19
Ada yang masih baca ff ini?
Kalo ada tinggalkan jejaknya yaa~ ❤
Dear Yoonbin, masa saya harus nunggu bulan desember dulu sih biar bisa liat update-an terbaru tentang kamu?
Kangen tau, ayo segera debut!
🍭🍭🍭
Entah pengaruh basket atau apa, yang jelas Yoonbin udah enggak diasingkan seperti dulu di kelas.
Orang-orang udah mulai menyapanya meskipun yah kalo kata Somi, Yoonbin ngerespon kaya manusia itu cuman sama Hana.
Selebihnya Yoonbin ngerespon kaya permainan eat bulaga, cuman ya, tidak, bisa jadi.
Hm hm hm, Somi pusing ngehadapinnya. Jadi yah dia menyerahkan Yoonbin sama pawangnya aja, Lee Hana.
Toh ada baiknya juga Hana deket sama Yoonbin, anak bego itu ketularan pinternya Yoonbin sampe hari ini Jeno dibuat menganga dong karena ulangan fisika Hana enggak remed.
Padahal dulu Hana parah banget kalo soal fisika. Ya orang kerjaannya pas fisika izin ke toilet terus kaga balik lagi, kalo ga kabur ya tidur.
"Asli ini enggak remed?" Hana membolak-balik kertas ulangan yang ada namanya dihalaman depan. Senyumnya mengembang kian lebar ketika dia merasakan sakit saat menampar pipinya sendiri. "SUMPAH LO ANYING GUA GA REMED!"
Hana jingkrak-jingkrak karena seneng setelahnya, sementara Somi menggelengkan kepala, malu punya temen kaya Hana.
Setelah puas jingrak-jingkrak, Hana ngehampirin Yoonbin yang duduk dibelakang. Soalnya bangku sempet dituker karena ulangan dan diperiksa dihari itu juga. "Binn liatt. Delapan puluh satu! Ga remed dongg."
Yoonbin nolehin kepalanya. "Ga usah sombong, cuman delapan puluh satu, belum ngalahin punya gua yang sembilan puluh lima."
Anjir. Is halal to say bangsat? Ya gusti kenapa Yoonbin masih aja bermulut tajam sama Hana? Untung Hana enggak gampang sakit hati ngedengernya.
Dan untung juga Hana inget kalo Yoonbin ini manusia yang menyuruh Hana belajar dari seminggu yang lalu, dia juga menyuruh Hana memfotocopy catatannya--karena Hana mah udah tau goblok, nyatet ga pernah. Ajaibnya lagi, ketika Yoonbin menyuruh Hana lebih belajar pada bagian tertentu, bagian itu yang keluar diulangan hari ini.
Gila, si Yoonbin ini cenayang apa gimana ya?
Makannya Hana enggak bisa marahin Yoonbin. Jadi dia memilih untuk duduk disamping Yoonbin dan memanyunkan bibirnya. "Ih jahat."
"Emang."
Hana makin cemberut aja, moodnya ancur seketika sekarang.
Melihat itu Yoonbin malah terkekeh geli, jelas lah Hana heran. "Apa yang lucu?"
"Elo."
"Hah?" Hana cengo dong, lalu ditepuk lah kepala Hana oleh Yoonbin berulang kali. Sampe-sampe jantung Hana berdegup lebih kencang.
Yoonbin lantas berkata, "Lain kali belajar lebih keras lagi, biar ga cuman dapet delapan satu. Baru deh bisa berbangga diri."
Apakah Hana boleh menganggap ucapan Yoonbin barusan sebagai ucapan selamat bahwa dirinya enggak harus mengikuti remedial?
Ah emang ya Yoonbin ini, punya cara sendiri untuk menunjukkan sesuatu.
"ANAK-ANAK YANG ENGGAK REMEDIAL SILAHKAN ISTIRAHAT DULUAN, YANG REMEDIAL STAY DISINI, KITA LANGSUNG REMEDIALAN," teriak si guru fisika.
Mendengar itu Hana lantas berdiri, dia menarik tangan Yoonbin. "Ayo kantin, gua taktir mie ayam deh soalnya elo nyuruh gua belajar sama ngefotocopy catetan elo eheheh."
"Ga usah. Gua ga miskin," tolak Yoonbin yang sudah berdiri. Omong-omong soal tangan, Yoonbin enggak risih sama sekali, dan membiarkan Hana menarik tangannya.
"Ih gua maksa pokoknya, sebagai tanda terimakasih gua ini tuhh. Ya ya ya?"
"Yaudahh."
"Yeyy," Hana terdiam lalu memeluk tubuh Yoonbin. "sayang Yoonbin, eheheh."
Yoonbin sontak menahan napasnya ketika dipeluk, emang sih dia udah enggak heran kalo Hana meluk orang lain. Toh dia pernah ngeliat anak basket dipeluk satu-satu sama Hana, sebagai tanda semangat dan terimakasih karena udah berusaha katanya.
Tapi ketika merasakannya langsung, Yoonbin merasa hatinya malah akan jatuh. Meskipun yah Hana meluknya enggak lama karena dia langsung narik Yoonbin buat ke kantin sebelum kantin penuh.
"Ibu cantikk, mie ayam dua yaa." pinta Hana sama penjual mie ayam kesayangannya.
Setelah memesan mie ayam dan membeli minum, Hana lantas mengajak Yoonbin untuk duduk disalah satu bangku kantin. "Pokoknya ini gua yang bayar oke, gua ga nerima penolakan ya Ha Yoonbin."
Yoonbin ngangguk singkat, wajahnya masih panas gara-gara kelakuan cewek yang tadi memporak-porandakan jantungnya tapi sekarang malah asik main hp. Kampret.
"Eh Han."
Hana menoleh untuk menanggapi ucapan Yoonbin. "Ya?"
"Ulangan matematika dua hari lagi, mau belajar bareng--"
"MAU!" bahkan sebelum pertanyaan selesai diajukan, Hana menjawab terlalu cepat. Oh ayo lah siapa yang enggak mau belajar sama rangking top 3 di kelas, apalagi itu matem.
Somi aja yang sama begonya kadang males belajar sama Hana. Makannya Hana merasa sangat senang dan bersyukur diajakin belajar bareng sama Yoonbin yang nilainya enggak pernah turun dari angka 9 di semua mata pelajaran.
"Oke," Yoonbin lantas mengambil ponselnya, berusaha menyembunyikan euforia yang dia rasakan karena ulah Hana, pura-pura sibuk padahal cuman bulak-balikin menu doang. "kalo ada jamkos kita ke perpus ya."
"Siap bos!"
Sebenernya ya, Yoonbin enggak mau repot-repot mengajarkan Hana matematika, tapi karena Yoonbin ingin merasakan pelukan Hana lagi jadi yah kenapa enggak? Toh cuman matematika.
'Dua hari lagi,' bibir Yoonbin lantas tersenyum tipis tanpa Hana sadari.
🍭🍭
Hari ini enggak ada jam kosong, tapi didua jam pelajaran terakhir, gurunya enggak ada dan diperbolehkan pulang.
Jadi, sekali lagi Yoonbin berinisiatif mengajak Hana ke rumahnya lagi.
Untuk belajar bareng tentunya, bukan modus, emang dia Haruto.
Soalnya kalo belajar di sekolah mau ngapain juga, jam 4 an perpus ditutup, sementara Yoonbin latihan basket setelah magrib.
Ya jadi ke rumah Yoonbin aja.
Rumah Hana? Enggak deh Hana males, semua cowok yang ke rumah dia disangkanya pacar mulu sama ibunya yang ganjen. Mentang-mentang Hana jomblo.
"Eh Yoonbin udah pulang." namun kali ini beda, rumah Yoonbin enggak sepi seperti sebelumnya, ada perempuan yang wajahnya mirip sekali dengan Yoonbin dan menyambut kedatangannya.
Awalnya Hana pikir perempuan itu kakaknya Yoonbin, tapi ternyata enggak. "Yoonbin kamu bawa temen? Kok ga bilang? Astaga Bunda enggak punya kue apa-apa disini."
Bunda?
Uhuk, Hana sampai batuk. Menganga lah dia. KOK BUNDANYA YOONBIN CAKEP AMAT, KAYA MASIH MUDA GITU ANJIR!
Hana enggak bisa ngomong apa-apa jadinya. Pantes aja Yoonbin ganteng, bundanya cantik gitu anjir.
"Ben, ayo beli cemilan ke warung sebelah," kata bundanya Yoonbin pada anak semata wayangnya itu sembari memberikan uang berwarna biru padanya.
"Eh eh enggak usah tante, saya udah beli seblak kok tadi," cegah Hana dengan cepat. Ya emang nyatanya tadi sebelum kesini Hana mengajak Yoonbin beli seblak dulu.
Hana enggak bisa hidup tanpa seblak kawan.
"Ih kok udah beli makan duluan sih," ibunya Yoonbin menatap Hana kecewa. "pasti ini kerjaan kamu ya Ben."
"Enggak kok, emang dia yang mau," balas Yoonbin dengan wajah datarnya seperti biasa yang mirip papan dada. "padahal udah Ben larang, soalnya ga baik buat kesehatan. Tapi dianya ga mau, yaudah lah ya, mungkin dia kangen Tuhan."
"HEH!" baik Hana maupun ibunya Yoonbin sama-sama meneriaki manusia yang bicaranya ga pake bismillah dulu itu.
"Yaudah deh ayo masuk." pada akhirnya Bundanya Yoonbin menyuruh kedua anak itu untuk masuk, ya karena enggak mungkin diluar mulu, panas anjeng.
Dia juga menyuruh Yoonbin untuk mandi, "Bau azab kamu Ben." katanya.
Untung Yoonbin tegar, untung Yoonbin sabar. "Yaudah iya," pada akhirnya Yoonbin menurut juga, dia pergi ke kamar mandi. Meninggalkan Hana dan Bundanya di ruang tamu.
"Astaga makasih yaa," tanpa diduga Bundanya Yoonbin malah memeluk Hana setelah Yoonbin pergi. "bunda kira Yoonbin enggak akan punya temen lagi. Ternyata enggak, syukurlah."
Hana bingung lah jelas. Emang sih, menurut cerita yang beredar tentang Yoonbin, ketika kelas 10 anak bermarga Ha itu enggak punya temen satu pun di kelas. Tapi katanya Yoonbin yang mengasingkan diri, dan lagian Yoonbin juga enggak dibully.
Lantas kenapa Bundanya sesenang ini?
"Eh iya tante."
"Jangan panggil tante Hana, panggil bunda aja."
"Lah Bunda tau nama saya?"
"Itu ada diname tag."
Ck, sial Hana malu berat. Padahal dia udah mikir yang macem-macem pas bundanya Yoonbin nyebut namanya.
Iya juga, seragamnya kan ada name tag. Lagian Hana belum ngeganti bajunya jadi dengan kaos dan celana basket, mau belajar matem dulu Hana tuh.
"Hanaa, Bunda harap kamu enggak pernah ninggalin Yoonbin ya. Anak satu-satunya bunda itu tertutup banget pas dia tau kalo dia tuh bukan anak sah dari ayahnya," kata ibunya Yoonbin dengan suara pelan. Dia bukannya mau nyebarkan aib anaknya, tapi Hana harus tau yang sebenarnya terjadi sama Yoonbin. "Ben kadang ngerasa enggak pantes sama dirinya sendiri, enggak ngerasa pantes bergaul sama orang lain. Malah pas kelas 10 dia terang-terangan bilang ke Bunda kalo dia enggak akan berteman sama siapapun."
Hana menatapnya bingung, mendengar semua ini rasanya terlalu tiba-tiba. Dan emangnya dia pantas? Hana cuman manusia yang pernah ngusik kehidupan tenangnya Yoonbin. "Kok gitu Bunda?" tanya Hana bingung, ASTAGA KENAPA JIWA KEPO DIDALAM DIRINYA MALAH MELEDAK-LEDAK?!
"Ya katanya dia anak haram, dia enggak pantes buat mendapatkan apapun, bahkan untuk tersenyum pun dia enggak pantes."
"T-tapi enggak ada anak yang terlahir haram bunda," ujar Hana pelan.
Bundanya Yoonbin menghela napas. "Hm emang sih, tapi gimana ya ... Yoonbin itu seharusnya bukan anak bunda, bunda cuman ibu penggantinya meskipun yah bunda mengandungnya untuk 9 bulan. Yoonbin seharusnya bahagia bersama salah satu keluarga artis ternama. Kalo saja istrinya tidak tiba-tiba mengandung, mungkin Yoonbin udah bahagia."
🍭🍭
Sejauh ini masih mau baca lanjutnya kah?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top