05

🍭

Jika saja Yoonbin tau Hana termasuk salah satu atlet basket sejak SMP, mungkin dirinya tidak akan mengiyakan ucapan Hana untuk permainan satu lawan satu pas jamkos kemarin.

24 : 21.
Tipis bedanya, tapi tetap saja Yoonbin kalah. Hana tidak seperti yang ada dipikirannya, gadis itu ganas ketika bermain basket, bahkan teknik permainannya terlalu bagus untuk seorang perempuan yang kerjaannya nyengir mulu itu.

"Yoonbinnn," suara Hana menggema di kelas, gadis itu menghampiri Yoonbin yang datang lebih dulu ketimbang dirinya pagi ini. Dengan senyuman lebar, gadis itu berkata, "janji lo manaa?"

Yoonbin memalingkan muka, pura-pura tidak mendengar suara Hana, untungnya sedari tadi dia pake earphone.

Padahal musiknya ga dia puter.

Hana memajukan bibirnya lalu menhentakan kakinya. Jelas banget kalo dia ngambek sama Yoonbin.

Bagus lah, kalo Hana ngambek berati gadis itu tidak akan mengusik Yoonbin dengan segala ketenangannya.

Namun Hana tiba-tiba saja menarik earphonenya. Membuat mata Yoonbin membulat dan hampir meloncat keluar. Lancang sekali.
"Yoonbin, lo janji sama gua nurutin permintaan gua kan kemarin," ucapannya dengan tatapan tajam. "gua cuman minta lo senyum sama gua, apa susahnya sih?"

Iya permintaan Hana itu sederhana, dia hanya meminta Yoonbin tersenyum, hanya itu. Tapi Yoonbin tidak bisa menyanggupinya.

"Ga bisa."

"Kenapa?"

"Karena ga bisa."

Hidung Hana kembang kempis, nahan kesel sama si cowok muka datar ini. Pengen nabok, tapi kalo dia nabok Yoonbin gimana kalo tiba-tiba dia ditarik ke ruang bk?

Sabar-sabar.

"Tapi kan lo udah kalah--"

Yoonbin menaruh sebatang coklat bermerk ratuperak yang masih terbungkus rapih diatas meja Hana. "Nih, lunas. Jadi lo ga usah minta gua senyum lagi."

Hana mendecih pelan, sialan banget emang. Padahal kan senyum lebih gampang dibanding harus ngasih coklat kaya gini mah.

Namun berhubung bel literasi sudah berbunyi Hana dengan sangat terpaksa mengambil coklatnya dan memasukannya ke tas.

Sayang, rezeki masa ga diambil sih.

"Lo kenapa sih?" Hana bertanya, membuat Yoonbin yang sudah berdiri dan membawa novelnya untuk literasi menoleh. "Kenapa apanya?"

"Taruhannya cuman senyum, bukan salto, tapi lo ga mau dan malah ngasih gua coklat, kenapa?" Hana kini menatap Yoonbin dengan tatapan sendunya. "padahal senyum itu gampang."

Yoonbin lantas membalas dengan dingin, "Buat lo gampang, buat orang lain belum tentu. Isi kepala lo sama orang lain beda."

"Lo depresi atau gimana sih sampe senyum aja susah? Heran gua."

Tatapan Yoonbin yang semula datar kini malah menajam, seolah dirinya ingin mencabik-cabik cewek dihadapannya ini dan melemparnya ke neraka jahanam. Lalu dia berkata dengan dinginnya, "Lo ga usah pengen tau, ga usah nyari tau, my life isn't your business."

Hana menelan ludahnya ketika Yoonbin berbalik untuk pergi dari hadapannya. Iya sih, Hana tau dia ga punya hak untuk mencampuri segala urusan hidup Yoonbin, termasuk alasan dibalik Yoonbin yang kalo Hana perhatikan tidak pernah menunjukan senyumannya.

Heu. Hana menggarukan kepalanya, bingung sendiri, "Itu emang bukan urusan gua tapi, kenapa juga gua pengen banget liat senyumnya Yoonbin?"

🍭

"Kak Han?"

Hana menghentikan acara menggambarnya ketika ada sesosok jangkung yang menghampirinya di atap, yang menjadi basecamp persembunyiannya dari pelajaran fisika.

Ia menolehkan kepala untuk melihat manusia kurang ajar yang telah menciduknya. Rambut sebahunya yang tidak dia ikat kini berkibar karena angin nakal. "Eh Haruto?"

Cowok bernama Haruto itu menghampiri Hana dan duduk disampingnya. Dengan polosnya dia berkata, "Kak Han bolos ya?"

Hana cuman nyengir sama adik kelasnya di eskul basket itu. Emang, dia bolos. Otaknya menolak mempelajari pelajaran diluar kapasitasnya itu.

Padahal Hana tidak dianugerahi otak seperti Jeno yang saking jeniusnya web Zenius nangis iri. Dia bego dan tambah bego karena selalu nolak buat belajar hal yang engga dia sukai, emang ada-ada aja kelakuan manusia di negara berflower ini.

"Hm begitulah, dan lagian gua lagi bad mood," balas Hana jujur.

Mood Hana masih buruk karena tragedi dengan Yoonbin tadi pagi. Padahal kemarin Yoonbin udah janji kalo kalah basket bakal ngelakuin semua permintaan Hana, tapi sekarang dia malah ingkar janji.

Parahnya setelah literasi, Yoonbin benar-benar tidak bisa diajak bicara oleh Hana. Lelaki itu hanya diam dan memalingkan muka setiap kali Hana mengajaknya berbicara. Seolah Hana melakukan kesalahan besar.

Padahalkan Hana cuman minta Yoonbin buat senyum.

"Emang kenapa Kak Han?" tanya Haruto sembari menatap wajah Hana. "Kak Han kenapa badmood?"

Ditanya begitu Hana lantas menceritakan alasan dari badmoodnya. Alasan yang ditelinga Haruto cukup konyol sampai-sampai dia harus menggelengkan kepalanya. "Ada-ada aja."

"Padahal cuman senyum, senyum doang aelah, tapi dia ga mau dan malah ngasih gua coklat biar ga nagih senyum dia mulu," Hana kembali memanyunkan bibirnya. "emang senyum sesusah itu?"

"Kak Han kan ga semua kepala manusia itu pikirannya sama. Kalo buat Kakak senyum itu mudah, buat orang lain kan ga gitu," ucap Haruto berusaha menjadi manusia yang bijak. "mungkin orang itu punya alasan kuat kenapa dia ga mau senyum, bahkan disaat yang mengharuskannya untuk senyum sekalipun."

Hana hanya menundukan kepalanya dan mengacak-acak rambutnya sendiri. "Iya sih, gua ga tau isi kepalanya apa dan otomatis gua juga ga bisa ngerti dia kenapa," ucap Hana. "tapi itu cuman senyum Harutoo, senyum. Hal termudah yang bahkan ga harus ngebuat lo ngeluarin duit."

Haruto sweatdrop. Emang pada dasarnya Hana itu cewek, dan cewek itu selalu marasa dirinya benar. Jadi meskipun setuju, pasti ada bagian dimana orang lain harus mengikuti opininya.

"Ya mungkin orang itu ga punya alasan buat senyum," kata Haruto. "jadi dia ga bisa senyum."

"Haruto," Hana menarik dagu Haruto kehadapannya. Keduanya diam untuk beberapa detik, sampai akhirnya Hana tersenyum lebar lalu tertawa kecil setelahnya. "hehehe."

"Apa sih?" Haruto menepis tangan Hana dan memalingkan wajahnya. Hana tega banget ngelakuin hal yang ga baik buat kesahatan jantungnya! Yah walaupun akhirnya sudut bibir Haruto terangkat juga.

"Tuh kan, lo senyum meskipun lo ga punya alasan buat senyum sebelumnya," kata Hana. "yang gua tau, senyum itu bisa menular dan ga selalu butuh alasan yang berhubungan dengan kebahagiaan untuk melakukan itu."

Iya bener emang, senyum itu bisa menular, Haruto tau itu, apa lagi kalo yang menularkannya adalah gebetan sendiri. "I-iya serah lah."

"Tapi dia pas gua senyumin ga ikut senyum, kan sebel."

Mendengar Hana berkata dengan nada yang terdengar sedih, Haruto jadi sedikit kasian. Kayanya Hana pengen banget liat orang itu senyum. "Hm kalo kak Han pengen banget liat temen kakak senyum, Haru punya beberapa saran sih."

Hana tampak bersemangat ketika mendengar Haruto berkata begitu. "Apa?"

"Sini Haru bisikin," kata Haruto yah walaupun kebanyakan dengan unsur modus tapi ga apa-apa lah ya. Yang penting Hana merasa tertolong. "gimana?"

...

Tolong tunggu lanjutannya ❤❤

Kusayang kalian ❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top