11. First Day (1/2)
Apa yang perlu kita lakukan selanjutnya?
Pupil mata Hyunjin membulat ketika melihat lebih dari 7 buah surat dilemparkan di atas meja kantin sekolah. Tim Minho mendapatkan 4 buah, sedangkan Changbin dan kawan-kawan mendapatkan enam. Jam telah menunjuk ke arah angka dua belas tepat dan mereka semua bisa berkumpul di sana tanpa ada yang memiliki tambahan luka sedikitpun.
Menurut Hyunjin, sedikit membingungkan dan mencurigakan.
Hyunjin sudah memastikan setiap ruangan di setiap lantai telah bersih dari tanda-tanda yang mencurigakan. Bersama dengan Minho tentunya. Jisung memilih mengawas di luar dengan pisau silet yang diberikan oleh Minho untuk berjaga-jaga.
Tadinya, Hyunjin mengira akan muncul beberapa zombie dari beberapa kelas seperti zombie yang mereka lihat di depan halaman sekolah. Nyatanya, nihil.
Tidak ada apapun.
Hanya 4 surat yang diselipkan di beberapa tempat mudah untuk dijangkau oleh indera penglihatan.
Sungguh, itu membuat Hyunjin tidak mengerti dengan jalan cerita yang dibuat oleh sang Game Maker ini.
"Mau kita buka semuanya sekarang?" tanya Seungmin memecah belah keheningan.
"Kurasa malam-malam membukanya lebih mendebarkan daripada sekarang. Iya, kan, Minho?" tanya Changbin yang bersuara, maniknya melihat ke arah pemuda berusia sama dengannya. Dia mendengar dari pengakuan Yang Jeongin.
Minho yang terseret dalam percakapan membisu sejenak, matanya menatap lurus ke lampu-lampu di langit ruangan. Ia kembali berkata, "Boleh juga. Kita masih memiliki enam hari untuk keluar dari sini. Kurasa usulan Changbin ada baiknya juga untuk melatih otot jantung. Kalau begitu, apa kita perlu berpetualang lagi?"
"Again?" ulang Hyunjin.
Minho tersenyum tipis, "Iya. Kita bagi dua, yang satu ke gedung depan, yang satu ke gedung barat."
"Dengan kelompok yang tadi saja." usul Seungmin.
"Jujur saja. Tidak bisakah salah satu dari kalian berempat ke kelompok kami? Si siluman tupai ini tidak bisa diandalkan, untuk masuk ke dalam satu ruangan memerlukan waktu nyaris sejam." kata Minho sambil melihat Changbin, Felix, Jeongin, dan Seungmin bergantian.
Hyunjin mendesah pelan ketika melihat mereka berempat terlihat tidak ingin pisah dari satu sama lain, Seungmin tidak akan membiarkan Jeongin sendirian dimanapun sedangkan sisanya, walaupun mereka belum pernah bertemu, mereka sudah pernah berjuang bersama melawan musuh yang ada.
"Sudah, hyung. Tidak apa-apa, Hyunjin akan masuk ke ruangan yang tidak ingin Jisung masuki." kata Hyunjin akhirnya.
Minho menatap Hyunjin dengan raut tidak setuju, "Setidaknya Jisung harus ikut andil dalam hal ini."
Jisung segera menyela, "Aku akan masuk."
"Kau yakin?" tanya Hyunjin sebelum Minho kembali menjawab dengan lidah siletnya. Hyunjin juga tidak tahu kenapa Minho selalu terlihat membenci Jisung.
Jisung mengangguk.
"Baiklah seperti ini saja. Seungmin, kalian ke gedung depan, kami ke gedung barat." kata Hyunjin yang meredam emosi Minho, pemuda yang menjabat sebagai wakil ketua di kelasnya itu membuang napas kasar.
"Kita kembali saat jam tujuh." kata Minho yang berjalan meninggalkan kelompok di belakang.
Jisung melihat ke arah Hyunjin dengan tatapan bersalah.
"All is fine. Hyung tidak marah denganmu, Jisung. Ayo jalan." kata Hyunjin yang merangkul pundak pemuda Han itu untuk ikut keluar dari area kantin.
Hyunjin menepuk pundak Jisung menyemangatinya, sedangkan pemuda Hwang itu berjalan lebih cepat menggapai Minho.
"Hyung," panggil Hyunjin setelah berjalan di samping Minho.
"Kenapa kau melakukan itu, Hyunjin? Kau tahu kita di sini kekurangan tenaga." kata Minho yang berusaha meredam amarah.
Hyunjin tersenyum tanpa diketahui pemuda Lee, "Hyung, kita tidak kekurangan tenaga sama sekali."
Ucapan Hyunjin yang membuat Minho berhenti melangkah, sepasang netra yang lebih tua melihat ke arah yang lebih muda dengan tatapan meminta penjelasan lebih. Hyunjin ikut berhenti, dia juga tahu Jisung ikut berhenti di belakang sana.
"Semua memiliki kemampuan yang berbeda, hyung. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kalau dia belum sanggup melakukan yang kita mau." kata Hyunjin yang belum ditangkap maksud oleh pemuda tersebut.
"Han Jisung bukan sebuah black hole dalam tim. Dia memang tidak bisa bertarung seperti hyung atau Changbin hyung, itu karena dia tidak pernah terbayang dirinya akan masuk ke dalam situasi seperti ini. Di samping itu dia seorang musisi, hyung. Kesehariannya adalah memegang alat musik dan kertas partitur. Bukan seperti hyung yang ikut taekwondo dan tinju atau aku yang pemegang sabuk taekwondo,
Hyunjin berucap dengan panjang lebar, berusaha membuat Minho menerima Jisung dari sudut pandang lain.
"Tapi, hyung, tidak bsa bertarung bukan berarti dia tidak berguna sama sekali. Dia bisa mengobati luka kita semua. Dia juga bukan tidak mau masuk ke dalam ruangan gelap, saat hyung meminta kami berdua memeriksa ulang semua ruangan, Jisung berani masuk karena dia tahu gedung itu aman. Matanya juga jeli, hyung." kata Hyunjin yang berhenti berbicara sejenak.
"Dia yang mendapatkan 4 surat tersebut semuanya."
Minho membulatkan matanya tidak percaya. Tetapi, ekspresi sang adik kelas yang terlihat sedang tidak dalam mode bercanda membuatnya harus mempercayai hal tersebut.
"Dia lebih pintar mencari sesuatu, hyung. Kita bisa bekerja sama dalam hal ini, kita memastikan ruangan aman sedangkan Jisung bertugas mencari surat atau benda yang mencurigakan."
Minho terdiam sebentar, dua pasang manik berbeda warna itu saling bertabrakan. Lalu, dia menghembuskan napasnya pelan.
"Han Jisung," panggil Minho segera dijalani oleh Jisung.
"Kau mendengar semuanya, kan? Jadi lakukan seperti yang Hyunjin katakan. Tunjukkan kalau kau bukan seperti yang kukira." ucap Minho yang kemudian berjalan ke lantai paling bawah untuk memeriksa ruangan koperasi.
Jisung menganga, "Tunggu, dia pergi kemana?"
Hyunjin menggeleng, "Bukan sesuatu yang penting. Sekarang ayo, kita kerjasama untuk keluar dari sini."
Jisung mengangguk dan mengejar Minho yang sudah mencapai lantai dua.
Dasar, Minho hyung tsundere. Padahal bisa menggunakan kalimat yang lebih baik. Aish, hyung yang satu ini, batin Hyunjin yang merasa lega dengan ketegangan antara Minho dan Jisung.
Setidaknya, mereka sudah bisa bekerjasama sesuai arahan Hyunjin.
Death Hunters
11. First Day | To Be Continue
Hey, hey, hey!
Yo!
Gimana kabar? So far so good kan?
Aku juga belum tahu ini akan tamat di chapter berapa, soalnya poinnya masih jauh lagi. Ini saja masih hari pertama mereka terjebak di sekolah.
Kita pelan-pelan galinya, ya.
See ya ^^
To Be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top