Bab 15
Memasukkan password apartemennya, Sohyun baru akan membuka pintu sebelum akhirnya tangan seseorang menghalangi aksinya. Sohyun berbalik dan mendapati seorang pria—yang tidak usah ia sebut namanya—berdiri, menunduk ke arahnya dengan bibir yang menyunggingkan senyum.
"Aku tidak tahu, selera seorang Miss Elena adalah pria pendek dan kemayu," ejeknya.
Pria pendek dan kemayu? Sohyun tergelak, mengapa mendadak membahas tipe pria idamannya? Mungkin Kim Taehyung terlalu frustrasi akibat tidak bisa mendapatkan hati Sohyun. Sekarang, ia malah menjadikan Jimin sebagai sasaran kekesalannya. Memang, ya, pria itu tidak punya kerjaan lain selain ikut campur urusanku.
"Bisakah kau pulang saja? Aku malas berdebat."
Tidak ingin menanggapi perilaku Taehyung yang kekanakan, Sohyun berharap segera tiba di rumahnya. Mandi dan menghabiskan waktu di atas tempat tidur sambil berbicara dengan Jimin melalui telepon. Namun, lagi-lagi Taehyung mencegahnya masuk. Tangan kekar pria itu menahan gagang pintu, memaksa Sohyun bersabar dan mengikuti alur yang dikehendaki musuhnya itu.
"Apa lagi?"
"Katakan, apa tipe priamu memang seburuk itu? Aku kasihan padamu."
"Ya! Tipe priaku memang buruk, termasuk kau. Aku jadi menyesal pernah menyukai 'kotoran burung' sepertimu."
"Ko—kotoran burung kau bilang?"
Apa aku seburuk itu?!
"Sudah, ya. Aku lelah, mau tidur."
"Kim Sohyun!! Hei, tunggu dulu! Apa maksudnya kau memanggilku kotoran burung, hah?!"
Taehyung memaksa masuk ke apartemen Sohyun. Sohyun yang terlanjur dongkol, dengan sengaja menjepit lengan Taehyung di pintu apartemennya. Lantas, pria itu segera menarik tangannya dan mendesis kesakitan.
"Rasakan!"
"Aww!! Dasar wanita psiko!"
***
Tadi malam tidur Sohyun sangat nyenyak. Namun, ada yang mencurigakan. Kim Taehyung tidak menunjukkan pergerakan apapun untuk membalas sikapnya kemarin, tidak seperti dirinya. Tidak mau tahu, Sohyun hanya ingin menikmati waktu paginya dengan damai. Ia membuat jus kesehatan seperti biasa, melakukan yoga, dan memberi makan anjingnya.
Suara bel apartemennya berbunyi. Seorang cleaning service datang lengkap dengan peralatannya. Mengenakan seragam merah dan topi yang senada. Sohyun rasa, ia tidak memesan jasa layanan kebersihan hari itu. Mungkin ini memang hari kerja mereka. Berpikir positif, Sohyun pun mempersilakan pria itu masuk dan melakukan pekerjaannya.
Selama apartemennya dibersihkan, ia menyempatkan diri untuk mandi. Masalah keamanan, Sohyun tidak mencemaskannya. Apartemennya dilengkapi dengan CCTV di berbagai sudut. Jika cleaning service itu mencuri atau berbuat macam-macam padanya, pihak security akan dengan mudah menangkap dan membawanya ke kantor polisi.
"Belakangan aku sering tidur larut malam, mataku jadi kelihatan lelah," guman Sohyun di depan kaca, tepat selesai mandi dan akan keluar menuju kamarnya.
Begitu kakinya menginjak ruangan dengan satu tempat tidur itu, Sohyun syok. Coret-coretan pilok ada di mana-mana. Di lantai kamarnya, di seprainya, di dinding dan kacanya, juga cermin riasnya.
"Apa-apaan ini?!"
Sohyun berputar-putar mengelilingi ruangan. Memeriksa apakah ada sesuatu yang hilang. Tetapi semua barangnya masih berada pada tempatnya. Ketika ia menengok ke arah cermin, sesuatu tertulis di sana. Wanita psiko, jadilah perawan sampai tua!
"Kim Taehyung!!!!!"
Di apartemen sebelah, Taehyung tertawa puas. Dilepasnya topi merah yang ia pinjam dari petugas cleaning service yang mengunjungi apartemennya tadi pagi-pagi sekali. Ia berguling-guling di atas kasur, membanggakan aksinya yang sukses membuat Sohyun murka. Ucapan Sohyun semalam terngiang-ngiang di kepala. Gara-gara wanita itu, Taehyung tidak bisa tidur karena menyimpan kebencian di hati. Enak saja dibilang kotoran burung, memangnya dia siapa?
Merayakan kegembiraannya, Taehyung menelepon seorang wanita. Ia mendapatkan nomor wanita itu kemarin ketika menjalani pemotretan untuk iklan bir. Hari ini jadwalnya kosong, jadi ia bebas bersenang-senang.
"Halo, Jung Minji-ssi? Bisakah kita bertemu hari ini?"
***
Taehyung tiba di sebuah Grill Restaurant dengan pakaian santai tetapi tetap terkesan cool. Tak lupa mengenakan masker—demi menghindari sorotan publik—Taehyung memesan sebuah ruangan khusus dan tertutup untuk menemui 'tamu perempuannya'. Selalu menjadi pihak yang datangnya terlambat, Taehyung melihat wanita bernama Minji sudah menunggunya di dalam. Mendapat reward setelah melakukan kerja keras adalah hal yang paling menyenangkan, batinnya.
Taehyung menyapa Minji yang siang itu tampak sangat cantik. Minji adalah makeup artist yang kemarin sempat membantu merias Taehyung sebelum pemotretan. Seperti hukum alam, siapapun perempuan yang bertatapan atau berhadapan langsung dengan Taehyung pasti tak dapat lepas dari pesonanya. Taehyung yang menyadari itu tak bisa menyia-nyiakan wanita cantik seperti Minji. Dengan segala tutur katanya yang penuh bujuk rayu, Taehyung berhasil mendapatkan nomor Minji dan akhirnya mereka bertemu.
"Memangnya kau tidak sedang sibuk, Taehyung-ssi?"
"Jangan pikirkan aku, Nona Minji. Model juga butuh hiburan. Hari ini aku sangat free, makanya kita bisa ketemuan. Lalu bagaimana denganmu? Apa kau tidak ada pekerjaan?"
Minji merekatkan badannya karena mereka duduk bersebelahan. Sengaja menyibakkan rambutnya ke sisi kanan, tempat di mana Taehyung duduk dan memandangi wajahnya.
"Aku sengaja membolos demi bisa bertemu denganmu," ujarnya setengah berbisik.
"Nakal."
Taehyung menyeringai. Jemarinya tak diam begitu saja. Mulai dari membelai rambut Minji, lalu menghirup aromanya dalam-dalam. Kim Taehyung menciptakan suasana yang setiap wanita harapkan. Atmosfer di antara mereka begitu panas. Begitu Minji secara agresif meremas bagian paha Taehyung, Taehyung menjadi terpicu. Ia pun melahap bibir wanita itu dengan rakus. Menyantapnya seolah itu menu makan siang utama hari ini. Jung Minji membalas serangan Taehyung tanpa kecuali. Jari-jemari wanita itu juga merayap naik, menelusup melalui bagian bawah kaos yang Taehyung kenakan. Merasakan otot sixpack pria itu yang begitu keras dan menggoda.
Suara napas mereka terengah-engah memenuhi ruangan yang tertutup. Karena makanan sudah sampai sebelum Taehyung datang, mereka pun bebas melakukan apapun tanpa ada gangguan dari pelayan. Hal itu makin membuat kepuasan Taehyung meningkat. Kini ia menyasar leher mulus Minji yang terpampang nyata di kedua matanya. Namun, belum sampai ia membuat tanda di sana, sebuah telepon dari manajernya datang. Awalnya Taehyung mengabaikan panggilan itu, tetapi sialnya, nada dering ponselnya berbunyi berulang kali. Kali ini benar-benar mengganggu waktu bersenang-senang Taehyung. Kalau sudah begini, biasanya memang ada hal penting yang ingin Seojun sampaikan.
"Ada apa sih, Hyung?!"
"Kau di mana, Taehyung?"
"Tidak perlu tahu aku ada di mana. Yang jelas, kau sangat mengganggu waktu liburku!"
"Segera datang ke Lotte Hotel, di lounge lantai 15. Direktur El-Roux ingin bertemu denganmu."
"Tiba-tiba? Bukannya urusan kontrak Hyung yang menangani?"
"Kim Taehyung, bukankah dulu aku bilang padamu, bahwa kau harus memberi sambutan pada Direktur? Dan beliau mumpung ada waktu hari ini. Mau tidak mau kau harus datang."
"Inilah kenapa aku benci pada formalitas, ck. Baiklah, aku datang!"
Taehyung melirik Minji yang terlihat penasaran. Menetralkan emosinya, Taehyung pamit undur diri. Sebelum meninggalkan Minji, ia juga memberi wanita itu beberapa lembar uang untuk membayar makanan yang sudah tersaji.
***
Taehyung sudah tiba di lokasi. Kali ini ia tidak bisa datang sesukanya karena yang ia hadapi adalah direktur El-Roux, perusahaan yang telah menjalin kontrak dengannya. Sebisa mungkin, Taehyung harus meninggalkan kesan yang baik. Taehyung memang pria yang suka kebebasan dan main-main, tetapi kalau sudah menyangkut karier, ia dapat melakukan apapun asal itu menguntungkan.
Seorang pelayan datang membawakan menu makanan. Hotel tempat ia duduk merupakan salah satu hotel kelas atas yang berdiri di Seoul. Tentu saja, makanan yang tersaji sangat mewah dengan harga yang pastinya fantastis. Tidak meragukan, orang yang kutemui memanglah direktur El-Roux yang kaya raya.
Taehyung yang mulai bosan, tanpa bisa menyantap makanan itu, hanya bermain dengan ponselnya. Satu setengah jam berlalu, pria itu mulai mengantuk. Ia sempat menghubungi manajernya namun ponsel Seojun tidak aktif. Ke mana direktur itu? Kenapa belum muncul juga?
Sekali lagi, Taehyung menghubungi Seojun tetapi tetap tidak tersambung. Pelayan yang tadi mengantar makanan datang.
"Permisi, Tuan. Waktu reservasi sudah habis. Berikut ini bill-nya."
"Eh, apa? Aku yang harus membayarnya? Bukankah seharusnya ini semua sudah dilunasi oleh Pak Direktur?"
"Tetapi di sini tertulis nama Anda, Tuan. Kim Taehyung."
"Aku menunggu satu setengah jam, bahkan tamuku tidak datang dan aku tidak menyentuh makanannya! Aku juga yang harus membayar? Tolong, berikan aku nomor ponsel dari seseorang yang melakukan reservasi!"
Jika tebakan Taehyung benar, pasti sekretaris Pak Direktur yang bernama Boreum itulah yang melakukan pemesanan.
"Tapi, Tuan ...."
"Sudah, serahkan saja nomornya! Aku mau bicara!"
Pelayan itu pun tak bisa berkutik. Ia memberikan info kontak si pembuat reservasi. Taehyung pun tanpa basa-basi langsung menelepon ke nomor tersebut.
"Halo, apa benar ini nomor Nona Hwang Boreum, sekretaris dari Perusahaan El-Roux?"
"Maaf, tetapi sepertinya Anda salah sambung."
Eh, suara ini? Taehyung mengecek layar ponselnya. Siapa tahu itu seseorang yang ia kenal dan sebelumnya telah ia simpan nomornya sebab suaranya terasa tidak asing.
"Anda bukan Nona Boreum? Siapa Anda?"
"Kalau kau penasaran, cepat ganti rugi dulu kekacauan yang kau sebabkan di apartemenku dalam waktu sepuluh menit!"
"Kim Sohyun?! Itu kau? Halo? Ha—"
Dimatikan?! Sialan, ini ulahnya! Dia membohongiku dan memanfaatkan Seojun Hyung.
"Anda mau ke mana, Tuan? Anda harus membayar reservasi dan makanannya terlebih dahulu atau saya akan panggilkan security!"
"Shibal!"
***
Tbc
Singkat banget ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top