19. Missed?
You are another goodbye at my life
As a short-term friend I had ever had.
You should live well,
Hope you're okay there.
Until we meet each other again at the another life.
"Jelaskan perkataanmu, Hwang Hyunjin!" Suara Jisung menggema dari ambang pintu tidak membuat Hyunjin menyurutkan amarahnya yang telah membuncah. Pemuda Hwang itu justru dengan berani melayangkan tatapan tajam kepada pemuda yang lebih pendek darinya beberapa sentimeter.
Derap langkah yang memecahkan kesunyian itu terdengar diikuti dengan dua pasang kaki lainnya yang mengikuti langkah Jisung. Pemuda Han itu berjalan dan berhenti di depan Hyunjin dengan wajah menahan emosi.
Suara tamparan terdengar kuat, Jisung pelaku pencipta bercak merah lima jari di pipi kiri Hyunjin, sedangkan sang korban hanya membisu.
Jisung tidak mengerti darimana kekuatannya datang, dengan kasar dia mencengkram kerah baju pemuda di depannya itu, matanya menyalang hebat, bibirnya berdesis pelan namun masih terdengar oleh pemuda lainnya yang masih tidak ingin memisahkan mereka, "Tidakkah kau merasa menjijikan setelah mengatakan itu?"
"Sudah jelas memang dia yang bersalah. Kau tidak tahu apapun, Han Jisung. Lebih baik lepaskan tanganmu dariku." Hyunjin berdesis tak kalah menyeramkan dari siluman tupai di depannya.
"Kau brengsek! Kau akan menyesal jika melakukannya."
Jisung menghempaskan kerah baju Hyunjin dan membiarkan pemuda itu terhuyung ke belakang namun tidak sampai jatuh karna memiliki kontrol tubuh yang cukup baik hasil olahraga dan nge-gym dengan Minho.
"Tidak akan. Aku sudah menulis namanya di sana."
"Tidak bisakah kalian berdua diam? Kondisi kita sudah cukup buruk dan kalian memperburuk situasinya. Kalau kalian sudah ingin ketemu dengan pedangku, silakan hadapi aku, aku akan mengurusnya untukmu."
Changbin menengahi kedua pemuda yang lebih muda daripadanya, Jisung dan Hyunjin masih saling melempar tatapan sinis satu dengan yang lain. Tidak ada yang ingin memutuskan kontak amarah tersebut.
Setelah memastikan kalau mereka telah sadar dengan kelakuan mereka, Changbin berdiri di tengah, tatapan matanya mengarah kepada Jeno dan Jeongin yang terdekat dengan dua biang onar ini untuk menjauh dari titik kejadian.
Jeno menarik Hyunjin dengan kuat karena pemuda tersebut terlihat tidak ingin menyudahi pertikaian yang terjadi itu. Jisung dengan kooperatif membiarkan Jeongin membawanya ke arah dapur sedangkan Hyunjin didudukan ke meja paling jauh dengan dapur.
Felix dan Seungmin memilih melihat kondisi pemuda bermarga Han itu sedangkan yang lainnya menuju meja yang telah diduduki oleh dua orang.
"Dia tidak akan selamat." tutur Changbin memecahkan keheningan.
"Aku tidak tahu apa yang kalian pilih dan tidak mau tahu juga, tapi aku merasa kalau diantara kita yang terpilih paling banyak akan menghadapi masalah sendirian." sambungnya lagi, Minho mengernyitkan dahinya, merasa janggal dengan keaktifan pemuda Seo tersebut dalam hal berkomunikasi.
Changbin meletakkan pedangnya di atas meja kosong diantara mereka, tatapannya mengarah kepada yang lainnya dan berakhir melihat ke arah dapur sebelum kembali bersuara.
"Kalau kalian tetap ingin bersama, jaga satu dengan yang lain. Dugaanku mengarah nanti tengah malam akan dimulai untuk jawaban kita semua."
"Bagaimana kau bisa tahu?" Minho bersuara, kalau ada orang yang dipilih Minho untuk tidak bisa dipercayai itu adalah Seo Changbin sendiri. Gelagat pemuda itu dari awal terkesan sangat aneh, bisa berubah ekspresi dan bertingkah seenaknya. Tidak jarang juga kalau mata pisau dari kantungnya sering keluar untuk bersiap menebas kepala siapapun yang tidak mendengarnya.
"Hanya perasaanku."
Minho berdecak pelan, pemuda di depannya ini tadi bersuara cukup banyak dan sekarang hanya menjawab singkat. Tolong katakan pada Minho, apakah pemuda Changbin ini mencari masalah dengannya?
"Aku akan ke dapur, sudah waktunya makan malam. Sesuatu yang aneh karna persediaan makanan tidak pernah menipis padahal perut kalian diisi sampai kalian tidak bisa bergerak." kata Changbin yang berdiri, tak lupa mengambil alat senjatanya, langkahnya terasa ringan namun mencekam ke arah dapur.
"Aku juga ikut." Jeno ikut bangkit meninggalkan Minho dan Hyunjin berdua terdiam. Changbin tidak menjawab tetapi tidak menolak kehadiran Jeno juga.
Tanpa mereka sadari, seseorang diantara mereka menyeringai puas karena aksi Hyunjin tadi.
To Be Continue
Hey!
I'm back, buddy.
STAY!!! Let's prepare for our boys.
See ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top