01. The Game Planner

Terkadang semenarik itu kehidupan untuk dipikirkan kembali.

Seoul, Korea Selatan
Jila Senior High School
15.30 p.m

Seorang pemuda dengan mata menyala-nyala api melihat pertandingan futsal yang dibuat oleh beberapa pemuda di lapangan. Sinar mentari yang terik tidak membuat mereka menyerah dan memilih untuk berteduh di dalam gedung sekolah.

Pemuda itu lebih memilih untuk duduk di bangku penonton yang dilindungi oleh sebuah pohon di sebelahnya, sehingga tidak akan terlalu panas berjemur sekarang. Dengan botol minum di tangan, Hwang Hyunjin -pemuda tersebut- bersorak untuk pemain yang mencetak gol di gawang lawan.

"Ayo, Minho hyung! Kalahkan mereka!" teriak Hyunjin sebagai penonton pertandingan untuk seru-seruan tersebut.

Hyunjin terkekeh pelan ketika diberikan tatapan sengit dari orang yang dia teriaki, lalu meneguk isi botol tersebut sampai tersisa setengah. Permainan yang dilakukan yang untuk mengisi waktu luang sebagai anggota klub futsal sekolahnya.

Matanya tidak bisa lepas dari bola yang terus ditendang oleh kakak kelas terdekatnya, seolah-olah bola itu melekat erat di kakinya sehingga sulit untuk direbut lawan. Hyunjin membulatkan bibir tebalnya ketika bola tersebut masuk ke dalam gawang lawan dengan mulus.

"WOAH! Hyung! Hyung! Hyung! Daebak!"

Teriakan nyaring dari Hyunjin membuat semua peserta di sana memusatkan perhatian kepada pemuda tersebut.

Dia yang berteriak, aku yang malu. Nasib memang jadi abangnya Hyunjin, batin pemuda yang menjadi kakak kelas pemuda bermarga Hwang itu sambil melirik sengit ke arah Hyunjin tercengir, tungkai kakinya berjalan mendekat ke area penonton.

"Nih, minum, hyung." ujar Hyunjin sambil melemparkan botol minumnya ke arah Minho yang ditangkap dengan sempurna olehnya. Pemuda bernama lengkap Lee Minho itu segera menegak air minum yang tinggal setengah itu sampai tandas.

Lalu, Minho ikut duduk di sebelah Hyunjin. Matanya melihat lapangan futsal yang diisi oleh anggota klub yang kembali bermain sambil menetralkan napasnya yang tersengal-sengal. 

"Hyung,"

Minho hanya berdeham pelan, meladeni Hyunjin memanggilnya dengan sebutan 'hyung' memakai nada riang seperti ini adalah hal yang biasa dia lakukan. Bukan rahasia kalau adik kelas yang lebih tinggi darinya ini terkenal periang dan selalu menebar senyum dan tawa dimanapun dia berada.

Tidak aneh kalau satu sekolah, dari satpam sekolah, murid, guru sampai tukang kebun sekolah menyukai kepribadian pemuda yang duduk di tingkat dua menengah atas ini.

"Pengen main." kata Hyunjin mengutarakan keinginannya.

Minho mengernyit, "Main apa, Jin. Ke game centre? Sudah sore seperti ini. Apa ke internet cafe saja?"

Yang lebih muda menggeleng, "Aku berpikir untuk bermain permainan yang mungkin menantang."

Hyunjin dengan pikiran anehnya.

Baiklah, Minho akan mendengar. 

Minho yang juga suka dengan segala sesuatu yang aneh.

Tidak heran kalau kedua siswa beda tingkatan itu bisa akrab dengan cepat.

"Permainannya berjudul Death Hunter." kata Hyunjin untuk memulai pengutaraan ide anehnya.

"Hunters, Jin. Yang main pasti lebih dari satu orang, bukan?" koreksi Minho yang mengundang dengusan. Tetapi, kemudian, Hyunjin menyetujui pengoreksian Minho.

"Baiklah. Death Hunters namanya. Jadi, permainannya itu kita seolah-olah terjebak ke dalam satu area, dan untuk keluar dari sana kita harus take a risk of our own life." sambung Hyunjin dengan nada serius.

Minho mengangguk, tidak mempermasalahkan perkataan Hyunjin yang bercampur dua bahasa ke dalamnya, "Contohnya?"

Hyunjin memperbaiki postur duduknya, "Begini, misalkan kita bermain dan menggunakan area sekolah ini sebagai wilayah permainannya. Kita diberikan waktu untuk bisa keluar dari sekolah ini, yang tidak bisa keluar dinyatakan kalah dan diberi hukuman. Untuk bisa keluar, hyung, nanti kita diberi misi yang harus diselesaikan, bisa dalam banyak hal. Bisa mungkin permainan bidak catur, lompat tali, bertarung, menyelesaikan soal matematika, memasak, apapun itu."

"Kalau kita tidak bisa menyelesaikan misi?"

"Sorry to say, kamu gugur dan kalah dalam permainan." jawab Hyunjin dengan cepat.

Minho hanya membulatkan bibirnya untuk memberi jawaban tanpa suara yang keluar.

"Tapi, lebih enaknya, banyak orang." kata Hyunjin dengan lesu.

Minho tersenyum tipis, walaupun, Hyunjin disukai banyak orang, bukan berarti Hyunjin memiliki banyak teman untuk berbincang seleluasa seperti ini. Adik kelasnya yang tergolong tampan itu termasuk jajaran siswa yang was-was dalam berteman.

Minho merangkul bahu Hyunjin yang melorot lesu, "Tenang saja, hyung memiliki banyak teman. Kita bisa bermain ini Minggu pagi nanti."

Hyunjin tersenyum lebar, matanya terikut menghilang seiring senyumnya, "Memang hanya Minho hyung yang terbaik."

"Tentu, dong. Ayo pulang."

"No, ke internet cafe, ya? Sudah lama enggak main di sana."

Minho menimbang ajakan Hyunjin, untuk siswa tingkat akhir sepertinya memang lebih banyak belajar daripada adik kelas mereka, "Baik. Hanya satu jam."

"It's okay. Better than none. Eh, hyung, itu Jinyoung, bukan?" tanya Hyunjin sambil menunjuk ke arah seorang pemuda yang berjalan di sisi lapangan futsal dengan buku di tangan.

Minho mengikuti arah tangan Hyunjin, "Jinyoung?"

Hyunjin mengangguk, "Heum ... Bae Jinyoung."

"Kau bahkan tahu nama lengkapnya, Jin?" tanya Minho dengan tatapan tidak percaya.

Hyunjin mengangkat bahunya, "Hanya sekedar tahu. Teman sebangkuku cukup ribut dengan temannya yang lain. Jadi, aku tahu beberapa hal, termasuk kelasnya yang terletak di sebelahku."

"Maksudmu, kau menguping?"

"Bukan seperti itu. Aku punya telinga, wajar aku bisa mendengar semuanya. Lagipula, siapa yang minta mereka untuk bicara kuat-kuat."

Minho tertawa renyah, seru sekali menjahili adik kelasnya ini, "Iya, iya, penguping obrolan orang. Ayo, kita ke internet cafe sekarang."

"Kau menyebalkan, hyung." ucap Hyunjin sambil meraih tas sekolahnya dan meninggalkan area sekolah.

"Kau juga sama menyebalkannya, Jin." ucap Minho lalu berteriak kepada anggota yang lain bahwa dia akan pulang.

Hyunjin mendengus, "Sama-sama menyebalkan, diam saja."

Minho membalasnya dengan ketawa, tetapi, tak lama kemudian, Hyunjin ikut tertawa.

Biarkan saja mereka menertawakan yang tidak biasa untuk ditertawakan.

Death Hunters
01. The Game Planner | Done

Hey, hey, hey ... Yo!

Chapter satu dipublikasi. Krisarnya, ya, kakak.

Bagaimana kabarnya? Tetap sehat semuanya. Perbanyak minum air dan jangan sampai sakit.

Aku kenalin dua orang yang menjadi tokoh utama di sini.

Hwang Hyunjin, cowok periang yang disukai semua orang, paling dekat sama Lee Minho, kakelnya.

Lee Minho, cowok yang ikut klub futsal dengan Hyunjin. Siswa tingkat 3 yang seharusnya sibuk belajar, malah terus bermain dengan Hyunjin.

See ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top