1

"Selamat pagi, dengan Flira dari Brily Indonesia, bisa bicara dengan Ibu Murti?" Nah, ini lah pekerjaan seorang Flira Giwani, gadis yang berusia 22 tahun.

Oke, semua harus dimulai dengan senyuman, semangat yang membara, demi rupiah!

"Enggak."

Tut

Raut wajah yang semula ceria langsung tertekuk masam.

Ini masih pagi, mood seorang Flira tidak boleh luntur begitu saja.

Fight!

Tarik napas, hembuskan, tarik lagi lengkungan senyum yang semula masam.

"Ngapa lo?" tiba-tiba muncul wajah Dori disamping kubikelku, salah satu temanku di BI.

"Engga pa-pa. Ngapain lo nyengir begitu, abis menang lotre?" Aku menatapnya geli, Dori ini moodbosterku, kalau sudah bersama dia, tidak pernah aku tidak tertawa. Pasti, ada saja hal konyol yang dia lakukan.

"Sembarangan. Gue baru aja janjian nih, sama gebetan. Mau nonton, balik ngantor nanti." adunya padaku.

"Gebetan lo yang mana, nih? PI, GI, Senayan? Hahaha," kami tertawa bersama, "Mau ikut?" tawarnya. Dori sinting, mau ngedate kok malah ngajak aku.

"Masih pagi Dori, jangan bego sekarang." jawabku sebal.

"Kenapa, sih, Ra? Kan, gue ngajak jomblo, biar gak gabut nanti malam." Ejeknya dengan tampang yang menyebalkan.

Sialan!

"Kerja, woi! Udah dapet berapa emang lo berdua? Kebiasaan banget, masih pagi udah ngegosip aja," itu yang barusan ngomong SPV tercintaku, dia Bang Ramo, Ramo Gonio. SPV super galak kalau di kantor, tapi kalau sudah di luar kantor dia bakal baik banget sama bawahannya, apa lagi Aku sama Dori, beuh, cees kentel deh.

"Nih, bang, si Dori katanya mau main sama gebetannya nanti balik ngantor," gantian aku yang mengadu. Kita dengar, apa yang akan SPV-ku katakan.

"Dori mau ngedate? Sama siapa, Nemo?"

Astaga!

"Hahahahaha," tawaku keluar begitu saja, beda denganku, si Dori justru memasang tampang kesal, sudah sering dia diledek sama Bang Ramo, ini hanya akting kami bertiga saja kok di kantor.

Jadi, begini, aku bekerja di PT. Brily Indonesia, perusahaan pembiayaan multiguna yang memberikan layanan kepada pelanggan online atau pun offline, perusahaanku ini dapat pula memenuhi kebutuhan finansial untuk pelanggan setia Brily.

Atau kalimat ringkasnya, tempat pinjam uang online, yang di mana pelanggan bisa membeli suatu barang dengan cicilan atau angsuran yang sudah disepakati di awal, dengan syarat dan ketentuan yang telah berlaku.

Nah, pekerjaanku ini menangih utang ke pelanggan yang bayarnya telat dari perjanjian yang telah ditentukan.

Iya, penagih utang online, debt collector online.

Selama dua tahun ini aku bekerja di Brily tentu banyak sekali suka dukanya, tapi lebih ke duka nya sih. Kalau sukanya, pas buka rekening terus saldo sudah berubah digit setiap bulan.

Aku kembali melihat sistem di layar komputer, Dori dan Bang Ramo sudah kembali ke kubikel mereka. Aku menunggu siapa kali ini yang akan aku hubungi, dan akan seperti apa sapaannya.

Huh,

Kembali memakai headphone lalu menunggu nada tersambung, jari-jariku sudah bersiap diatas keyboard untuk menyalin hasil dari menelpon orang bandel kali ini.

"Selamat pagi, dengan Flira dari Brily Indonesia. Dengan Ibu Susan?" Aku mulai menyapa si Ibu Susan ini, nada sambung ke tiga langsung beliau angkat, not bad, dari pada langsung ditolak.

"Iya, ada apa ya, mbak?" Oke, dari jawaban, aku masih mau menyimpulkan kalau panggilan ke dua ini, bisa menghasilkan aku uang.

"Ibu Susan belum bayar tagihan tiga bulan terakhir, dengan cicilan perbulan empat ratus lima puluh tiga ribu rupiah, kapan ibu mau membayarnya?" Aku menjelaskan langsung pada intinya. Itu sudah sesuai dengan COC* yang diberlakukan.

"Lho, tagihan apa ya, mbak? Saya gak pernah ngeredit apa-apa," suara dari sana terdengar kaget, aku menghela napas pelan, yang seperti ini malas harus di ladeni, sudah sering sekali dapat respon begini.

"Ibu mengambil cicilan hp ello 2019 pada bulan Januari dengan angsuran enam kali dan baru di bayar bulan Januari dan Februari, sedangkan sekarang sudah bulan Mei, Ibu Susan. Jadi total yang harus Ibu bayar sampai bulan ini adalah satu juta tiga ratus lima puluh sembilan ribu rupiah." siapa pun yang aku hubungi, tidak akan ku beri basa-basi panjang lebar. Bikin lama, dan menurunkan moodku seketika.

"Tapi, mbak, Saya gak pernah cicil hp, mungkin itu anak saya yang nyicil." oke, poin selanjutnya, Ibu Susan tidak mengerti soal pinjaman yang berbasis online, hadeuh, ribet urusannya yang begini.

Fix, Ibu Susan tidak menghasilkan aku uang.

Sudah lah, aku skip saja panggilan ini. Tidak akan ada hasil, biar sistem nanti yang akan meretas nomor yang ada pada kartu sim Ibu Susan, setelah itu baru aku bertindak kembali. "Baik, terima kasih untuk waktunya. Selamat pagi." Aku memutus panggilan telepon, menatap komputer, lalu mengetik hasil dari panggilan kedua tadi.

Kembali melanjutkan ke pelanggan berikutnya yang ... Ah, sinting ini orang, utangnya hampir tiga juta.

***

Dari pagi sampai menjelang siang ini, aku sudah dapat tujuh belas panggilan, delapan di antaranya akan membayar, sisanya ada yang marah-marah juga buka sesi curhat.

Sebentar lagi akan istirahat, aku sudah lapar, ke kantin opsi terakhir yang ada di pikiranku untuk makan disana, lebih baik aku delivery saja deh, aku ajak Dori untuk ikut denganku saja.

Ingin hati membuka ponsel dan segera memesan makanan, Dori justru sudah ada di depan kubikelku dengan dua kantung plastik yang ku tebak untuk dirinya dan juga aku, "Kok, udah sampe aja, perasaa baru istirahat," Aku menatapnya curiga, aku tahu sekali tabiat wanita cantik satu ini.

"Hahaha, di pesenin sama temen, Ra. Yuk, mau makan dimana?" Sebetulnya makan di ruang kerja itu tidak boleh, jadi daripada aku dan Dori kena omel Bang Ramo, aku ajak Dori ke rumah kosku saja.

Ya, seperti orang diluaran sana, aku perantau, keluargaku ada di Jawa Tengah, tepatnya Wonogiri. Setelah lulus sekolah, aku langsung diajak bibiku untuk bekerja di Jakarta, setahun menganggur, dua tahun kemarin aku bekerja di bidang retail, dan sekarang di BI.

Sudah lima tahun aku di Jakarta, setahun aku masih tinggal dirumah bibiku, empat tahun kebelakang aku sudah tinggal sendiri, dirumah kosku yang tidak jauh dari tempat kerjaku dulu, dan lebih dekat ke BI.

Nanti akan aku ceritakan soal keluargaku, sekarang aku mau makan dulu dengan Dori. "Kosan lo ini, nyaman banget ya, Ra. Kenapa doyan banget jalan, sih? Gue kalo jadi elo bakal rebahan terus," Ini ucapan yang selalu Dori sampaikan kalau sudah berkunjung ke rumah kosku. Jadi tidak perlu ku tanggapi.

Tapi, memang betul yang Dori bilang, sebetulnya yang buat nyaman ya, karena aku rajin bersih-bersih, bikin jadi adem, dan nyaman tentu saja. Jadi, wajar kalau setiap yang berkunjung pasti betah, apa lagi dia.

"Buruan makannya, gue mau tidur. Ngantuk." Aku sudah selesai makan lima menit yang lalu, sedangkan Dori sedari tadi malah asik memainkan ponsel sambil tertawa.

"Tidur aja, Ra. Nanti lima belas menit sebelum balik ke BI, gue bangunin." Dori masih saja asik main ponselnya. Ya, sudahlah, aku ngantuk berat. Habis makan siang gini, memang paling enak itu tidur.

"Iya, Lira lagi tidur, Bang. Ini mau balik ke kantor. Bawel amat, lo."

Itu suara Dori, itu pasti panggilan dari Bang Ramo, aku melirik jam di dinding, lumayan dua puluh lima menit Aku tidur.

"Ra, bangun. Bang Ramo udah nelpon suruh balik ke kantor."

Aku membalikan badan, Dori sudah kembali cantik dengan make up milikku yang dibuat berantakan olehnya. Ya, sudah tidak heran deh ini orang, memakai make up milikku, kebiasaan Dori sejak kami dekat.

"Ada apaan sih emang? Kan masih setengah jam lagi,"

Dori mengangkat bahu pelan, tanda tidak tahu. Aku bangkit dari kasur, berjalan kearah kamar mandi dan merapikan make up ku sebentar.

Dua puluh menit kemudian, kami sudah sampai di ruangan divisi kami. Bang Ramo mana? Aku menatap sekeliling, malah ruangan kosong begini, tidak ada orang.

Aku berjalan ke kubikelku, begitu pula Dori ke kubikelnya, "Gak jelas banget, Bang Ramo." ujar Dori pelan, sembari menatap sekeliling.

Aku membuka ponselku, mulai bermain di sosial media, melihat ada berita terbaru apa dan tentu saja fashion yang sedang trend saat ini.

"FLIRAAAAAA"

Aku yang kaget, langsung bangun dari kursi menatap kearah Dori yang kelihatannya agak lebay dari raut wajahnya, kenapa lagi sih itu anak?

Aku menghampirinya, "Kenapa, sih, gak usah pake teriak bisa, kan? Ketauan, baru tau rasa, lo." Aku melirik laci mejanya, di dalam sana ada dua bungkus coklat yang dihiasi pita pink. Hmm, tidak salah lagi, Dori punya fans, again. Hahaha.

"Cuma cokelat, plis. Gak perlu teriak. Kebiasaan banget, lo." Aku menatapnya sebal.

"tapi, Ra. Kan gue gak suka coklat, gimana sih secret admirer, kok, salah gini ngasih gift." emang, kelewat alay bin lebay anak satu ini.

Bersyukur woy bersyukur.

Sebenarnya bukan hal baru bagiku melihat Dori bertingkah seperti ini. Wajar saja banyak yang naksir sama dia. Sudah cantik, baik, ramah pula sama semua orang. Jadi sudah bukan hal aneh dia dapat gift macam itu. "Kalo gak mau mending buat gue. Cemilan di kos abis, nih." dan tugasku tentu saja yang menampung semua hadiah yang dia terima, tidak semua sih, hanya yang tidak dia suka saja.

"Abis? Tumben. Belanja aja deh, yuk, balik ngantor," ujarnya sambil memberikan dua bungkus cokelat padaku. Asik!

"Nggak, ah. Kamis aja, mumpung gue libur."

"Yah, gue pengen ikut, Ra. Besok kan gue libur, sekarang aja." wajah Dori sudah berubah sedih, dan juga bibir manyun miliknya, jangan lupakan itu.

"Tukeran libur sana, kalo bisa itu juga. Gue pengen lanjutin tidur balik kerja, ntar." Aku menatapnya dengan senyum meledek.

Dori mendecak sebal, Aku memang benar-benar ngantuk hari ini. Jadi, maafkan aku ya Dori. Hahahaha.

Lagi asik bercanda sama Dori, ternyata jam istirahat sudah selesai, Bang Ramo langsung menghampiri kubikel Dori yang juga ada Aku.

"Dori, besok lo masuk siang, ya." ku pikir Bang Ramo ada perlu denganku, ternyata sama si Dori rupanya.

"Lah, kan gue besok libur, Bang."

"Si Roro sakit, gue baru inget gak ada yang backup m4, gapapa ya, lo tuker shift, Libur lo jadi hari kamis aja." Putus Bang Ramo, dan tentu saja langsung di sambut senyum manis sama si Dori.

"Oke, siap! Gue mau, Bang." Dori langsung melirikku, memasang tampang jenaka.

Ah. Gagal deh bikin dia sebal.

Tbc

****

*COC : Peraturan yang dibuat dan harus ditaati dalam lingkup kerja di perusahaan BI.

Assalamualaikum^_^
Akhirnya mencoba produktif lagi dibulan puasa, heuheu.

Event dari CreaWiLi yaitu sebulan bikin 1 cerbung, hehe. Kali ini aku ambil kisah dari pekerjaan temanku. Gimana suka dukanya jadi seorang penagih utang online. Banyak hal yang bikin elus dada pas dia cerita. Sedih, marah, kecewa, ketawa, campur-campur dah. Ya, tetep ada yang aku tambahin dan rubah sedikit. Tapi gak meninggalkan inti cerita dari temanku ini, kok. Hehe.

Jadi aku mencoba menuliskan kisah singkat dia ini, semoga kalian semua suka. Oiya, kasih kritik dan sarannya ya teman-teman.

Terima kasih, enjoy to story.

Salam,

Nop

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top