[16] Hai X, Main Yuk!
"Kau benar-benar sudah bebas dari penyelidikan, El?" Tamara menyempatkan diri mampir ke rumah Elysia ketika selesai menonton dengan Aila.
Elysia mengangguk. "Iya. Mereka percaya pada penuturanku."
"Kau tidak apa-apa? Pasti digosipin jelek karena kejadian ini dan pengakuanmu itu." Tamara memakan biskuit cokelat yang disiapkan Elysia dengan lahap.
"Aku sudah kebal tuh," jawabnya cuek. "Lagipula Kakak ke sini bukan ingin basa-basi tidak penting denganku 'kan?"
Tangan Elysia meraih sebuah paket dari kolong sofa. "Kakak juga dapat ini?"
Tamara mengangguk. "Darimana mereka tahu ya? Padahal penyamaran kita sempurna sekali."
"Aku juga tidak yakin." Elysia mengangkat pistol itu dan mencoba menbidiknya ke arah Tamara. "Aku keren tidak, Kak?"
Tamara tertawa. Tangannya bergerak menurunkan bidikan Elysia. "Kau seram sekali."
"Jadi? Apa kita menerima tawarannya?" Elysia meletakan pistolnya dan menatap Tamara lurus.
"Kenapa tidak?" Tamara mengeluarkan sebuah buku tebal yang ia beli di toko buku bekas sepulang tadi.
"Belajar bahasa isyarat? Ah karena Artur ya." Elysia dengan semangat membuka lembaran buku yang agak menguning itu.
Tamara mengangguk dan menghabiskan waktu sepanjang sore bersama Elysia.
------
Jam dinding berputar cepat. Tamara merenggangkan diri setelah berjam-jam penuh menghabiskan waktu untuk belajar bahasa isyarat demi kepentingan pekerjaannya.
"Sudah lelah ya, Kak?"
Tamara tertawa melihat Elysia yang menggerakan tangannya dengan percaya diri.
Tamara mengangguk. "Iya. Kita jalan yuk, Artur."
"Aku ganti baju dulu ya." Elysia bangkit berdiri. "Tunggu."
"Cepat sekali dia belajar." Tamara merapikan rambutnya dan bergumam pelan.
Plop! Dirinya kembali berubah menjadi sosok angel. Kali ini, ia mengambil ponselnya dan mengetik kata sandi pada nomor di kartu nama misterius itu.
Hai X, main yuk!
Elysia keluar dari kamar dengan sosok Artur tanpa penutup wajah dan tampan sekali dengan polesan sedikit make-up.
"Sejak kapan kau bisa make-up begini?" Angel terpana melihat perubahan partnernya itu.
"Aku memang bisa kok. Hanya tinggal belajar sedikit untuk membuat wajahku seperti laki-laki." Artur mengamb posisi disebelah Angel dengan mesra.
Angel tertawa. "Takdir tidak salah mempertemukan kita ya?"
Balasan X datang berikutnya.
Ayo main teka-teki!
Disatu kota ada banyak warga, salah satu warga dipercaya untuk membantu warga lain. Siapakah dia?
Angel dan Artur saling pandang. "Siapa?" tanya mereka tanpa suara.
"Membantu warga lain? Sukarelawan?" Artur melempar pikirannya jauh.
Angel menggeleng. "Pekerjaaan apa yang harus memperoleh kepercayaan?"
"Menteri?!" seru mereka bersamaan.
"Gila ya kita harus membunuh menteri malam ini?" Elysia mengeluh kesal. Rumah menteri kota pasti dipenuhi belasan penjaga.
Angel melempar senyum lebar. Seluruh gigi putihnya tampak. "Sepertinya ini akan menarik." Bertemu kakak ditempat kediaman menteri kota pasti kereen sekaaaliii!!!
Angel membuka tasnya, mengambil earphone kecil dari kotak, dan mengenakannya. Artur dengan sigap mengikuti.
Jawabannya menteri kota! Pejabat tertinggi kota ini terbukti melakukan tindak korupsi tadi pagi.
Kalian siap membunuhnya?
Alamatnya di jalan Zent nomor xx
Angel dan Artur saling berpandangan. Siapapun X dia keren sekali, batin mereka. Mereka berdua pun segera keluar menyusuri malam, bergerak lincah diatas trotoar dengan mesra.
Sebisa mungkin, mereka tidak boleh bertemu dengan polisi. Jika terpaksa bertemu, mereka akan menjalankan sandiwara.
Jalanan yang lenggang, Angin malam yang dingin, suara jangkrik yang bersautan sudah tak lagi asing bagi Angel. Ia sangat menikmatinya. Apalagi ditambah kemunculan kakaknya sebagai titik akhir dari setiap aksinya. Menyenangkan sekali.
"Kita sudah dekat."
Artur memberi tahu dengan bahasa yang baru ia pelajari. Laju berjalan mereka melambat. Artur mengenakan maskernya, Angel menerima masker dari Artur dan mengenakannya.
Mereka berjalan mengendap memutar dan bersembunyi dibalik pepohonan ruang hijau tepatnya, lima puluh meter dari pintu gerbang.
Dua petugas kemananan di depan gerbang berdiri menahan kantuk.
"Memangnya ada yang berani mencuri rumah ini ya? Kenapa pula kita harus berjaga dengan berdiri begini?" Salah seorang petugas mengeluh.
"Ya 'kab mungkin saja," sahut yang satunya.
"Sudahlah aku mau tidur saja." Salah satu petugas tampak meninggalkan posisi jaga.
"Ayolah, hanya tinggal sejam lagi saja kok. Setelahnya 'kan giliran kedua yang berjaga." Rekannya berusaha membujuk petugas yang lelah itu.
"Aku ini lelah sekali tahu. Mana bos belum turukan gaji," gerutunya kesal tanpa menghentikan langkah.
Angel menatap Artur dan mengisyaratkannya untuk maju. Namun, suara perintah ditelinga mereka memotong.
Tidak. Jangan dulu. Tunggu dua menit lagi, perlengkapan kalian akan datang
Angel dan Artur saling melempar pandang. "Perlengkapan?" tanya mereka tanpa suara.
Dua menit berlalu, dua buah kotak dilemparkan ke arah mereka dengan keras. Kedua petugas keamanan itu segera menoleh pada sumber suara.
"Siapa di sana?" Petugas yang tadi mengeluh itu berjalan mendekat.
Artur dan Angel segera merunduk seraya membuka kotak yang dilempar ke arah mereka dengan cekatan.
"Suntikan," gumam Angel saat berhasil meraba ujung tipis yang runcing diahir.
Selamat bersenang-senang!
Pesan X dari earphone tepat sebelum petugas itu mendekat dan mendapat Artur dengan moncong pistolnya.
Angel bergerak cepat menusuk suntikan racun itu tepat dileher Sang Petugas. Petugas itu jatuh terduduk dan jatuh tak sadarkan diri.
"THEO?!" Petugas itu membidik Angel dengan cepat.
Angel tersenyum lebar. Menampilkan gigi-gigi putihnya yang rapi.
Bruk!
Petugas itu jatuh tak sadar ketika cairan yang dimasukan paksa ke tubuhnya oleh Artur bekerja.
"Kapan kamu pergi ke sana?" Angel tampak heran, karena ia pun tidak melihat pergerakan Artur karena fokus dengan korbannya.
"Pas kamu bius petugas pertama." Artur melemparkan senyum percaya diri dan mengulurkan tangan.
Angel menyambut uluran tangan itu dan berjalan masuk ke dalam.
Di dalam tidak ada petugas lagi. Kamera cctv biar aku yang urus. Tapi hati-hati, bunuhlah sang menteri dalam sunyi.
Rumah Menteri Kota cukup besar dengan banyak perabotan minimalis di dalamnya. Mudah sekali bagi mereka untuk menemukan kamar Menteri Kota muda yang bahkan belum memiliki istri.
Kamarnya besar, dengan pintu besar cokelat yang penuh ukiran rumit Sang Pengrajin Kayu. Di sana Menteri kota terbaring lelap. Tertidur diatas kasur besar dengan selimut tebal.
Beberapa bingkai foto yang terpasang di dinding ialah foto antara dia dan Menteri Kota sebelumnya yang baru meninggal tiga bulan lalu.
Artur dan Angel melepas genggaman mereka. Mendekati Menteri Kota dari dua sisi dan berniat menusukan pisau tepat dileher Menteri Kota.
Prang!
Siku Artur menyenggol bingkai foto di dinding.
19/05/2018
NEXT SATURDAY>>
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top