Bab 33

Desember tahun lalu, Sohyun merayakan natal di rumah bibinya, Sofia. Ketika ia mendapat proyek baru yang mengharuskannya kembali ke Paris, Sohyun terpaksa menyudahi masa liburan yang lumayan singkat tetapi penuh makna itu. Wanita tersebut menjanjikan bahwa ia akan pulang dengan membawa kabar baik, yaitu promosinya sebagai creative director menggantikan Elise. Namun, yang terjadi malah Sohyun pulang lebih awal dengan tangan kosong serta beberapa rumor yang pada akhirnya menyangkut-pautkan namanya.

Memendam semua pikiran itu sendirian, Sohyun tak sanggup jika harus membeberkan alasannya pulang pada sang bibi. Bahkan, rekan kerja yang satu kru dengannya belum ada yang mengetahui soal ini. Sohyun tak ingin membebani semua orang. Cukup masalah Taehyung saja yang perlu diselesaikan, ia dapat mengurus masalahnya sendiri. Oleh sebab itu, alih-alih pulang ke rumah Sofia, Sohyun malah berakhir di tempat lain. Seketika, hal itu membuat Taehyung terkejut.

"Sebentar, ini apartemen siapa? Kalau tidak salah, kudengar Bibimu tinggal di sebuah perumahan."

"Ini apartemen milik Vernon yang pernah kami tinggali bersama semasa kuliah. Aku susah payah membujuknya agar ia meninjamkan tempat ini."

"Kenapa tidak pulang ke rumah Bibimu saja?"

Entah peka atau tidak, tetapi kalau melihat dari gelagat Kim Taehyung, tampaknya pria itu tak mengerti apapun soal menjaga perasaan orang lain. Sohyun menarik napas dalam sebelum akhirnya mendudukkan diri di atas sofa. Kepalanya sungguh berat hari itu.

"Kalau aku pulang, aku tidak yakin bisa menjelaskan apapun pada Aunty. Cepat atau lambat, berita itu pasti terdengar olehnya," ujar Sohyun sambil menatap kosong ke jendela kaca.

Penampakan London Eye yang megah di seberang Sungai Thames, dalam sekejap mengalihkan pikiran Sohyun yang begitu kalut. Seandainya saat itu ia tidak sedang dilanda musibah, mungkin ia sudah mengajak Taehyung berkunjung ke sana dan naik biang lala raksasa tersebut sambil menikmati pemandangan kota dari ketinggian 135 m.

"Sorry, gara-gara aku ... kau jadi terlibat masalah. Jika ada sesuatu yang dapat kulakukan untuk menebus semua itu, maka aku pasti akan melakukannya!" tegas Taehyung.

Sohyun menyunggingkan senyum. Sesuatu yang dapat dilakukan untuk menebus semua itu? Jujur saja, Sohyun tak yakin ada. Tak ada usaha yang dapat membayar enam tahun kariernya di dunia fashion design. Berawal dari satu rumor, tidak hanya pekerjaannya, tetapi mimpinya juga hancur sekaligus.

Padahal Sohyun sudah berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Taehyung dari santapan media. Namun pada akhirnya, usaha itu tak membuahkan hasil karena entah dari mana foto-foto Taehyung bersama para gadis dan wanita itu menyebar. Bahkan, beberapa Sohyun tak mengenalinya. Itu artinya, orang yang mengambil foto tersebut telah sejak lama menargetkan Taehyung. Tidak tahu untuk tujuan apa. Tetapi yang jelas, jika masalah ini tak segera teratasi, masa depan Sohyun akan ikut terseret jatuh bersama dengan Taehyung.

"Ngomong-ngomong, Sohyun. Apa kau tidak merasa dari tadi ada seseorang yang mengikuti kita?"

Lamunan Sohyun buyar ketika Taehyung membicarakan kecurigaannya. Apa karena sejak tadi ia sibuk melamun, Sohyun tidak merasakan ada sesuatu yang aneh mengekori mereka.

"Yang benar? Jangan-jangan wartawan!" Sohyun yang panik mencoba menutup akses. Ia berulang kali mengecek layar intercom. Ia juga memastikan, semua jendela tertutup tirai agar foto mereka berdua tidak diambil paparazi.

"Agh, aku bisa gila!" geram Sohyun.

Taehyung menatap wanita itu dari sisi lain. Baru kali ini ia melihat Sohyun yang begitu frustrasi. Padahal, Sohyun yang selama ini ia lihat terkesan penuh percaya diri. Benar, semua ini adalah salahnya yang membuat hidup Sohyun penuh beban. Kalau Taehyung lebih berhati-hati ... ah tidak. Kalau seandainya Taehyung tidak pernah berkencan dengan wanita yang berbeda, bertingkah seperti seorang yang berengsek dan menjadi buaya, mungkin skandal semacam ini tidak pernah ada dalam perjalanan kariernya.

***

Hari berganti malam, Sohyun dan Taehyung memutuskan untuk tinggal di apartemen tersebut sampai solusi dari rumor yang beredar ditemukan. Mereka menggunakan kamar yang berbeda. Sohyun tidur di kamar yang dulu pernah ia tinggali. Ia merasa de javu. Kamar inilah yang menjadi saksi ketika Sohyun dipandang remeh dan dirundung di universitasnya. Sekarang, dalam keadaan yang tidak jauh berbeda, lagi-lagi Sohyun berakhir di kamar itu dengan seribu kekhawatiran terkait nasib masa depannya.

Sebenarnya, Sohyun mencemaskan kata-kata yang diucapkan Elise sebelum ia pamit ke London. Elise memang atasan yang baik. Bahkan, selama ini Elise selalu melimpahkan kepercayaannya kepada Sohyun. Berbekal hal itu, Sohyun sangat yakin jika suatu hari nanti, Elise akan menurunkan jabatannya pada dirinya. Tetapi ... di hari yang sama ketika rumor Taehyung masuk pemberitaan, sesungguhnya ada satu artikel yang mengikuti berita tersebut. Itu adalah sebuah foto yang menunjukkan ciuman panas antara Sohyun dan juga Taehyung. Foto yang sama seperti yang dilihat Nicholas. Foto yang—beruntungnya—diketahui oleh sedikit orang karena begitu artikel tersebut rilis, Elise langsung mencari berbagai cara untuk menghapusnya.

Sohyun, sekali dirimu terekspos ke media dengan sesuatu yang negatif, maka ... hal-hal negatif lainnya akan terus mengikutimu secara tidak terduga. Yang ingin coba kusampaikan adalah kau harus bersiap-siap pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Seperti ... kehilangan pekerjaan.

Bukankah aku sudah sering mengatakannya? Menjaga nama baikmu itu adalah hal yang paling prioritas. Karena, sekali saja nama baik itu tercoreng, maka orang-orang yang mendukungmu... satu per satu akan menghilang.

"Sebenarnya kenapa Elise mengatakan hal buruk seperti itu? Apa aku benar-benar akan kehilangan pekerjaanku? Lagi pula, artikelnya sudah dihapus kan? Seharusnya sekarang ini kondisinya cukup aman bagiku."

Sohyun yang tidak bisa tidur pun pergi ke dapur dan mengambil minuman. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat segelas jus tergeletak di atas meja makan dengan secarik kertas terselip di bawahnya.

'Ini untukmu. Aku sengaja menyiapkannya karena aku tahu kau lagi banyak pikiran.'

"Taehyung, anak itu masih saja mengkhawatirkanku." Sohyun mengulas senyum dan langsung menenggak habis jus tersebut.

Ia pun terduduk di meja makan. Perutnya terasa kenyang sehingga lama-kelamaan ia mengantuk dan ketiduran. Selama Sohyun tertidur, seseorang tampak menekan password pintu apartemen. Beberapa kali salah, namun setelah percobaan yang ketiga, pintu itu berhasil terbuka.

"Sialan, padahal tadi aku bisa masuk sini dengan mudah. Bisa-bisanya aku kelupaan dua angka terakhir dari password-nya!"

Pria berperawakan tinggi dengan rambut agak panjang dan memakai topi itu lalu berjalan ke arah Sohyun. Memastikan bahwa Sohyun tidak akan tersadar setelah meminum segelas jus yang telah ia bubuhkan obat tidur di dalamnya.

"Perfect. Sayang sekali, El, wanita secantik dirimu akan segera dibenci banyak orang. Jika aku tidak melakukan ini, maka aku tidak akan punya kesempatan untuk membalaskan dendam. Semua ini berkat bantuan wanita itu," ucapnya selagi membelai rambut Sohyun dan mengusap pipinya.

"Sekarang, tinggal menyatukan keduanya di atas tempat tidur, memotretnya, lalu mengirimnya kepada wanita itu. Setelah itu tugasku selesai dan aku tinggal menikmati drama yang akan terjadi." Ia menyeringai.

Diangkatnya tubuh Sohyun kemudian dibawa ke kamar lain, dimana Taehyung—dalam kondisi yang sama—telah tertidur lelap di atas kasur.

"Kalau saja kau tak menolakku mentah-mentah, hal seperti ini tak akan pernah terjadi dalam kariermu, El. Wanita sombong sepertimu pantas mendapatkannya."

Setelah memposisikan Sohyun dan Taehyung sedemikian rupa, pria itu mengeluarkan kamera ponselnya. Memposisikan dirinya seolah-olah sebagai paparazi, lalu mengambil foto mereka secara amatir. Orang tidak akan peduli apakah tindakan yang diambilnya etis atau tidak, mereka hanya peduli apakah foto tersebut memang asli. Hingga orang yang ada di dalam foto, tidak akan bisa lagi menyangkal keaslian foto tersebut.

"Good bye, Darling. Nikmati tidurmu bersama pria berengsek itu."

Sebelum keluar apartemen, pria itu membetulkan topinya. Tidak sia-sia ia membuntuti mereka sejak tiba di stasiun lalu membobol apartemen secara diam-diam dengan memasukkan password yang dikirimkan oleh wanita yang membantunya.

"Kemampuan mata-mata Nona Choi memang hebat."

***

Sohyun terbangun dari tidurnya karena ia merasa gerah dan pengap. Kepalanya sedikit pusing. Tubuhnya juga terasa berat seolah ada benda besar yang menimpanya. Begitu Sohyun membuka mata, ia terbelalak! Pemandangan Taehyung yang tanpa pakaian tengah asyik merangkulnya membuatnya terkejut seketika.

Sohyun terduduk spontan, ia menyingkirkan lengan Taehyung yang besar dari atas tubuhnya. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa berakhir di kamar Taehyung seperti ini. Apa yang terjadi semalam? Apakah saking ngantuknya, Sohyun jadi salah memasuki pintu kamar Taehyung yang letaknya memang bersebelahan dengan miliknya?

"Hei, bangun!" teriak Sohyun. Ia mengguncang kasar punggung Taehyung.

"Aduuh, jangan menggangguku! Aku sedang bermimpi tidur bersama Sohyun," gumamnya.

"Kurang ajar, bocah ini...."

Sohyun berdiri di atas kasur, kemudian dengan sekuat tenaga ia menjatuhkan pantatnya di atas perut Kim Taehyung sehingga pria itu terbangun dengan terkejut dan kesakitan.

"Akhh! Kaget aku! Sakit tahu! Apa yang kau lakukan?? Mengganggu mimpi indahku?"

"Kau pikir itu mimpi? Lihat, aku berada di kamarmu. Semalam kita tidur bersama."

"Apa?! Jadi bukan mimpi?"

"Ekspresi macam apa itu!" Sohyun meraup wajah Taehyung karena ia sebal dengan cengiran bodoh yang ditampilkan oleh pria itu.

"Apa kau membawaku ke kamarmu semalam?" tanya Sohyun. "Kalau iya, terima kasih. Tapi, seharusnya kau menidurkanku di kamarku sendiri, bajingan!" Sohyun gemas memukul kepala Taehyung. Pria itu selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Tunggu dulu, Sohyun! Apa yang kau katakan? Justru aku yang harusnya bertanya, apa yang kau lakukan di kamarku? Apa kau sangat ingin tidur dalam pelukanku, hah?"

"Apa! Jadi bukan kau yang membawaku ke sini? Terus, aku tidur berjalan begitu? Konyol! Jangan bohong kau!"

"Serius! I swear! Semalam, habis meminum jus pemberianmu, aku langsung tertidur lelap di kamarku. Bahkan aku tidak tahu kapan dan bagaimana kau sampai di sini."

"Jus pemberianku? Sebentar, bukannya kau, ya, yang memberiku jus? Kau meletakkannya di atas meja makan dan menuliskan pesan."

"Mana ada! Kau lah yang melakukannya. Kau meletakkan segelas jus di atas laci kamarku saat aku sedang mandi. Kau juga menuliskan pesan di sana."

Taehyung terdiam. Ia pun tersadar akan sesuatu.

"Sohyun, di kulkas selain air putih dan bir yang kita beli dari perjalanan pulang ke London, tak ada minuman lain di sana. Semua rak juga masih kosong karena apartemen ini baru kita tempati setelah sekian tahun lamanya. Kupikir, kau baru saja dari minimarket terdekat dan membelikan jus untukku. Karena jujur saja, sejak tiba di sini, yang aku lakukan hanyalah mandi dan berbaring di atas tempat tidur."

"Aku? Pergi ke minimarket dalam kondisi kacau di luar sana? Tidak mungkin! Kalau aku bertemu wartawan atau orang yang mengenaliku, masalahnya jadi tambah runyam. Bagaimana kau bisa berpikir aku pergi ke minimarket?"

"Soalnya, semalam aku dengar suara pintu terbuka. Aku kira itu dirimu."

"Pintu terbuka? Kapan? Jam berapa tepatnya?"

"Hm ... sekitar jam sepuluh malam mungkin?"

"Tidak. Di jam sepuluh aku masih berada di dalam kamarku. Lalu aku merasa haus, dan ketika tiba di dapur, aku melihat segelas jus itu. Taehyung, ada yang aneh! Coba cek ponselmu! Jangan-jangan ada berita baru!"

Taehyung buru-buru mengambil ponselnya. Kedua matanya membola. Bersamaan dengan jempol yang menggeser layar penuh antusias, Taehyung terkejut bukan main dan menunjukkan apa yang telah ia temukan kepada Sohyun.

"Sohyun, lihat.... Kita dalam bahaya."

"Shit. Kita dijebak."

***

Foto Taehyung dan Sohyun yang tidur bersama langsung menghebohkan pemberitaan. Dengan cepat, berita itu tersebar dan menjadi pembicaraan hangat di kalangan pecinta fashion. Bahkan, sampai terdengar ke telinga Elise dan perusahaan El-Roux. Saat ini, orang-orang—di bawah kepemimpinan Elise—tengah rapat untuk memutuskan sesuatu.

Elise, selaku creative director pada akhirnya telah menentukan kepada siapa jabatannya akan diberikan. Dan berita Sohyun memperkuat alasannya menunjuk Chloe sebagai creative director yang baru.

"Thank you, Elise. Aku akan menjalankan tugasku dengan baik dan tidak akan pernah mengecewakanmu."

"Dengar, Chloe. Kau jangan senang karena aku menunjukmu sebagai penggantiku. Jika saja El tidak berbuat hal bodoh, dialah yang akan berdiri di posisimu sekarang." Setelah itu, Elise meninggalkan ruangan dengan raut muka yang begitu murka.

Ruang rapat kembali heboh memperbincangkan kinerja Sohyun yang dianggap tidak profesional.

"Terlibat skandal dengan modelnya? Dia sungguh tak terduga. Miss Elena yang selama ini kita puji, ternyata berbuat hal sekotor ini."

"Oh, apa kau tau, kalau modelnya itu anak konglomerat dari Seoul? Pantas saja selama ini Elena menolak banyak pria. Standarnya saja setinggi itu. Aku sungguh tidak menduga!"

Dampak dari pemberitaan itu, membuat Sohyun kehilangan wibawa. Beberapa orang kini memanggilnya tanpa titel 'Miss'. Mereka mulai memandang Sohyun sebagai wanita biasa yang bisa saja khilaf dan berbuat dosa kapanpun ia mau.

Sementara itu, kabar bahwa Chloe diangkat sebagai creative director yang baru telah sampai ke telinga Sohyun. Bersamaan dengan surat dinas yang menyatakan bahwa ia dipecat dari El-Roux atas tuduhan membawa pengaruh buruk bagi perusahaan.

"Berakhir sudah," gumam Sohyun.

Apa yang selama ini ia takutkan terjadi. Kehilangan ketenaran, kehilangan karier dan pekerjaan, dibenci dan dikomentari banyak orang .... Semuanya kacau. Sohyun menyaksikannya secara diam-diam. Bagaimana fanbase-nya heboh dan perlahan mulai meninggalkannya. Bagaimana orang berpendapat buruk dan menggunjing di media sosial mengenai dirinya. Sekarang, hal yang paling tidak bisa Sohyun hindari akan segera terjadi.

Ponsel Sohyun bergetar. Ini dia! Telepon dari keluarganya, Sofia. Sohyun pucat pasi. Dengan memberanikan diri, ia mengangkat telepon itu dan siap-siap dibentak dan dimarahi oleh bibinya. Aunty Sofia selama ini sangat protektif terhadapnya. Kalau Aunty Sofia tahu tentang foto itu, entah apa yang terjadi. Sohyun tak dapat membayangkannya.

"Halo, Aunty?"

"Sohyun, Sayang! Kenapa kau lama sekali mengangkat teleponnya! Apa kau baik-baik saja, Nak? Kau ada di mana sekarang?"

Sohyun tak kuasa menahan tangisnya. Sejak kematian ibunya, bibinya lah yang selalu merasa khawatir. Bibinya lah yang selalu peduli padanya. Kenapa Sohyun bisa berpikir seburuk itu mengenai Sofia? Tentu saja Sofia tidak akan begitu saja percaya pada omong kosong media. Sofia kenal betul seperti apa keponakannya itu. Sohyun tersentuh mendengar suara Sofia yang begitu mencemaskan kondisinya.

"Aunty, aku takut.... Orang-orang sekarang membenciku, tidak ada lagi yang akan mendukungku, Aunty...."

Sohyun berbicara dengan bibir yang bergetar. Ia merasa bahwa trauma akibat dijauhi dan dikritik teman-temannya saat di universitas kembali menimpanya. Sohyun merasa ketakutan. Jika dulu ada Vernon yang selalu mendampinginya, tetapi kini ia tidak memiliki siapapun di sana. Sohyun merasa berada di ruangan kosong seorang diri tanpa tahu arah.

"Sayang, Aunty, Uncle, Em dan Jay di sini selalu percaya dan mendukungmu. Percayalah, pasti semua akan baik-baik saja. Sekarang, katakan kau ada di mana. Biar kami menjemputmu pulang."

"Aunty, aku ada di—"

Pintu apartemen terketuk beberapa kali dengan sangat keras. Bel berbunyi tiada henti dan teriakan-teriakan dari luar sana semakin terdengar mengancam bagi Sohyun. Sohyun cepat-cepat menutup telepon karena tak ingin membuat bibinya tambah khawatir.

"Ada apa di luar, Taehyung?" tanya Sohyun dengan raut cemas. Taehyung telah berdiri di balik pintu dan mengecek intercom.

"Mereka orang-orang tidak jelas. Sepertinya mereka tahu kalau kita ada di sini, dan mencoba meneror kita."

"Bagaimana ini? Aku sangat takut." Sohyun duduk berjongkok. Ia semakin terlihat ketakutan dan sesekali menutup kedua telinganya.

"Hey, bitch! Keluarlah, kami tahu kau ada di dalam bersama bajingan itu! Kenapa kau cuma tidur dengannya kalau ada kami di sini! Keluarlah!"

Taehyung tidak tega melihat keadaan Sohyun. Ia pun mematikan layar intercom, dan membawa Sohyun masuk ke kamarnya. Tidak ada gunanya membuka pintu dan menghajar pria tidak jelas itu satu-satu. Yang ada, Taehyung malah semakin menimbulkan masalah.

"Tenang, Sohyun. Mereka pasti akan segera pergi. Mereka kelihatan sedang mabuk."

"Apa yang harus kita lakukan Taehyung? Tidak ada lagi tempat yang aman bagi kita. Kita terjebak di sini."

"Tenanglah, oke? Aku akan membantu memikirkan jalan keluarnya."

Taehyung merangkul pundak Sohyun dan berusaha membuatnya tenang. Setelah itu, ia pamit untuk menelepon seseorang. Sebenarnya, beberapa saat lalu Choi Bitna menghubunginya. Gadis itu bilang bahwa ia baru saja tiba di London dan ingin segera bertemu Taehyung.

Benar, cuma dia yang dapat membantuku. Tidak ada pilihan lain selain menemuinya.

Taehyung—lengkap dengan masker dan topi penyamarannya—berangkat menuju lokasi yang telah ditentukan untuk menemui Bitna. Bitna adalah otak dari semua kekacauan yang terjadi, jadi cuma dialah yang bisa menghentikannya.

Jika Taehyung harus berlutut di bawah kaki Bitna supaya kenyamanan dan keamanan Sohyun kembali, maka ia rela. Ia rela meskipun ia harus diinjak-injak oleh gadis itu.

Semua demi Sohyun.

***

Tbc

Haloo semua! Aku comeback. Maaf ya, aku anggurin lapak ini hampir sebulan. Alasannya, aku lagi ribet magang dan ngerjain tugas magang. Fyi aja, Bab 33 itu udah aku tulis dan aku ganti-ganti sampai ada beberapa versi.

Aku bingung bikin alur yang lebih logisnya gimana. Jadi, sampai aku nemu tulisan aku yang lebih masuk akal, barulah aku berani buat update.

Aku merasa bersalah karena kalian menerorku beberapa kali di kolom komentar buat nanya kelanjutan cerita ini hehe

Mohon maaf bangett... Nih, silakan dibaca sampai kelar ya ^^

Oh iya, Selamat Menunaikan Ibadah Puasa meskipun aku telat banget ngucapinnya🙏✌️

Dan selamat berbuka ^^

Sebenarnya aku baru ngetik dua bab. Belum bisa ngebut sampai tamat karena ... ya, kalo ada yg udah selesai diketik, kenapa nggak dipublish??

Aku kan pingin nunjukin, ini loh... Authornya masi hidup, dan cerita masih berlanjut! Muhehe..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top