itu membuat saya tersentuh dan memutuskan untuk membuka hati padanya."

Taehyung awalnya tak sabar mendengar jawaban Sohyun yang mungkin akan malu-malu kucing. Ia berencana untuk mengejeknya nanti. Namun, begitu wanita itu membuka mulut, Kim Taehyung tak berhenti menatapnya. Sohyun yang sadar dirinya diperhatikan pun membalas tatapan Taehyung hingga keduanya saling mengunci mata.

Jantung Taehyung berdebar-debar. Tak disangka bahwa Sohyun akan menceritakan pertemuan pertama mereka. Memberikan jawaban yang belum pernah Taehyung dengar, yang tentu membuat Taehyung kembali mengevaluasi nilai dirinya. Di mata orang lain, terutama Sohyun, Taehyung seberharga itu. Padahal, selama ini Taehyung melihat dirinya sebagai pria yang buruk.

"That is a wise answer," puji Nicholas. "Saya sebenarnya juga tidak setuju setelah tahu siapa putra Anda dan bagaimana rumor tentangnya. Tapi, saya melihat kesungguhan Taehyung. Membuat saya percaya, pria ini bisa menjaga putriku."

"Daddy...." panggil Taehyung berkaca-kaca.

Nicholas orang yang tegas dan galak. Taehyung kira, pria itu tidak menyukainya dan terpaksa membantunya mendapatkan Sohyun. Ternyata ia salah. Nicholas dengan segenap hati tulus mempercayainya untuk menjaga Kim Sohyun.

"Tapi, ada tapinya," ujar Nicholas. "Bukan aku ayah kandung Sohyun, jadi kau masih perlu meminta restu sekali lagi pada orang yang lebih tepat."

Taehyung melirik Sohyun. Wanita itu menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia menyetujui kata-kata Nicholas. Juga pertanda, bahwa sepertinya Sohyun telah menerima ayahnya setelah konflik yang menimpa keluarga mereka.

"Baiklah. Saya akan meminta restu beliau. Ayah?" Taehyung kini menatap Seongmin. Pria itu menghela napas panjang, lalu membuangnya lega diiringi senyuman.

"Sepertinya Ayah tidak bisa berkata tidak. Maafkan Ayah yang telah menilai buruk wanita pilihanmu. Bagi Ayah, pandangan Sohyun tentang siapa dirimu adalah hal yang terpenting. Ayah rasa, kalian cocok satu sama lain."

***

Kim Sohyun dan Kim Taehyung jalan bersisian di tepi kolam. Meninggalkan Nicholas dan Seongmin yang berbincang serius masalah perusahaan. Kedua tangan mereka saling menggenggam, sesekali Taehyung mengecup punggung tangan Sohyun dan tersenyum ke arah wanita itu.

"Capek juga ya.... Mau nikah aja susah."

"Kalau tahu susah, makanya, nanti kalau sudah jadi suami–istri, kita harus menjaga hubungan kita tetap harmonis."

"Sohyun."

"Hm?"

"Makasih, ya. Jawaban kamu tadi sukses bikin aku hampir nangis."

"Sebentar, di sini kau atau aku sih ceweknya? Kok jadi kau yang cengeng," ejek Sohyun.

"Jangan mengolokku. Aku benar-benar terharu, tahu."

Sohyun mengayunkan gandengan tangan mereka. Ketika Sohyun lengah, Taehyung mencoba untuk mencuri ciuman. Sayangnya, Sohyun dengan cepat menyadarinya sehingga ciuman pun terhindarkan.

"Mau apa tadi?" Sohyun menaikkan alisnya. Ia melepas genggaman tangan dan menyilangkan lengannya.

"Mau cium."

"Kau lupa, aku pernah bilang apa?"

"Nggak boleh ciuman kecuali diizinkan."

"Nah, itu masih ingat."

"Tapi kan, sebentar lagi kita akan menikah. Ayahku dan Daddy sudah memberi lampu hijau."

"Ayahku belum. Karena kau calon suamiku, biar aku beritahu. Ayahku itu ... orangnya lebih protektif dan galak daripada Daddy," pesan Sohyun.

"Hah, gimana kau tahu? Bukankah hubungan kalian sebelumnya tidak begitu baik?"

"Kami pernah baik. Jauh sebelum ada perempuan lain yang mengganggu kehidupan keluarga kami. Hubunganku dan ayah sangat harmonis."

"Kira-kira, aku bakal dibunuh nggak ya kalau ayahmu tahu aku mantan playboy?"

"Paling cuma bakal dipotong itunya," balas Sohyun sambil melirik ke selangkangan Taehyung.

"Jangan dong! Nanti anak-anakku nggak bisa lahir, kan sayang kita tanding berapa ronde tapi ujung-ujungnya nggak pecah telur!" sungut Taehyung.

Sohyun tergelak tawa. Sungguh menyenangkan menggoda pria itu. Memang dasar otak mesum.

"Kalau begitu, mending kau cepat-cepat membawaku bertemu ayahmu."

"Kenapa buru-buru?"

"Aku kan juga nggak sabar mau jawab pertanyaan, apa alasanmu menyukai putriku?"

"Emangnya kau mau jawab bagaimana?"

"Ya karena putri Anda cantik, seksi, dan selalu membuat saya horny setiap waktu," canda Taehyung.

"Sialan! Kalau jawabmu seperti itu, good bye Taehyung junior."

"Bercanda, Sayang.... Ngambek ya?"

"Nggak, orang aku tersenyum kok."

"Bohong pasti."

"Sudah deh, lebih baik kau menyiapkan alternatif. Misal ayahku tidak menyetujui pernikahan kita, apa yang akan kau lakukan?"

Kim Taehyung berdiri menghadap Sohyun. Ia meraih kedua tangan wanita itu.

"Tenang saja, aku punya rencana lain agar kita bisa menikah."

"Apa itu?"

"Aku akan menghamilimu duluan, dengan begitu, aku punya alasan menikahimu untuk pertanggungjawaban."

Senyum Sohyun luntur seketika. "Kau ini, selalu saja tidak serius!"

"Kenapa? Itu serius kok! Lihat saja Taeyong, dia menikah karena pacarnya hamil duluan."

"Mana ada! Moon Chaerin hamil setelah orang tua mereka merestui hubungan mereka kok?"

"Kau tahu dari mana? Aku ini sahabatnya loh."

"Ah, masa sih?"

Sohyun termenung tidak percaya. Memang iya, Chaerin hamil duluan? Makanya hubungan mereka disetujui?

"Tunggu! Kok kita jadi gosipin orang lain? Kita kan  lagi membahas tentang masa depan kita?!"

"Hahaha, kau sendiri yang overthinking. Kenapa nyalahin aku?"

Kedua orang itu saling pukul, bercanda, dan tertawa. Pokoknya mereka senang karena jalan mereka untuk menjadi satu tinggal selangkah lagi. Sohyun pun telah mengatur waktu untuk mempertemukan ayahnya dan Taehyung. Ia harap, kehidupan pernikahannya kelak akan berhasil dan tidak berakhir buruk seperti kedua orang tua mereka.

***

Kim Taehyung mengambil napas dalam-dalam. Sejak tadi, kakinya tidak bisa diam. Ia begitu gugup menunggu kehadiran ayah Sohyun yang katanya lebih galak daripada Nicholas.

Tenang, tenang ... kau pasti bisa, Tae!

Taehyung yang biasanya over percaya diri, saat itu bahkan tak sanggup menyebutkan namanya di depan ayah Sohyun. Pikirannya melalang-buana, membayangkan 'bagaimana jika ia ditolak'.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara langkah kaki bergerak mendekatinya. Mereka adalah Kim Sohyun dan calon mertuanya. Bolehkah aku memanggilnya Ayah Mertua?

"Ekhem." Taehyung membersihkan tenggorokannya. Meminum segelas air putih yang disiapkan di meja sebelum benar-benar menghadapi realita.

"So–sore, Ayah Mertua," sapa Taehyung. Ia keceplosan. Sohyun pun membelalakkan mata dan menepuk paha Taehyung yang terang-terangan memanggil ayahnya seperti itu.

"Kau yang namanya Kim Taehyung?"

"I–iya." Taehyung masih terbata-bata seperti bayi yang baru belajar bicara.

"Berapa usiamu?"

"Kami seusia, 27 tahun."

"Penghasilan per bulan?"

"Hm, saya ikut membantu Ayah di perusahaan. Kalau pendapatan ... saya rasa lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan Sohyun ke depannya."

Jawaban yang bagus, Taehyung. Puji Sohyun dalam hati.

"Kalau menikah, mau tinggal di mana?"

"Rencananya, saya akan menggunakan apartemen saya yang ada di sebelah."

"Kalian tetanggaan?"

"I–iya...." Taehyung memelankan suaranya. Kenapa wajah Ayah Sohyun berubah jadi mengerikan setelah aku bilang kalau aku tinggal di apartemen sebelah?

"Seberapa jauh kalian pacaran?"

"Pacaran? Mmm ...." Taehyung melirik ke arah Sohyun, mengangkat alis dan dagunya, isyarat agar Sohyun membantu menjawab.

Pacaran apa? Kami tidak pacaran. Tapi kami saling mencintai.

"Memangnya kalau menikah harus pacaran dulu?" balas Sohyun. "Selama kami saling mencintai, meskipun tidak terikat hubungan apa-apa, kami tetap bisa menikah," lanjutnya.

"Terus, bagaimana kalian yakin, kalau kalian saling mencintai? Kau, jika suatu hari nanti ada wanita yang mendekatimu dan berhasil menggodamu bagaimana?"

Ekspresi Sohyun berubah. Jujur, itu adalah hal sama yang Sohyun takutkan akan terjadi. Seperti kisah orang tuanya, Sohyun tidak ingin rumah tangganya hancur karena orang ketiga. Apalagi, Taehyung itu mantan playboy. Kalau dibilang percaya, tentu saja Sohyun masih setengah-setengah.

Wanita itu pun menoleh pada Taehyung yang ada di sampingnya. Pria itu terdiam sejenak, ia saling menautkan jemarinya dan kembali menggerakkan kakinya gelisah.

"Kenapa diam saja? Saya sudah dengar, kalau kau dulu suka mempermainkan wanita. Bagaimana aku bisa menyerahkan putriku padamu? Mungkin kau sudah mendengar masalah di keluarga kami. Aku pernah melakukan kesalahan dan itu berakhir dengan melukai istri dan anakku. Setelah mengalami pahitnya kehidupan pernikahan, aku tidak ingin putriku menderita hal yang sama."

Sohyun menggenggam tangan Taehyung. Meminta agar pria itu tenang. "Jawab saja," ucap Sohyun menyemangati.

"Paman, setiap orang pernah melakukan kesalahan. Baik Paman maupun saya. Tetapi, dari kesalahan itu saya jadi belajar mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak. Saya tidak berjanji kalau saya bisa berubah sepenuhnya. Namun, saya meyakinkan diri dan akan berusaha pelan-pelan menjadi orang yang lebih baik lagi. Itu pun dengan bantuan Sohyun. Berkatnya, saya tidak ada kesempatan untuk memikirkan wanita lain. Saya sungguh-sungguh mencintai putri Anda."

"Sohyun, kau sendiri bagaimana? Kau percaya pada pria ini?"

Sohyun menghela napas. "Sama seperti Taehyung. Sohyun memang belum bisa percaya sepenuhnya. Tapi Sohyun pun pelan-pelan menaruh harapan. Jika kami berjuang sama-sama, Sohyun yakin hasilnya akan bagus."

"Ayah tahu, tak semestinya Ayah berbicara seperti ini. Tapi setelah apa yang Ayah alami, dalam pernikahan itu penting bagi kedua pasangan untuk saling mempercayai."

"Ayah? Jadi ... apakah Ayah menyetujui hubungan kami?"

"Bersumpahlah Kim Taehyung, kau hanya akan menjadikan putriku istrimu satu-satunya. Dan kau akan mencintainya sepenuh hati, merawatnya dengan baik, menjaga dan melindunginya sampai ajal menjemput."

"Ayah, ini bukan di altar pernikahan. Memangnya perlu sampai mengambil sumpah begitu?" protes Sohyun.

Taehyung mengangkat tangannya, menghentikan Sohyun bicara. Kedua tatapan Taehyung berubah tajam. Ia meletakkan tangan kanannya di depan dada layaknya pose prajurit yang siap bertempur.

"Saya bersumpah, akan menjadikan Kim Sohyun satu-satunya wanita dalam hidup saya. Saya akan mencintainya sepenuh hati, merawat, menjaga dan melindunginya sampai ajal menjemput."

Ayah Sohyun menarik kedua sudut bibirnya. Lalu, ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak perhiasan kecil, yang Taehyung dapat menebak apa isinya.

"Kalau begitu, simpanlah ini dan gunakan di hari pernikahan kalian."

"Ayah? Itu kan pemberian Ibu. Kenapa Ayah memberikannya pada Taehyung?"

"Sohyun, dengar Nak. Cincin itu adalah simbol kepercayaan ibumu pada Ayah, tapi Ayah malah mengkhianatinya. Ayah senang ibumu memberikan itu, tapi Ayah rasa, ada orang lain yang lebih pantas menjaganya. Karena hubungan pernikahan kami tidak berakhir baik, maka cincin itu sudah tidak menunjukkan esensinya lagi. Oleh sebab itu, Ayah memberikannya pada kalian dengan harapan agar kalian dapat mewujudkan sebuah pernikahan yang harmonis. Dengan begitu, cincin itu akan mendapatkan esensinya kembali."

"Ayah...." Sohyun menatap haru ayahnya.

"Jadi kesimpulannya, Paman mengizinkan kami menikah?"

"Kalau tidak mau, ya sudah. Kembalikan cincin itu!" ancam ayah Sohyun.

"Loh, Paman, kan saya cuma memastikan. Jangan diambil lagi dong, saya kan juga ingin memasangkan cincin ini di jari manis Sohyun nanti."

"Bagus, kalau begitu, kalian boleh menikah."

"YES!" Taehyung bersorak dan spontan memeluk Sohyun.

"Tapi!"

"Tapi apa, Ayah Mertua?"

Ayah Sohyun menggeleng-gelengkan kepala. Anak ini, ekspresif sekali.

"Kalau kau menyakiti putriku, ingat ... bukan hanya hubungan kalian yang akan kuputus, tetapi juga burungmu. Dengan begitu, dia tidak akan bisa terbang ke sarang yang lain."

Taehyung tercekat dan langsung merapatkan kedua pahanya.

"Ngilu dengarnya," bisik Taehyung ke Sohyun yang ditanggapi dengan suara tawa.

"Kau memang pantas mendapatkannya, Tae," ejek Sohyun.

***

Setelah mendapat restu dari semua pihak, tanggal pernikahan pun diputuskan bulan depan. Sohyun mendesain sendiri gaunnya, memanfaatkan bakat yang ia miliki. Hari itu, usai menyelesaikan pekerjaan dari kantornya, Sohyun berangkat menuju sebuah butik.

Seperti yang diketahui, Sohyun kini bekerja di EJ Fashion. Karena ada kepentingan di Seoul, Sohyun bekerja secara online dan tidak bisa secara langsung membantu Ellis di London. Butik yang ia datangi juga merupakan tempat kerjanya dan tempat mencari inspirasi. Meskipun menjabat sebagai vice president, Sohyun kerap aktif menyumbangkan ide desainnya ke tim kreatif. Tentu saja hal itu disambut positif karena setiap desain yang Sohyun berikan selalu menambah pemasukan bagi EJ Fashion. Penggemar Sohyun sejak munculnya skandal itu memang sempat berkurang, namun akhir-akhir ini jumlahnya kembali bertambah. Bahkan meningkat lebih pesat.

Mengikuti jejak Sohyun, Hyanggi memutuskan keluar dari El-Roux dan tetap bekerja di bawah Kim Sohyun. Seperti sekarang, Hyanggi membantu Sohyun menyelesaikan gaunnya bersamaan dengan pekerja yang lain.

"Wah, Eonni! Gaunnya indah sekali! Benar kan kataku, apapun yang Eonni sentuh, pasti akan menjadi emas!"

"Iya? Kau yakin, tidak ada yang perlu diubah dari desainnya?"

"Tidak, Eonni. Ini saja sudah melebihi ekspektasiku."

"Baiklah, aku akan segera menghubungi Taehyung untuk mencoba baju pernikahannya."

Mendapat telepon dari Sohyun, Taehyung buru-buru meninggalkan kesibukan. Kebetulan sekali jam makan siang sedang berlangsung. Setelah izin pada ayahnya, Taehyung meninggalkan kantor untuk sementara waktu. Begitu tiba di butik, Taehyung disambut Hyanggi.

"Di mana Sohyun?"

"Eh, Oppa. Eonni sedang mencoba gaun pernikahannya di ruang ganti. Oppa susul saja."

"Oke, thanks."

Butik Sohyun merupakan bangunan minimalis dengan tiga lantai. Ruang ganti yang dimaksud Hyanggi adalah lantai atas dari bangunan tersebut. Taehyung mempercepat langkahnya, menaiki tangga agar segera sampai di sana.

Di lantai tiga, banyak potongan-potongan kain berserakan. Tepat di seberangnya, terdapat tirai panjang yang tampak menutupi sebuah ruangan. Taehyung memerintahkan semua pekerja yang ada di lantai itu untuk pergi dan hanya meninggalkannya dan Sohyun berdua.

"Leeji, bisakah kau masuk ke dalam? Aku membutuhkan bantuanmu untuk memasang korsetnya!" teriak Sohyun yang terdengar dari dalam ruang ganti.

Tanpa Sohyun ketahui, bukannya Leeji—karyawannya—yang masuk, melainkan calon suaminya yang mesum, Kim Taehyung.

[Kelanjutan part ini, aku post di Taste of Love xixixi. Pembaca kecewa :v]


***

Tbc

Oh iya, nggak aku post langsung ya, karna aku mau ngelarin ini dulu. Pokoknya terus pantengin work aku, Taste of Love(๑♡⌓♡๑)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top