Kelopak 3: Kelelawar Galak
Kalau hanya om-om mesum, aku bisa menuntaskannya dengan sekali kecupan pipi. Namun, kala sepasang sayap gelap mengembang dari punggungnya, aku ragu mampu menyentuhnya sekali saja.
Jangan gila. Sudah pasti aku langsung meredupkan bola api dan melafal mantra lain dengan lirih. "*Granaatappel- en kameleonhuid, dekking en camouflage!" Kupejamkan mataku erat-erat, menggenggam tali tas sembari merayap mundur pelan-pelan.
*Mantra menghilangkan diri
Napasku tertahan melihat laki-laki itu memutar badan ke arahku dan mengacungkan tongkatnya. Sayapnya semakin lebar, tanpa dihiasi bulu, tampak hitam legam dan anggun ditimpa cahaya bulan. Jangan bilang mantraku gagal dan aku masih terlihat?! Terkutuklah bahasa yang melilitkan lidahku!
Sepersekian detik, mataku bahkan tak sempat berkedip, tombak yang semula dalam genggaman sosok itu sudah melesat, menancap dalam di tanah yang sebelumnya kupijak. Jantungku merosot sampai dengkul mendengar suara sayatan udara yang masih bergema di telingaku. Meleset! Tombak itu tidak mengenaiku! Artinya mantra barusan berhasil!
Tenang, Debora. Kau hanya harus keluar dari sini pelan-pelan. Langkahku terus mundur, berusaha tidak membuat keributan dengan dedaunan kering yang rimbun di bawahku. Kalau terlalu banyak bergerak, dia bisa menemukanku dengan mata yang tajam.
Beberapa saat, aku berhenti dan mengamatinya memelototi sekitar. Dalam gelap, giginya bergemeletuk sebal mangsanya hilang. Langkahnya menghentak-hentak dedaunan, menyambar tombaknya dan mengepakkan sayap ke udara.
Sosok bersayap mengerikan itu lenyap dari hadapanku, menyisakan arus angin menggugurkan daun-daun.
Ini gila. Aku sungguhan masuk ke Hutan Ajaib dan bertemu makhluk mengerikan. Menariknya lagi, kalau diingat-ingat, aku tidak pernah tahu ada makhluk sejenis itu di hutan ini. Meski Hutan Ajaib memiliki dua siklus dengan flora dan fauna yang berbeda, dan sebanyak apapun bacaan di perpustakaan besar, aku tidak pernah menemukan artikel tentang yang satu ini.
Siklus siang hari dihuni hewan dan tumbuhan yang lebih bersahabat, seperti pakis dan jamur raksasa di bagian terdalam, kucing salju, hewan-hewan mitologi Yunani, sampai kuda bertanduk di dekat muara sungai ajaib. Mereka semua akan lenyap begitu saja saat mentari tenggelam sementara siklus malam hari bangkit membawa ketakutan.
Naga muncul sesekali melintasi langit berbulan. Monster buruk rupa dari dongeng anak-anak yang dibaca Ignicia, bermata satu bertaring tajam, yang bisa mengeluarkan api, racun, sampai mengubah tubuhnya menjadi senjata. Begitu berbanding terbalik dengan siklus siang, dan biasanya aku hafal yang mana-mana satu jenisnya.
Lima menit meringkuk di bawah pohon, setelah memastikan makhluk tadi tidak kembali atau berada di dekat sini, aku kabur dengan elegan karena tidak cukup bodoh untuk nekat melawan monster. Akan lebih baik kalau aku menyelidiki gubuk itu saat matahari terbit. Jangan ambil risiko.
Semuanya baik-baik saja, sampai aku menutup gerbang dari Hutan Ajaib dan muncul di belakang perpustakaan, sesosok monster mengejutkanku. Maaf, itu adikku. Namun, sedang apa anak itu malam-malam begini?
Kulangkahkan kakiku menjauhi hutan, melewati tepian taman kota diam-diam sembari mengamati perilaku aneh si bontot. Jangan salah sangka, aku seratus persen berniat untuk pulang. Anak itu bukan urusanku.
Benar. Ignicia bukanlah urusanku. Sampai dia datang ke kamarku pagi-pagi sekali setelah sarapan keesokan harinya. Dia datang dengan wajah tak berdosa, mengetuk pintu dan masuk begitu saja sebelum sempat kujawab.
Aku bahkan masih dipeluk piyama, membolak-balik halaman buku mantra pemberian Vader sambil mencoba menghafalkannya. "Apa yang kau inginkan?" tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari buku.
Bontot mengoceh sejenak, bercerita beberapa hal tak penting yang dengan cepat kulupakan. Sampai dia benar-benar serius dengan pertanyaannya alih-alih pernyataan. "Boleh aku meminta saranmu?" pintanya dengan senyum manis yang dibuat-buat. "Jawab kali ini saja, setelah itu aku cepat pergi."
Tetap tak kuindahkan dirinya, memilih mengambil satu buku tebal lagi bertuliskan encyclopede. Ini bukan yang pertama kalinya Ignicia bersikap demikian, makanya seberapa besar keinginan anak itu, meski kau tak suka, dengarkan saja kalau masih sayang mansion dan menghindari kebakaran.
"Kalau kau bermain petak umpet tapi ternyata ada orang lain yang ikut dalam permainanmu tanpa sepengetahuanmu," Wajahnya mendekat, menurunkan buku dari hadapanku, "kira-kira bagaimana caranya agar hama itu keluar dari tempat persembunyiannya?"
Kutatap dia tidak suka, kemudian menghela napas lelah. "Dari pada main detektif-detektifan, kenapa kau tidak mencari mata Ra atau apalah itu yang menjadi tugasmu dari Vader?" Dengan cepat kusingkirkan tangannya dan mendekap bukuku. "Kau terlalu santai menyikapi perintah Vader, Igni—kemarin aku juga melihatmu main kejar-kejaran di taman kota."
Pipinya langsung menggelembung kesal. "Aku sudah menemukannya," sanggah Igni. "Aku bahkan sudah mendapatkan eye of Ra sejak awal." Kali ini seringai menyebalkannya yang membalasku.
"Lantas? Kau tak menyerahkannya pada Eberulf?" tanyaku pura-pura tak peduli. Bagaimana bisa anak ini sudah mendapatkannya?! Aku bahkan baru mulai memasuki Hutan Ajaib malam ini.
Ah, iya. Aku lupa dia punya voorrecht dengan jabatan bontot.
Ignicia mundur kembali ke tempatnya, duduk dengan tenang lagi. "Malas. Aku sudah bermain dengan Eber tadi."
Peduli amat, ayo cepat keluar dari kamarku!
:.:.:
Tengah hari, barulah aku benar-benar bisa menguasai diri dari emosi dan mulai beranjak keluar mansion. Kutinggalkan semua di kamar, termasuk buku sihir dan teman-temannya, kecuali secarik kertas besar berisi peta Hutan Ajaib.
Yang membuatku penasaran setengah sejak mentari terbit adalah keberadaan gubuk tua itu. Sebelum ini, aku tidak pernah melihatnya. Saat kumasuki hutan itu pertama kalinya, yang terlihat hanya hutan normal—kecuali spesiesnya yang lebih beragam. Maka, siang itu juga, saat matahari masih bertahta, kuputuskan pergi ke sana dan memeriksa apakah benar ada gubuk tua di sana, sekaligus memastikan apakah peta dalam genggamanku ini dapat dipercaya.
Usai makan siang, kuangkat pantatku pergi buru-buru sebelum emosiku naik lagi, dan di sinilah aku sekarang. Kulafalkan mantra dengan cepat dan mulai menjelajah Hutan Ajaib sembari mencatat.
Pada peta, kutandai tempat-tempat eksentrik yang mampu kutemukan, menjadikannya patokan jika kehilangan arah. Perlu waktu lima jam untukku berjalan kaki menggunakan sihir dari Vader mengitari hutan yang ternyata tidak seluas yang kukira. Ada enam titik berbeda yang bisa kujadikan patokan.
Pertama, yang paling eksentrik dan mudah kuingat. Tepat di tengah-tengah hutan, sebuah kastil megah terbentang luas. Bangunan dari batu yang disusun menyerupai benteng itu memiliki aura gelap dari luar, seakan mengatakan, "Jangan dekati aku, anak muda!" Aku sama sekali tidak menemukan tanda kehidupan di sana kecuali hewan-hewan liar. Tidak ada penjaga di gerbang utama, atau pengawal yang biasa mengelilingi tembok perbatasan. Kastil itu bagai kerajaan angker.
Kedua, letaknya paling dekat dengan tempatku masuk. Ada batu melengkung yang dirambati tanaman. Kalau menemukannya, berarti aku dekat dengan jalan keluar.
Ketiga, menara tinggi seperti mercusuar. Puncaknya terdapat lonceng dari kuningan, menjadi sarang laba-laba setelah sekian tahun ditelantarkan. Dari sini, aku nyaris bisa melihat keseluruhan Hutan Ajaib. Letaknya di sebelah timur kastil angker.
Keempat, sisi terjauh dari pintu keluar, ada air terjun cantik yang di luarnya hidup ikan koi terbang. Mereka sungguhan terbang, mengambang di atas aliran air yang mengarah dan bermuara di kastil.
Kelima, bersebrangan dengan menara tinggi, sebuah jurang gelap tak berujung terbentang. Baru kusadari adanya selaput tipis transparan yang membatasi area Hutan Ajaib dan hutan biasa. Dan jurang itu berada di ujung Hutan Ajaib, sungguh membatasi seluruh akses keluar-masuk Hutan Ajaib dari arah Barat.
Terakhir, segaris dengan arahku memasuki hutan, ada lapangan luas tak berpohon. Dilihat dari atas, dia seperti rambut temanku yang dipotong pitak. Di sanalah aku mulai berpikir keras. Bagaimana mungkin gubuk kemarin hilang dalam semalam?
Aku sungguh yakin di sini tempatnya, sebab hanya daerah ini satu-satunya halaman luas yang tidak ditanami pohon. Masalahnya kembali lagi: di mana gubuk itu?!
Hari kian gelap, aku benar-benar menghabiskan waktu sepanjang siang dan sore hanya berputar-putar di hutan ini. Menyenangkan memang, selain rimbun dan dihidupi berbagai hewan unik, di sini suasananya lebih nyaman dan tenang. Aku suka.
Kuregangkan badanku sembari duduk bersandar pada batang pohon. Baiklah, aku akan pulang dan kembali tengah malam nanti dengan persiapan lebih.
Niatnya begitu.
Sampai aku mengangkat pantat, bersiap keluar dari Hutan Ajaib, tiba-tiba angin kencang berembus di belakangku. Aku benar-benar ingin mengacuhkannya, sampai sebuah tubuh menerkamku dari belakang, membuat kami berguling-guling di antara tumpukan dedaunan kering.
"Ah, Tuhan apa lagi ini?!" desahku kala merasakan sensasi perih pada tulang belikat akibat cengkeraman kuat.
Dua tangannya menahan bahuku agar tetap di tanah, menghentikan gulingan kami. Pada detik pertama, jantungku sukses melompat sampai pangkal kerongkongan. Di detik setelahnya, kusadari mata merah itu ... mata yang semalam menatapku dengan waspada.
Wajahnya terlihat jelas, tanpa bayangan hitam dan kabut mengerikan. Taringnya yang tajam, lebih runcing ketimbang milik Wulfer. Dan yang membuatku terpana pada detik terakhir, adalah sayapnya yang megah seolah mengurung kami dari naungan langit senja.
Kening itu berkerut, ekspresi seram, lebih dingin dari Asmosius. Tangannya menekanku lebih keras lagi hingga rintihan keluar pelan satu bibirku.
"Makan malam," seringainya.
Jangan lupa mampir ke seri Leanders bersaudara lainnya! Mari bertemu dengan si sulung Asmosius … pengendali tikus disertai otak jenius, Wulfer sang werewolf, Eberulf sang cacat yang mengawasi segala langkah maju dunia, Debora dengan tangan leburnya dan Ignicia si bungsu yang dijuluki sebagai gadis dari neraka.
Leanders Series:
1. Asmosius: The Master of Rats Ralorra
2. Wulfer: The Black Snout ashwonders
3. Eberulf: The Black Fang Azzafrei
4. Debora: Vervloekte Hand Aesyzen-x
5. Ignicia: Girl From Hell ZiviaZee
Ayo segera lanjutkan petualangan imajinasi liarmu bersama lima bersaudara gila! Sudah siap?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top