27
Hai? Masih ada yang baca kan?
Yang baca jangan luap votement karena votement kakian mensejahterakan ff ini hehehe 💚
🍓🍓🍓
"Haru!"
Udah lebih dari satu minggu Haruto menghindari Hana. Benar-benar menghindari dalam artian enggak saling sapa, WA masih diblokir, ketika ketemu Haruto langsung pergi dengan kecepatan ganas seperti ninja.
Tapi ga jadi ninja beneran, kalo jadi ninja beneran namanya Naruto bukan Haruto.
Hal ini jelas bikin Hana kepikiran, "Emang segitu jahatnya ya gua Som sampe Haru ngehindarin gua?" curhat Hana kepala Somi.
"Enggak kok, elo ga jahat," balas Somi, "kalo elo emang ga bisa pacaran sama dia ya emang ga harus diterima. Jangan ngasih Haruto harapan kosong. Itu bakalan lebih nyakitin."
"Iya sih."
Yoonbin yang sedang pura-pura tidur, diam-diam mendengarkan pembicaraan Hana dengan Somi. 'Oh jadi ini alasan si Hartono ngehindarin Hana?'
Sebenernya alasan ini masuk akal, tapi kalo boleh jujur kayanya agak lebay juga. Masa dia yang nembak, dia yang ngambek gara-gara ga diterima.
Kalo Yoonbin jadi Haruto sih dia bakal terus ngejar Hana sampai Hana nerima dia. Tapi bukannya keadaan ini lebih menguntungkan? Hana ga perlu deket sama Haruto dan Yoonbin bisa mendekatinya.
Yoonbin tersenyum diam-diam, emang dia jahat sih kalo ngambil kesempatan ini. 'Tapi namanya juga kesempatan, kalo ga diambil ya sayang.'
Lelaki itu lantas mengangkat kepalanya, dia menatap Hana dari bangku tempatnya menidurkan kepala yang ngebul akibat fisika. Hana masih terlihat sedih, dan Yoonbin ga suka itu. 'Gua bakal bikin elo senyum Han.'
🌸🌸
"Han, atap yu," ga ada ujan ga ada angin, tiba-tiba aja Yoonbin ngajak Hana ke atap sekolahan di jam kosong.
Hana yang lagi ngegambar nolehin kepalanya, "Boleh." tanpa diduga dia mengiyakan ucapan Yoonbin, toh lagian Somi lagi bocan sama Jeno, ga bisa diajak gibahin mvnya Risa Culametan.
"Kyu, nitip hp ya," ucap Hana sebelum pergi ke atap. Soalnya hp Hana lagi dicarger, makannya dia nitip ke Junkyu yang lagi main cacing.
"Siap nyonya Ha," goda Junkyu pada Hana, tapi malah Yoonbin yang memalingkan wajah, mana mukanya merah.
"Dih apaan sih anjing, udah lah nitip ya."
"Kalo jadian pjnya pizza hut ya, mayan anying beli satu gratis satu."
"Bacot," Hana lantas berlari kecil, menghampiri Yoonbin. "ayo ke atap."
"Kenapa ga bawa hp?" tanya Yoonbin bingung, biasanya Hana kan ga bisa lepas dari ponsel.
Hana yang berjalan disampingnya lantas menyahut, "Batrenya abis, percuma kalo dibawa."
"Iya sih."
"Kantin dulu ya, gua pengen beli minum, lagian ke bel selanjutnya juga masih lama."
"Iya."
Yoonbin sih nurut-nurut aja, toh dia juga emang mau beli minum kok. Taoi Yoonbin ga nyangka pilihannya sama pilihan Hana bisa sama, "Tea jus gulbatnya satu." mengucapkan pesenan dengan sama pula.
Kemudian keduanya saling pandang dan tertawa, "Dih ngikutin lo!" Hana nunjuk idung Yoonbin, sedangkan Yoonbin natap dia datar. "Elo kali yang ngikutin gua."
"Elo!"
"Eloo!"
"Elo!"
"El--"
"Neng Kang, ini tea jusnya," sela bibi penjual tea jus, membuat pertengkaran kecil Hana dan Yoonbin terhenti.
"Pake duit gua aja dulu," ujar Yoonbin ketika Hana mengeluarkan uangnya yang bernominal terlalu besar. Dia ngeluarin uang 100 ribu, sedangkan teajus 2 ribu doang. Sinting.
"Yodah, makasih ya," ucap Hana laku tersenyum lebar, senyuman yang bikin Yoonbin ambyar.
Tapi Yoonbin tetep masang muka datarnya. "Ayo ke atap."
"Mau mie dulu."
"Yaudah ayo, gua juga mau."
Tanpa keduanya sadari, Haruto dan Jeongwoo memperhatikan dua insan itu dari belakang. "Tuh kan, kak Han deket sama Yoonbin!" seru Jeongwoo. "elo pake gagayaan marah sih."
Haruto cuman diam, dia emang kesel sama Hana tapi lebih kesel pas liat Hana sama Yoonbin. Emang salah sih, dariawal harusnya Haruto tetep ngejar Hana, bukannya ngejauhin dia dengan alasan mau nyembuhin hati.
"Iya tapi gimana dong?" lelaki asal Jepang itu menundukan wajahnya. "gua bingung."
"Yaudah kejar lagi lah kak Hananya."
"Malu."
"Tumben punya malu."
"Sialan lo tem!"
"Eheh rasis ya lo, gua aduin bapak elo ya!"
Haruto cuman diem, dia enggak berselera bercanda sumpah. Haruto bad mood parah setrpah ngeliat Hana jalan berdua doang sama Yoonbin. Tapi mau ngedeketin lagu pun Haruto ragu, emang dia bisa?
🌸🌸
Sembari memakan indomie goreng dengan telor, Hana dan Yoonbin melihat ke arah langit. Masih biru, kaya lagu bagaikan langit, padahal sekarang masih pagi menjelang siang.
Guru PKN emang langganan ga masuk, cuman ngasih soal buat dikerjain dari lks doang, barijeung ga pernah diperiksa. Padahal guru lain udah ngasih kisi-kisi. Soalnya bentar lagi ulangan semester.
"Langitnya bagus," ujar Hana memecah keheningan, dia sebenernya ga nyaman diem-dieman gini. Tapi kan lagi makan.
Lagian Yoonbin nanggepinnya cuman pake anggukan doang. Hana berasa ngomong sama patung.
"Daripada sepi, puter musik dong," ujar Hana.
Yoonbin merespon singkat. "Ya tinggal puter."
"Hp gua di kelas bambang."
"Yaudah iya," Yoonbin akhirnya mengeluarkan ponsel beserta earphone kabel miliknya. "mau lagu apa?"
"Apapun."
Yoonbin membuka aplikasi spotify di ponselnya, mencari lagu yang sekiranya akan Hana sukai. Setelah menemukannya, Yoonbin lantas memasangkan earphone sebelah kiri pada telinga kanan Hana, sedangkan dia memakai yang sebelah kanan ditelinga kirinya.
"E-eh?" Hana kaget sendiri pas telinganya dipasangkan earphone. Maksud dia ngedengerin musik tuh ga ginii! "k-kok pake earphone?"
"Kalo langsung, suara hp gua kecil," Yoonbin beralasan, padahal mah emang dia pengennya gini. "ga masalah kan?"
"E-enggak kok," bilangnya ga masalah tapi tubuh udah ambyar duluan, jantung jedag-jedug ga karuan. Apalagi pas Hana enggak sengaja menatap Yoonbin yang sedang menatapnya dengan lembut.
ARGH SIALAN, KENAPA HA YOONBIN GANTENG BANGET?!
"Yaudah," berbalik dengan ucapannya yang dingin, lelaki itu masih menatap Hana dengan tatapan yang bisa dibilang beda dari biasanya. "gua puter ya."
Sumpah, INI HA YOONBIN KESAMBET APA PULA?! TADI NGOMONGNYA DINGIN, SEKARANG MALAH BEDA BANGET ANYING. ASTAGAAA!
"I-iya," Hana bahkan ga sanggup buat ngomong secara normal, kerasa gugup mulu. Padahal mereka udah cukup dekat. Buktinya sekarang mereka berduaan diatap menikmati langit biru yang indah ditemani lagu Pamungkas, One Only.
"Oo, There you are
Sittin' still all stripes and lonely
Hidin', wishin', waitin'
While I'm, Here I am
Standin' still stare at you only
Everythin' gets blurry ..."
"Lo suka pamungkas juga?" tanya Hana dengan wajah berbinar.
Yoonbin mengangguk singkat. "Lagunya bagus," padahal Yoonbin baru nyari tahu soal pamungkas setelah ngeliat swnya Hana. "gua suka lagunya."
"Gua juga!" kata Hana semangat. "gua suka banget lagu One Only sama I Love You But I'm Letting Go."
"Lo lagi galau apa gimana dah?" tanya Yoonbin bingung. "abis putus?"
"Punya pacar aja enggak."
"Dulu?"
"Punya sih, dulu pas SMP."
Duh, Yoonbin jadi penasaran siapa lelaki beruntung yang menjadi pacarnya Hana. "Orang itu di SMA ini juga?"
"Enggak, dia di Aussie," Hana menghela napasnya. Kenapa Yoonbin harus membahas orang yang membuatnya enggak mau pacaran lagi sih?
"Masih kontakan?"
"Udah lost kontak, paling cuman jadi viewer di snapgram atau snapwa," Hana memakan mienya lagi sebelum berkata. "sebenernya udah lama banget putusnya, dari pas gua kelas 8. Soalnya yah gua putus sama dia karena dia mau ngejar SMA dan kuliah di Aussie. Lagian orangtuanya pindah juga, jadi emang sejak itu dia ga pernah balik kesini."
"Oh elo ga suka LDRan?" tanya Yoonbin dan Hana mengangguk. "Iya, meskipun yah emang dia juga yang mutusin. Makannya gua rasa lagu Pamungkas yang i love you but I'm Letting Go tuh kek kisah cinta gua banget loh, pas dulu. Karena yah jujur move onnya susah."
Yoonbin menganggukan kepalanya. "Lelaki itu beruntung banget bisa jadi pacar elo," ujarnya tiba-tiba.
Hana jelas bingung lah. "Kok beruntung?"
"Elo sama temen aja baik banget. Inget ga awal semester elo berusaha bikin gua senyum?" tanya Yoonbin, wajah Hana langsubg memerah dong. "berati sama pacar elo, elo ngasih perhatian lebih dari pas sama gua kemarin dong?"
"Ya ga tau sih, kadang gua ngelakuin itu tanpa sadar, kaya yahh gua cuman pengen orang yang gua suka bahagia," balas Hana. "tapi, gua juga sadar, gua juga bukan manusia yang sempurna, gua ga bisa membahagiakan semua orang dengan apa yang gua punya. Ah kenapa jadi ngecapruk gini sih?"
Yoonbin terkekeh geli. "Ga apa-apa kok. Gua malah lebih pengen elo ngomongin hal random sama gua kaya elo ngomongin hal random sama Haruto."
Hana bingung lagi. "Kenapa?"
"Kita kan temen," meskipun sakit mengucapkan hal itu, tapi kenyataannya mereka emang cuman temenan kan? "gua pengen bisa berguna selayaknya temen juga buat elo."
"Elo senyum aja udah berguna kok Bin," balas Hana, jelas balasan ini diluar dugaan Yoonbin.
"H-hah maksud?" tuh kan, gantian gagapnya, nular ke Yoonbin.
"Em gimana ya ngejelasinnya," Hana menggaruk pipinya sendiri. "gua pikir kalo elo mau jadi berguna sebagai temen gua sih ya ga perlu minta gua buat bercerita, kadang kalo gua disuruh cerita malah ga bisa. Gua biasanya ngomongin hal random dengan spontan sih. Dan yah, kalo lo mau sedikit lebih berguna lagi sih ya banyakin aja senyum ke gua. Soalnya senyum elo itu mengandung gula, gua suka itu."
"Hah?!" wajah Yoonbin memerah seketika sampai telinga. "l-lo suka?"
"Maksudnya gua suka liat senyum elu, itu lebih menyenangkan ketimbang liat elu masang poker face mulu," balas Hana cepat. Untung otaknya pintar nyari alasan. "jangan kegeeran luu."
"Siapa yang kegeeran, gua kan cuman nanya," Yoonbin berucap dengan sewot. Lagian kenapa juga Yoonbin salah nangkap dan hanya berfokus kepada kata sukanya doang?
Berharap apa sih Yoonbin sama Hana? Disukain balik? Haruto yang kegantengannya teruji tiga angkatan aja ditolak. Apalagi cuman seorang Ha Yoonbin yang aneh, susah senyum, dan biasa aja itu.
Tapi kan hati ga ada yang tau.
"Yaudah jangan dibahas lagi dah," kata Hana. "toh lagian gua tuh kalo temenan kaga pernah mikir dianya harus berguna atau enggak buat hidup gua, temenan mah ya temenan aja, yang penting gua nyaman dan dia juga ngerasa demikian. Masalah bertahan atau enggak, nanti juga ada seleksi alam. Karena enggak semua orang bisa nerima gua dengan semua kelakuan ajaib gua."
"Emang elo seajaib apa sih?" tanya Yoonbin penasaran. "kayanya elo selama ini biasa aja, maksudnya sih wajar aja gitu buat seorang Hana."
"Em seajaib apa ya?" Hana nampak berpikir sebentar, karena pembicaraan ini terlalu serius, sepertinya Hana harus sedikit mencairkan suasana. "kata si Jeno sih ajaibnya gua banyak, mungkin salah satunya bisa bikin elo jatuh cinta hahah!"
Yoonbin cuman diem ngedenger balasan Hana, dia tau Hana bercanda. "Tapi gimana kalo gua beneran jatuh cinta sama elo?"
"Haa--HAAAH?!" gadis itu membelalakkan matanya, kaget sendiri sama respon Yoonbin. Astaga, maksud Hana tuh ga gituu!
Tuhkan sekarang dia bingung sendiri. "G-gimana ya?"
"Bercanda," ujar Yoonbin sembari terkekeh. "kaget banget, kaya ga pernah ditembak cowok aja."
"Jadi elo ngelakuin simulasi?!" semprot Hana kesel, jantungnya udah hampir ambyar tapi ternyata cuman bercanda.
Aelah, Hana berharap apa sih dari manusia es macam Yoonbin?
"Ya ga juga sih," balas Yoonbin dengan santainya. "toh bisa aja sewaktu-waktu gua juga jatuh cinta sama elo. Dan kalo misalnya itu beneran terjadi, lo keberatan ga?"
"Keberatan sih enggak, cuman kalo buat hubungan serius gua keberatan, sangat keberatan," balas Hana sembari menghela napas.
Dada Yoonbin terasa sesak, mungkin ini yang dirasakan Haruto pas nembak Hana terus ditolak. "Alasannya?"
"Gua ga mau nyakitin diri gua sendiri dan orang lain disaat emang harus berpisah. Karena gua benci perpisahan," ucap Hana.
Yoonbin terdiam sebentar sembari menatap langit. Hana emang enggak menolaknya, tapi bukan juga menyetujui kalo Yoonbin bisa menjadi pacarnya. Hana menggantung Yoonbin.
Tapi ini bukan berati Yoonbin dipaksa menyerah kan? Toh Hana hanya benci perpisahan, bukan berarti Hana ga mau pacaran.
"Kalo gua ngeusahain ga akan pergi, lo mau mempertimbangkan?" tanya Yoonbin yang membuat Hana sedikit ambigu. "Mempertimbangkan apa?"
"Hubungan kita."
"Bisa aja, dengan catatan elo harus bisa bikin gua ngerasain hal yang sama juga."
Yoonbin tersenyum miring, dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Hana sampai hidung keduanya bersentuhan. "Emang sekarang belum?"
Hana menelan ludahnya, baru kali ini dia ada di jarak sedeket ini sama yoonbin. "K-keliatannya?"
"Belum sih," setelah mengucapkan itu Yoonbin lantas tersenyum manis sembari mengusap kepala Hana. "ya tunggu aja sih. Dan gua harap setelah ini elo ga akan ngehindarin gua."
🍓🍓
Hana ga tau pas diatap tadi Yoonbin cuman bercanda atau enggak, lelaki itu bisa mengatur ekspresinya dengan baik sampai Hana bingung sendiri.
Serius deh.
Sialnya Hana malah kepikiran sampe sekarang, padahal mah ya bisa aja Yoonbin lupa sama ucapannya sendiri.
Di pelajaran matematika yang membosankan ini--karena cuman ngerjain soal--Hana melirik Yoonbin sedikit.
Sial aja Yoonbin malah menyadarinya, "Apa? Ada yang ga ngerti?" tanyanya.
Hana terpaksa mengangguk. Yah biar ga malu-malu amat. "Iya."
"Yang nomer berapa?"
"Semuanya," Hana nyengir, sedangkan Yoonbin cuman masang poker facenya. "Ck yaudah sini, gua jelasin ulang."
"Yeyy," Hana berseru kecil lalu menghadapkam tubuhnya ke arah Yoonbin.
"Sebelum basket, elo beliin gua eskrim," ujar Yoonbin.
"Kok pamrih?"
"Lo pikir ngebacot ga cape?"
"Capek sih, cuman yah jangan pamrih kekk," Hana merengek pada Yoonbin.
"Eskrim doang elah."
"Iya eskrim doang, tapi kalo elo minta mangnum, abis ini kita baku hantam."
"Ya ga magnum juga, yang pas di kantong aja."
"Kenapa ga cilung aja?"
"Pengen yang dingin."
"Ck yaudah deh," ucap Hana pada akhirnya, Yoonbin pun tersenyum senang. "tapi elo harus nganterin gua beli eskrimnya."
"Ya iya lah, ya kali elo jalan sendiri."
"Iya sih," Hana pun tersenyum senang, entah kenapa dia merasa lega karena Yoonbin akan mengantarnya. "yaudah atuh, ajarin dulu."
"Iya-iya bawel," Yoonbin pun mencubit pipi Hana sebelum kembali menjelaskan materi matematika yang tadi sempat diajarkan gurunya.
Tapi sialnya Hana ga bisa fokus. Yoonbin itu emang ga ganteng, tapi kalo diliat dengan jarak sebegini dekatnya, semua yang ada di tubuh Yoonbin dirasa pas. Belum lagi pesonanya ketika sedang menjelaskan sesuatu. Dia begitu mempesona.
Hana sebenernya ga yakin juga sama perasaannya, sejak rasa penasarannya pada Yoonbin muncul sebenarnya dia sudah mengakui visual lelaki tersebut. Ganteng, bisa dibilang begitu meskipun levelnya masih jauh kalo dibandingkan Jeno atau Taeyong.
Tapi kan sejak dulu Yoonbin bisa dibilang punya pesonanya sendiri. Hana ga pernah bisa menyangkal hal itu.
Lagian tak jarang juga Yoonbin membuat Hana ambyar. Lelaki yang memiliki tinggi menjulang itu selalu punya cara yang unik untuk membuat jantungnya berdegup ga karuan.
Seperti contohnya ketika selesai menyebrang, Yoonbin langsung ngegas, "Kalo nyebrang liat kanan kiri, ntar kalo ketabrak gua yang repot tau!" soalnya tadi Hana emang hampir ketabrak motor, untung aja Yoonbin segera menarik gadis itu kedalam pelukannya.
Hana berasa makin sinting lah, Ha Yoonbin ga pernah gagal membuatnya ambyar. Meskipun kesannya kaya marah-marah. "Iya-iya. Ga usah marah-marah nanti cepet tua."
"Ya elo juga ga usah bikin gua khawatir anjir," Yoonbin mengacak rambutnya fruatasi. "lain kali kalo nyebrang, pegang tangan gua!"
"Iya--EH APA?!"
"Ga ada siaran ulang, ayo cepet gua pengen eskrim," Yoonbin segera mendorong Hana untuk masuk ke super market.
"Ga jelas lo," ujar Hana tapi tetep aja dia manut buat nyariin Yoonbin eskrim. "mau yang mana elo?"
"Ini aja," ujar Yoonbin sembari menunjuk eskrim hula-hula yang harganya ga lebih dari 10 ribu. "elo juga beli, gua ga mau makan sendirian."
Hana terkekeh geli diam-diam, ini Yoonbin masih aja tsunderenya kambuh. Apa susahnya sih bilang, "Elo juga beli, temenin gua makan."
Dasar.
"Mau makan dimana?" tanya Hana setelah membayar eskrimnya.
Yoonbin menjawab, "Sekolah aja."
"Okee," Hana dan Yoonbin nyebrang lagi, karena sekolahnya ada di sebrang jalan minimarket.
"Pegangan, gua ga mau elo keserempet," ujar Yoonbin lalu menggenggam tangan Hana. Telinganya merah, keliatan uwu banget kan Ha Yoonbin dengan kelakuan tsunderenya?
Setelah sampai ke sekolah, Yoonbin dan Hana pergi ke kelas, ga langsung ke lapang basket karena waktu buat kumpul basket masih lama.
"Kek bocah anjir," padahal lagi hikmat makan eskrim sembari ngedengerin lagu Pamungkas, tapi Yoonbin malah ganggu dengan ngusap bibirnya Hana. "berantakan elo makannya."
'TAPI ABIS INI MALAH HATI GUA YANG BERANTAKAN ANJIR!' teriak Hana didalam hati. Padahal yang diusap bibirnya, tapi kenapa Hana salting begini?!
Emang Yoonbin dan perhatian kecilnya itu bikin ambyar, kalo gini gimana caranya Hana biar ga jatuh cinta sama dia coba?
🍓🍓
Tolong tunggu chapter selanjutnya yaa 💙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top