10
Namanya juga pekerjaan yang rentan dengan hujatan orang, mau tidak mau perkataan yang menyakiti hati, terlalu kasar bahkan di luar nalar memang tidak bisa kita cegah dan kita juga tidak bisa untuk balik melawan.
Yang punya utang siapa, marah-marahnya ke kami.
Yang sudah mendapatkan barangnya, lupa untuk membayar cicilannya, bahkan ada beberapa yang justru menjual kembali barang tersebut atau ada pula yang menggadainya.
Kenapa aku bisa bilang begini, karena untuk bisa dekat dengan pelanggan, salah satu hal yang kami lakukan adalah bertegur sapa lewat sosial media, salah satunya instagram, biasanya sih, itu ada disivi lain yang bertanggung jawab, jadi aku suka iseng lihat akun Instagram BI dan membaca kolom komentarnya.
Nah, tadi Dori bilang kepadaku, kalau di instagram BI ada yang marah-marah, entah alasannya apa, Dori tidak memberitahu, kebetulan moodku juga sedang buruk sekali, gara-gara hari ini aku belum dapat satu pelanggan pun yang akan menghasilkan aku uang, padahal ini awal bulan, ya, sudah, mending kepoin instagram BI saja deh.
Aku mengambil ponsel di laci mejaku, mulai bermain di akun instagram. Aku bingung deh, jarang upload foto, tapi kenapa pengikutku bertambah terus ya, buat instastory juga jarang, postinganku saja cuma ada lima, sudah tiga bulan aku tidak posting foto, tapi setiap hari bertambah terus pengikutku.
Aku iseng, ingin melihat direct message, setiap buka instagram tidak pernah ku lihat.
Aku tertawa pelan, banyak juga, bahkan ada pesan dari tahun 2018 segitu tidak memerhatikannya aku, hahaha.
Aku langsung mencari akun BI banyak sekali pengikutnya, aku langsung melihat postingan terakhir, kata Dori di postingan itu yang banyak makian dari pelanggan.
Oh. Pantas saja, isi dari postingan itu tentang jatuh tempo membayar cicilan, serta dendanya jika telat membayar lalu melihat kolom komentar, kebanyakan fake account pula, hadeuh.
priami.ut10 : tlg dong klo nagih yg sopan sedikit, sy psti byar ko, nagih pakai ngancem sgala. Ga sopan.
Berian.ope1 : BI sinting, ga ada otak. Gw psti byar woi, ga usah ngancem bkal ada denda sgala. Sialan.
Ertika.10sss : sya byar ga prnah telat y. Ini bru skali telat grgr gajian di undur, nlpon ga ada sopannya.
wulan.kinann : sialan lo bi, ga punya hati, jahat bgt lo sumpah.
Oke, itu hanya beberapa makian dari pelanggan, sisanya lebih parah, bahkan hewan di kebun binatang disebut semua, aku meringis, beberapa komentar sudah di balas, dari yang aku baca mereka mengeluhkan dari divisku, desk call, aku juga bingung harus berkomentar apa, emosi tiap orang kan berbeda-beda, atau ada juga yang sebelumnya di telpon baru menyapa sudah di maki, mood rekan kerjaku juga tidak selalu baik, biasanya juga yang berani seperti itu orang-orang lama, senior di BI.
Sebetulnya sudah sering sih, dapat makian segala macam bentuk, kalau aku menelpon juga lebih kejam respon mereka, jadi aku sudah memaklumi hal ini, COC yang ada untuk divisi desk call memang untuk di langgar sepertinya, hehehe.
****
"Ra, Bang Ramo kemana deh? Gue cari dari tadi gak ada," tanya Dori sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
"Gue bukan emaknya Bang Ramo, ya mana gue tau, Dor. Dari tadi kan gue disini." aku menjawabnya tak acuh, gak jelas banget Dori kalau nanya.
Dori menatapku jengkel, aku langsung tertawa, lucu banget kalau sudah jahilin dia.
Aku kembali memasang headphone, Dori sudah kembali ke kubikelnya, aku menunggu panggilan yang masuk, berharap semoga kali ini dapat menghasilkan aku uang.
"Selamat sore, dengan Flira dari Brily Indonesia, dengan Bapak Amir?" Aku menyapa dengan hangat.
....
"Halo, Bapak Amir?" aku menyapa lagi, tidak ada sahutan, god, aku paling benci kalau sudah seperti ini.
....
Masih tidak ada sahutan, padahal masih tersambung telponnya. Tidak mungkin jaringannya jelek.
"Bapak Amir, bisa minta waktu nya sebentar?" Aku mulai menaikan nada suaraku, kan, baru begini aku sudah sebal sekali.
....
Oke, aku langsung memutus panggilan telepon, bisu kali dia.
Aku mendesah panjang, hari ini kenapa lelah sekali ya. Huhu.
Aku memutuskan berjalan ke kubikel Dori, "Dor, ngopi yuk," ajakku saat melihat Dori melakukan hal yang sama seperti aku tadi.
Dori langsung mengangguk, kami memutuskan untuk langsung istirahat saja.
Sepuluh menit kemudian, kami sudah tiba di rumah kosku, habis berdebat panjang sama Dori mau ngopi dimana, akhirnya beli kopi lewat aplikasi ojol dan beli makanan juga.
"Ribet lo, ya. Ngeselin," Aku menatapnya kesal, sudah tahu moodku lagi buruk ini orang malah ngajak berantem.
Dori memasang tampang jahil, "Lo tuh gemes tau gak sih, kalo muka lo begitu gampang banget bikin lo marah, hahahaha."
Aku menatapnya kesal, "Buruan ah makan, awas ya lo malah asik main hp, gak bakal gue bolehin lagi main kesini," Ancamku, bercanda, abis dia ngeselin.
"Ah, masa, yakin nih?" goda Dori lagi.
Aku diamkan saja, lebih baik makan, habis itu tidur sebentar, daripada ngurusin Dori yang makin sinting.
"Hari ini pelanggan pada kenapa sih? Gue nyapa mereka baik-baik malah di bentak, gue baru mau ngomong udah dimatiin telponnya, heran deh," Curhat Dori sambil asik ngunyah ayam geprek kesukaannya.
Aku mengangkat bahu, "Gak tau gue, tadi juga gue nelpon kayak ngobrol sama orang bisu, gak ada sahutannya sama sekali, bikin jengkel tuh yang kayak begitu."
Dori menganggukan kepala, mulutnya masih penuh dengan makanan.
Aku melirik ponselku, ada panggilan video dari Andra, aku pun mengangkatnya, memasang senyum manis yang ku punya.
"Lagi di kosan ya?" tanya Amdra sambil merapikan rambutnya yang agak berantakan.
Aku mengangguk, "Iya, lagi istirahat bareng Dori,"
Andra melepas kaca matanya, tersenyum manis menatapku dengan lembut, "Kenapa, Ra? Lagi bete ya?" tebak Andra.
Ih, aku padahal dari tadi senyum terus lho, kok bisa benar sih tebakannya?
Aku nyengir, "Kesel banget sama pelanggan hari ini, belum dapet sama sekali."
Dori melirikku sebal, "Giliran ada pacar aja, seneng langsung, tadi sama gue mukanya bete banget." Cibir Dori sambil mengunyah kembali makanannya.
Andra yang mendengar langsung tertawa, "Eh, Alya, bisa aja, hahaha. Btw, Al, gue tadi ketemu Ajun,"
Aku melanjutkan makan, tampilan kamera ku ubah jadi menghadap wajah Dori, "Oh ya, dimana bang?" Dori langsung menghentikan acara makannya, menatap Andra dengan penuh rasa penasaran.
"Di GI tadi, gue baru kelar ketemu sama clien, eh ada dia juga ternyata di resto bareng cewek,"
Aku melirik Dori, memasang tampang jahil, seru nih, lihat saja, wajah Dori langsung berubah masam.
"Kamu gak nanya ceweknya siapa?" Gantian aku yang bertanya.
"Mana sempat, keburu telat, hahahaha."
Astaga! Andra ngelucu, garing banget. Hahaha.
Aku tertawa ngakak, lucu banget sih, pacar gue.
"Bercanda, Alya, dia sama nyokapnya," Andra langsung mengklarifikasi.
Dori langsung menatap Andra jengkel, "Sialan lo, Bang, gue udah siap mau nelpon Ajun padahal," kata Dori yang kembali melanjut makannya.
Aku dan Andra tertawa kencang, lucu banget kalau jahilin Dori tuh.
Aku langsung mengganti tampilan kamera menghadapku, Andra didalam mobil seperti sedang di perjalanan. "Mau kemana, Ndra?" aku bertanya sambil mengambil suapan terakhir.
"Balik ke kantor, sayang," kata Andra
Aku tersenyum, tumben banget dia manggil sayang begini. Dori langsung melirikku tajam, tidak terima ia kalau melihat adegan seperti ini.
"Kenapa sih Dori, sirik aja," kataku jahil.
Dori langsung berjalan ke tempat sampah membuang bungkus makanan, lalu ke kamar mandi.
Aku terkekeh, "Nanti aku ke kosan ya, Ra," kata Andra sambil memakai kembali kaca mata kerjanya.
Aku mengangguk, sudah seminggu kami tidak bertemu, Andra yang sedang sibuk menangani project bisnis caffe bar miliknya. "Oke, ditunggu, Bapak Refandra."
Andra tersenyum lagi, "Aku lanjut kerja lagi ya, sayang."
Aku mengangguk sambil melambaikan tangan.
****
Pukul 21.30
Aku sudah berganti pakaian, jam sembilan lewat sepuluh tadi aku sudah tiba dirumah, langsung mandi dan beberes sebentar, kebiasaan yang baru aku lakukan ini, karena kadang Andra suka tiba-tiba mampir, tidak enak kalau keadaan rumah kosku kotor.
Katanya sebentar lagi sampai, aku langsung menyiapkan secangkir teh manis hangat, jam delapan tadi hujan deras, jadi cuaca terasa begitu dingin, aku mengambil jaket lalu memakainya, membawa secangkir teh manis untuk Andra ke ruang tamu, sambil menunggu aku bermain game di ponsel.
Sepuluh menit kemudian, pintu rumah kosku diketuk, sudah pasti itu Andra, aku langsung membukakan pintu, menampilkan senyum manis untuk menyambut kedatangan Andra.
"Asalamualaikum, Rara," salam Andra sambil mengacak rambutku gemas.
Aku menatapnya sebal, kebiasaan banget ini orang, "Waalaikumsalam, Andra," Aku melirik kedepan pagar, ia bawa motor rupanya.
Kami berdua duduk di ruang tamu, Andra menaruh ponsel dan kunci motor dimeja, lalu menarikku untuk duduk lebih dekat dengannya. Aku menurut, sambil mencari posisi nyaman, aku merasakan ada kecupan dipuncak kepalaku, "Jangan dibiasain mandi malem, Ra," kata Andra sambil mengelus rambutku.
Aku menatapnya, "Pake air hangat kok tadi, kamu tumben bawa motor, mobil kenapa emang?" kataku sambil memeluk tubuhnya dari samping, duh, nyaman banget.
Andra membawa kepalaku ke dada bidangnya, detak jantungnya terdengar oleh gendang telingaku, "Biar cepet aja ke sini, kangen banget sama kamu, kita seminggu gak ketemu, lho, sayang." kata Andra sambil mencubit hidungku.
Aku terkekeh, lebay banget sih, hahaha. "Tiap hari kan video call, Ndra, eh ini minum dulu teh nya," kataku sambil melepas pelukkan kami.
Andra langsung menyesap tehnya, sambil menatapku, "Manis banget, Ra,"
Aku mengerutkan dahi, masa sih? Tadi ku coba sudah pas kok rasanya.
"Masa? Tadi aku coba udah pas tau,"
Andra mengangguk, "Iya manis banget, orang ketambah sama senyum kamu."
Ealah! Gombal terus Bapak satu ini.
Aku tertawa ngakak, "Apaan sih, gak jelas banget kamu tuh, gombal terus,"
Andra membawa tubuhku kedalam pelukannya, "Sayang banget aku sama kamu, Ra. Jangan tinggalin aku ya," kata Andra sambil mengecup puncak kepalaku.
Aku tersenyum, melepas pelukkan kami, "Kamu kenapa sih, aneh banget deh, tumbenan manja begini," kataku sambil menepuk jidatnya pelan.
Panas. Lah, sakit?
"Ndra, kamu sakit? Kok panas?" Aku langsung beranjak mengambil termometer di kotak P3K.
Andra kenapa baru kelihatan pucat sekarang sih? Perasaan tadi baik-baik saja. "Kamu baru ngerasain, Ra? Ya ampun aku dari tadi udah kode meluk, segala macem kamu ga sadar?" Andra terkekeh pelan, sambil menyandarkan kepalanya di pinggiran sofa.
Aku meringis, masa iya, gara-gara kangen kebangetan jadi bego gini, ampun deh. Aku memberikan termometer ke Andra yang langsung di selipkan diantara ketiaknya.
Aku langsung mengambil selimut di dalam kamar, memberikannya pada Andra. Terdengar bunyi, tanda sudah mendapatkan suhu tubuh dari termometer, 38,5°C tinggi sekali.
"Tiga delapan koma lima, Ndra, tinggi banget, berobat aja, mau?" tawarku.
Gak tega deh ngeliat dia sakit begini.
Andra menggeleng, "Ini sakit kelamaan nahan kangen, Ra. Gapapa, besok juga udah sembuh, kan udah ketemu kamu."
Sinting, ah! Lagi sakit malah gombal terus.
Aku mengambil obat antibiotik, ku ucapkan terima kasih yang banyak pada Bibi Arum tersayang, karena terakhir dia berkunjung sempat membawakan aku beberapa persedian obat yang biasa aku konsumsi, "Gombal terus ih, nih minun obatnya," aku menyodorkan dua butir obat kepada Andra.
Aku berjalan kearah dapur mengambil segelas air, tapi obat yang kuberikan masih ada di telapak tangannya. "Buruan di minum, biar bisa istirahat abis ini,"
Andra meringis, "Aku gak bisa nelennya, biasa di gerus (Red : hancurkan) dulu, Ra."
Aku menatapnya aneh, serius nih? Laki-laki yang keliatan jantan banget ini gak bisa nelen obat? Hahahaha.
Aku lagi-lagi tertawa ngakak, "Hahaha, lucu banget ya ampun pacar aku," kataku sambil mengambil dua butir obat dari telapak tangan Andra, menghancurkannya hingga menjadi bubuk, lalu ditambahkan sedikit air.
Aku langsung mengarahkan sendok ke mulutnya, memintanya untuk membuka mulutnya.
Andra memejamkan matanya sambil membuka mulut, langsung ku masukan obat tersebut, tak lama tangan Andra langsung menepuk pahaku, meminta segelas air.
"Hahahahaha, ya ampun, Andra, lucu banget sih, kenapa gak bisa nelen obat? Udah gede juga ih, malu-maluin," ledekku sambil mengelus kepalanya dengan lembut.
Andra hanya tersenyum kikuk, mengambil tanganku yang ada diatas kepalanya, membawa tanganku ke bibirnya, lalu dikecup dengan lembut.
Aku tersenyum, random banget sih, hari ini. "Makasih ya, pasti cepet sehat deh aku,"
Gombal terus!
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top