23
Masih ada yang baca kan?
🍓🍓
"Kak Hanaaaaa!"
Jeno dan Soobin yang kali ini mabal auto mendengus kesal ketika melihat Haruto datang sembari berteriak lantang, dasar tiang ga tau diri emang.
"Jangan teriak tiang! Hananya lagi sakit!" ujar Soobin sembari ngegas.
Ga punya kaca emang si Soobin, pake ngatain tiang segala, DIA JUGA TIANG PADAHAL! Sebel bat Haruto jadinya.
Haruto memanyunkan bibirnya, "Ya maaf," ucapnya lalu menghampiri Hana yang lagi makan disuapin Somi.
Hana tuh kalo sakit ngeselinnya kambuh, mana susah makan. Makannya sekarang Somi nyuapin--lebih tepatnya ngejejelin makanan ke mulut Hana. Ya kalo ga gitu, ga makan dia.
Makannya hari ini mereka bertiga ngebela-belain bolos cuman demi si bungsu keluarga Lee yang pianjingeun ini.
Bukan bolos sih, gurunya emang ga masuk, makannya ketiga mamusia itu nekat tumpuk tiga dengan posisi; Somi didepan, Soobin yang ngendarain motor, terus Jeno dibelakang--pantat Jeno hampir terbang rasanya pas Soobin ngebut menghindari bapake polisi yang lagi ngopi di pos polisi.
Ketiga orang itu dateng ke rumah keluarga Lee dan tentu saja kedatangan mereka disambut baik oleh Taeyong yang sejak pagi mengurusi Hana.
Lelah dia tuh kalo Hana sakit, kan Taeyong maunya Hana cepet sembuh, eh tapi Hananya malah males makan. Pahit katanya. Ya makannya Taeyong seneng temen-temen Hana dateng kesini, jadi ada yang bisa maksa Hana makan.
Sialnya sekarang mahluknya nambah lagi satu, si Haruto. Hana memutar mata males, kamarnya makin sumpek aja sekarang. 'Bangke.'
"Kak Somi, Haru aja yang nyuapin Hana," pinta Haruto setelah duduk disamping Somi.
Somi menggelengkan kepalanya, perempuan yang memakai liptint merah itu menolak dengan tegas. "No no no! Ntar kalo elo nyuapin Hana, kalian malah ngobrolin hal ga penting. Terus ujungnya Hana ga makan, tambah sakit dah. Jadi biar gua aja yang ngejejelin makanan ke bocah ini."
Haduh galak amat emang si Somi kalo Hana udah sakit begini, Haruto kan auto sieun.
Sementara itu Jeno dan Soobin ngetawain Haruto diem-diem, mampus tu bocah, 'Gagal modus, mampus!'
Mereka tau sebenernya sebucin apa Haruto sama Hana, malah Haruto pernah ngaku secara terang-terangan kalo dia suka sama Hana didepan Jeno.
Tapi jujur aja, Jeno kurang setuju kalo Hana sama Haruto. Bukannya dia incest ya, tapi Jeno lebih suka ngeliat interaksi Hana sama Yoonbin.
Kan lucu, yang satu tsundere abis, satunya lagi bobrok ga ketulungan.
Kalo Soobin mah tim yang penting Hana bahagia aja lah.
Somi? Dia satu tim sama Jeno. Tadi aja dia ngebujuk Yoonbin buat dateng kesini, tapi Yoonbin ga mau--padahal Somi yakin tadi Yoonbin tuh mau.
Ya emang dasarnya Yoonbin tsundere aja sih ya.
"Eh kalian," Suara Hana mengintrupsi keempat orang yang menghuni kamarnya. "si Junkyu bilang di grup bapak botak masuk ke kelas, siah."
"ANYING," Soobin melotot panik. "emang jam berapa sih? Kok cepet. Harusnya kan masih 30 menit lagi!"
"30 menit palamu, kita telat anjir," Jeno sang ketua kelas lantas berdiri. "kalian berdua mau disini aja?"
"Enggak, ntar mampus gua kalo ketauan bolos sama mamah," Soobin ikutan berdiri, soalnya pak botak itu emang kenal sama mamahnya Soobin. Kalo bolos ntar laporan, kan mampus dia.
"Gua juga. Males anjir, pak Botak kan ember banget sama ortu kita," Somi menaruh mangkuk berisi sayur dideket meja. Dia merasa enggak enak pada Hana. "Han, kita pergi dulu ya."
"Iyaa," balas Hana sembari tersenyum. Seneng dia tuh, kamarnya jadi ga sumpek lagi. "Ga usah khawatir sama gua. Bentar lagi kak Taeyong balik, terus lagian ada Haruto."
"Yeu siapa yang bakal khawatir, Bambank?" sahut Jeno dengan laknatnya.
Hana hampir aja ngelempar mangkuk yang dipegang Haruto pada sodaranya itu. "Mati sajda kao sipit."
"Tolong jangan rasis."
"Enggak lah, itu kan kenyataan--"
"Argh udah," Soobin segera menarik Jeno. "Han kita balik dulu. Btw Haruto, kalo Hana ga mau makan jejelin aja makanannya."
"Siap kak," balas Haruto sembari mengacungkan jempol.
Hana menatap kepergian tiga temannya, pandangannya lantas teralihkan pada Haruto. "Lo kok ga balik?"
"Maunya disini," balas Haruto santai, dia lalu berpindah duduk kesamping Hana, tangannya dengan lurang ajar mengelus rambut Hana. "ayo makan lagi."
Hana menolaknya. "Ih ga mau, ga enak. Mau mekdii."
"Ya kali lagi sakit beli mekdi," Haruto sweatdrop. "ayo lah makan, bentar lagi ulangan semesteran, belum lagi nanti tim basket tanding. Lo tega ga nonton tim basket?"
"Ya enggak," kata Hana sedih. Udah menjadi kewajiban Hana sebenarnya untuk menonton tim dari sekolahnya, apalagi ada Taeyong yang jadi pelatihnya. "gua pasti nonton kok."
"Yaudah makannya makan."
"Iya Hartono iyaa." Hana akhirnya pasrah menerima suapan dari Haruto, sedangkan Haruto tersenyum lebar kareba berhasil menyuapi Hana.
🍓🍓
Hana udah sembuh, tapi sekarang pekan ulangan. Ada beberapa guru yang melaksanakan ulangan tengah semester, ada juga yang mager. Beberapa guru milih mengambil nilai dari ulangan harian, tes lisan, atau kehaluan.
Toh yang penting mah ada nilainya.
Tapi tetep aja, ada guru-guru bertitel bangsat yang tetep ngadain ulangan. Mana soalnya ada 4 kode, "Pak Hyunsuk tai emang."
Hana mengumpat setelah keluar dari kelas yang baru saja melaksakan ulangan. Jeno seneng ngedenger umpatan Hana, ya kalo begini artinya Hana bener-bener sehat wal afiat, kaga pake sakit-sakitan.
"Iya anjir, mana soal gua sama elo beda kode," Somi ikutan ngeluh. "ga jadi deh pbb alias pabeja-bejanya."
"Hooh, sedih banget sih kenapa otak kita ga kaya Jeno atau Soobin tang kayanya aman sentosa aja ngerjain fisika."
"Soalnya kalian terkutuk," Jeno menyahut seenaknya. Bikin Somi melotot setelahnya.
Hana lantas melirik judes ke arah Jeno, lalu berdiri dan memukulinya tanpa ampun. "ARGH MATI AJA DAH LU JENONG! UDAH NGATAIN, TADI DIDALEM GA MAU NGASIH TAU! YANG TERKUTUK TUH ELUU!!"
Udah biasa sebenernya Yoonbin ngeliat kejadian ini, tapi tetep aja dia masih asing dengan kebar-baran Hana yang kadang bikin geleng kepala. Terlebih kalo bar-barnya sama orang lain, selain dia.
Sebenernya sih, Yoonbin bisa aja ngerjain soal Hana meskipun kodenya beda, tapi Hana kan sehat sekarang. Lagian Yoonbin ga mau memanjakan Hana dengan memberinya jawaban.
Keenakan nanti si Hananya.
"Udah lah, jangan marah-marah, mendingan kita ke kantin aja," usul Soobin yang sebenarnya memang udah pengen makan, lapar dia. Kalo abis banyak mikir biasanya perutnya suka begini.
"Yaudah ayo," kata Hana, entah ada angin apa dia nengok kebelakang dan melihat Yoonbin yang ntah lagi ngapain. "Bin, mau ke kantin bareng enggak?" tanyanya.
Yoonbin noleh, "Boleh." dia lantas menghampiri Hana.
Jeno dan Somi kompakan senyum seperti emotikon black moon, sedangkan Soobin udah jalan duluan, katanya mau nyari bangku buat mereka makan.
Yoonbin sebenarnya sih enggak begitu suka keramaian kantin, dia emang enggak pernah damai untuk sesuatu yang ramai. Tapi tetap aja, Yoonbin enggak pernah merasa keberatan jikalau itu ada Hana.
Yang penting ada Hana, maka Yoonbin akan merasa dia baik-baik aja.
Karena Yoonbin tau, Hana itu temannya, Hana punya potensi besar untuk tidak mengabaikannya dan mengajaknya bicara disaat yang lain tidak menyadari eksistensinya. Ya, yang penting begitu.
🍓🍓🍓
Yoonbin menghela napasnya, hari ini dia enggak bisa langsung pulang, masih ada latihan basket karena pertandingan tinggal menghitung hari, udah kaya lagunya Krisdayanti.
Tapi sekarang entah kenapa dia sedikit bersemangat, enggak seperti sebelumnya ketika Hana enggak ada. Padahal tu cewek kerjaannya sama kaya Somi kalo ngawasin yang latihan, terus makan seblak doang. Hana enggak jadi wasit apalagi jadi pelatih.
Cuman yah beda aja kalo ada Hana.
"WOO KEREN!" apalagi ketika Hana mengomentari teknik permainan basketnya yang semakin berkembang. Karena bantuan Taeyong. Senyum tipis khas Yoonbin juga ikut mengembang seraya mendengar pujian gadis bermarga Lee itu.
Intinya, hari ini permainan Yoonbin enggak berakhir sia-sia. Dia bisa menunjukan permainannya yang nyaris sempurna di mata Hana.
"Ini Bin," Somi nyodorin botol air mineral pada teman sekelasnya itu. Ya refleks, sebagai manager dia menyodorkan air pada semua permain yang kelelahan karena latihan. Karena memang uang kas yang dibayar per latihan sebagaiannya selalu dibelikan minum untuk para pemain.
Tapi kampretnya Ha Yoonbin melenggos begitu saja. Dia malah menghampiri Hana, seolah tidak mendengar ucapan Somi.
"Shit," Somi mengumpat, dia merasa de javu. Ah iya, dulu pas awal masuk Haruto juga melakukan ini padanya. Dia lantas mencibir, "aelah bucin."
Ga sadar diri dia juga bucin, Vernon ga ngebales lebih dari dua jam disangkanya selingkuh. Padahal Vernon lagi ada kelas dan ga megang hp. Emang ada-ada aja si Somi tuh.
"Eh Yoonbin," Hana refleks menyodorkan air mineral padanya, tentu saja Yoonbin langsung menerimanya, bukannya pergi seperti tadi ketika Somi memberinya air. "Nih."
Yoonbin ngangguk terus duduk disamping Hana, ga tau kenapa dia masih agak gengsi buat sekedar berterimakasih dan memperlakukan Hana selayaknya manusia.
"Lo masih keringetan anjir," Hana ngelap daerah sekitar pipi dan leher Yoonbin dengan tisue. Udah biasa dia gini sama pemain basket, abis gimana ya, Hana ga nyaman ngeliat orang keringetan tuh. "kenapa ga di lap?"
"Mager," sahut Yoonbin yang sempat gagal membuka tutup botol air mineral itu. Ah bukan mager sebenarnya, dia sedikit menunggu moment ini karena memang seingetnya Hana selalu mengelap keringat para pemain cowok sebelum akhirnya gadis itu melemparkan tissue bekas elapan itu ke wajah anak basket dan memakinya.
Tapi, pengamatannya juga, Yoonbin tidak pernah kena hal yang dialami beberapa anak basket itu. Hana tidak pernah mengatai Yoonbin goblok atau bangsat, dia juga enggak pernah mengatakan sesuatu yang kasar pada Yoonbin. Bahkan Haruto saja pernah, tapi Yoonbin tidak.
Kalo begini, apakah boleh Yoonbin berharap Hana melihatnya sedikit berbeda?
Aih, Yoonbin mikir apa sih? Hana emang baik kan? Kenapa dia harus berharap demikian? Kenapa Yoonbin harus mengharapkan sesuatu yang bisa aja enggak terjadi.
Latihan basket sepeti biasa selesai pada pukul delapan lebih tiga puluh menit. Meskipun mendekati pertandingan, Taeyong enggak menyiksa anak basket kok. Alhamdulillah tobat itu manusia. Padahal taun lalu pas mau ada lomba kek gini pasti pulangnya paling cepet ya jam 10 malem.
Yoonbin keluar dari lingkungan sekolah, dia menghampiri sepeda hitam miliknya yang terparkir rapih bersama sepeda milik Sunwoo dan Haruto.
Sebenarnya anak basket dominan membawa motor, tapi Yoonbin masih setia dengan sepedanya. Motor hanya ada satu di rumah dan motor itu dipake mamanya untuk bekerja. Enggak mungkin Yoonbin mengambilnya meskipun malamnya mamanya enggak bekerja.
Toh lagian Hana enggak pernah mempermasalahkan sepedanya, malah Hana pernah memuji orang yang memakai sepeda. Jadi yah ga apa sih kalo enggak ada motor juga.
Eh tapi omong-omong kenapa Yoonbin kepikiran Hana.
Astaga! Emang sih, sejak Hana sakit pikiran Yoonbin banyak terisi dengan gadis bermarga Lee itu. Namun dia enggak menengok Hana ke rumahnya. Bukannya ga barani, Yoonbin cuman enggak segoblok tiga temen Hana yang keluar sekolah dan berujung menyikat WC sekolah, sepulang sekolah pun dia langsung intensif latihan basket. Jadi selama Hana sakit, Yoonbin hanya menanyakan keadaannya lewat chat, selama empat hari pula dia duduk sendiri.
Yoonbin kesusahan berbaur sebenarnya, dia enggak bisa memulai, rasa takut masih menghantuinya. Dia pun masuk basket agak bisa berbaur karena Hana sering mengajaknya untuk ikut mengobrol ketika yang lain menggibah. Toh sepertinya emang cuman Hana yang tahan banting dengan sikap dinginnya.
Lelaki itu sedikit melirik ke arah Hana. Gadis itu naik ke sepeda Haruto, sedangkan Haruto naik dibelakangnya. Yoonbin auto mendengus kesal. 'Shit.'
Hana makin dekat dengan si tiang Haruto akhir-akhir ini, fakta itu membuat Yoonbin sedikit kesal. Maksudnya bagaimana bisa orang yang beda kelas, beda angkatan, tapi sedeket itu. Yoonbin enggak ngerti, 'Kok bisa?'
Yoonbin memajukan sepedanya, sengaja banget dia mau mendekati Hana yang lagi mengobrol sama Jeno dan Haruto. Dalam hitungan detik, Hana lantas menoleh pada Yoonbin. "Bin, mau balik?"
Yang ditanya mengangguk singkat sebagai jawaban tanpa berkata apa-apa. Mulut Hana membulat, membentuk o tanpa suara, dia lantas bertanya kembali, "Mau bareng?"
"Bukannya beda arah ya?" tanya Haruto bingung. Ah sial tu bocah Jepang, kenapa sih Haruto keliatannta ga suka banget Yoonbin deket sama Hana?
"Bisa bareng kok, cuman agak muter," balas Jeno yang menyadari tatapan Haruto pada Yoonbin mengeluarkan sedikit percikan sebal, entah tanda perang atau apa.
"Lah kan katanya kak Hana mau nyari siomay dulu."
Duh gusti, siapapun tolong tabok Haruto. Yoonbin geram sendiri jadinya, tapi dia juga ga mood baku hantam. Kalo baku hantam, takutnya Hana berubah dan memperlakukannya berbeda, Yoonbin enggak mau hal itu terjadi padanya.
"Ah iya, maaf ya Bin, kayanya kita enggak bisa pulang bareng."
"Ga apa-apa," jawab Yoonbin dengan wajah datar seperti biasa. Dia lantas berpamitan. "gua duluan, dah."
Disela kayuhan sepeda, saup-saup ia mendengar teriakan Hana, "HATI-HATI YOONBIN."
Tapi Yoonbin terlalu gengsi untuk sedekar menyahuti hal itu. Akhirnya dia tetep mengayuh sepedanya, tanpa menyadari bibirnya senyum tipis terus-terusan.
Namun senyumnya luntur ketika melihat ada mobil mewah yang terpakir didekat rumahnya. Itu bukan mobil cowok yang menyumbangkan sperma untuk hidupnya, Yoonbin hafal plat nomer mobil mantan papanya.
Ketika dia masuk ke dalam rumah pun, enggak ada papanya. Yang ada hanya lelaki, yang mungkin seumuran dengan papanya, sedang berbincang dengan sang ibu.
Setelah Yoonbin mengucapkan salam, ibunya menyuruh dia masuk. Dia juga disuruh menyapa lelaki itu. "Ha Yoonbin.
"Kim Yean."
Ah, apakah ini pertanda Yoonbin akan mendapat ayah baru?
🍓🍓
M
aaf ya ga ada foto, jaringanku lagi jelek :""
Tunggu chapter selanjutnya ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top