13. Tak terganti (Revisi)
Terulang lagi. April kembali memenangkan perdebatan di meja makan saat sarapan. Jika kemarin Leo yang sangat mendebatnya, maka tadi pagi kakaknya lebih parah. Pras ingin menyewa perawat untuk menemani April selama di sekolah, yang tentu saja langsung ditolak. Itu baru kakaknya. Beruntung saja orang tuanya sedang keluar kota jika tidak, dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya pagi ini.
Namun keberuntungan hanya berlangsung sementara. Karena kini di jam ketiga pelajaran dirinya sudah berdiri di tepi lapangan basket. April bertugas untuk mengamati permainan tim junior bersama Farhan. Yang entah bagaimana caranya kapten basket putra itu berhasil menyeretnya kemari. Jika saja tidak mengingat siapa menyuruh mereka–yaitu oach Bima–April tidak mau mengeluarkan disini. Yah, meskipun itu berarti hanya diam menonton.
Sementara di samping April Farhan merasa senang. Usaha tipu muslihat berkedok permintaan pelatih, berhasil membawa April kemari. Ia ingin meminta April untuk memberi saran kepada tim junior. Walaupun sudah memberikan izin kepada tim junior, jujur saja ia masih ragu dengan kemampuan mereka. Dan dia jelas butuh seseorang untuk bertukar pikiran selain dengan pelatihnya. Apalagi kini lawan mereka adalah salah satu sekolah yang hebat.
Dalam diamnya, mata April terus mengamati. Melihat secara teliti dan seksama bagaimana formasi dan strategi yang digunakan tim junior. Meski rasa malas masih menguasainya. Pikirnya, daripada berdiri di sini, lebih baik makan di kantin atau tidur di UKS. Karena toh, pendapatnya juga tidak akan dianggap oleh anggota dari tim junior. Terlebih lagi oleh Erin. Saat pandangan mereka tidak sengaja bertemu, adik kelasnya itu langsung mengalihkan pandangan. Cih, sebenarnya itu yang akan ia lakukan kalau saja Erin tidak lebih cepat. Mereka benar-benar tidak cocok ada di satu tempat yang sama.
Prriiiiitt
Bunyi peluit itu berasal dari Farhan. "Latihan hari ini cukup, kalian boleh istirahat."
Mereka segera membubarkan diri dari lapangan. Termasuk April namun lengannya terlebih dahulu tahan oleh Farhan. "Jangan pergi dulu."
"Ngapain lagi sih?" April langsung menarik tangannya.
"Coach nyuruh kita di sini bukan cuma buat nonton, Pril."
"Sambil duduk bisa kan? Pegel kaki gue.”
Farhan segera mengikuti April yang berjalan ke arah tribun, duduk dia sebelah gadis itu. "Well, menurut lo apa yang harus diperbaiki dari permainan mereka?"
"Menurut lo apa?" tanya April balik.
"Formasi."
"Nah itu lo tau. Ngapain harus tanya lagi?"
"Pril ..."
"Ck, posisi Reana sama Sindy kebalik. Sindy lebih cocok jadi forward. Dia lumayan lincah buat trap pas mulai nyerang. Kau center udah tepat, Gista bisa nge-block dengan baik," jelas April panjang yang diangguki Farhan tanda setuju.
"Terus gimana sama Erin dan Felly?"
"Menurut lo gimana?" April kembali melemparkan pertanyaan.
"Erin sebagai guard nggak salah sih. Dia paling cepat di antara yang lain. Skill individunya juga yang paling bagus."
April mengangguk menyetujui. Meskipun dia dan Erin tidak akur, ia mengakui kalau Erin memang lebih unggul dibanding teman-temannya yang lain.
"Masalahnya, Erin itu kalau main emosional dan terlalu mengandalkan kekuatannya sendiri." April kembali mengangguk membenarkan ucapan Farhan.
"Felly?"
"Dia yang paling lemah ditim ini. Dia cuma bisa short sama jump shoot."
"Itu masalahnya. Ruang gerak dia untuk nge-shoot terbatas."
April menepuk pundak Farhan lalu berdiri. "Dan itu jadi masalah lo sekarang, gue mau balik ke kelas."
"Pril,” panggilan Farhan menghentikan langkah April yang hendak meninggalkan lapangan. April membalikkan badan, mengangkat sebelah alisnya.
"Kita harus bicara."
"Kan tadi udah."
"Di luar konteks pembicaraan tadi."
"Oke tapi di kantin, gue lapar."
Farhan setuju. Mereka berjalan berdampingan menuju kantin. Setelah memesan keduanya duduk dibangku yang ada di sudut kantin. Baik April maupun Farhan tahu kalau pembicaraan mereka agak serius. Jadi mereka butuh privasi sehingga memilih duduk sana. Selain belum ada yang menempati, disekitarnya pun tidak terlalu ramai.
"Katanya mau bicara tapi dari tadi diem aja." April mengaduk sotonya yang baru saja tiba. Di depannya Farhan masih diam dengan segelas minuman.
"Mungkin menurut lo gue itu egois," mulai Farhan karena merasa sudah diberi izin. "Gue lebih milih tim junior untuk main, tapi gue punya alasan."
"Yah alasannya itu karena Erin pacar lo," sahut April sebelum memasukkan sesendok soto ke dalam mulut, mengunyahnya tanpa melepaskan pandangan dari Farhan.
"Pril ...” panggil Farhan frustasi. “Berapa kali sih harus gue bilang Erin itu bukan pacar gue."
"Berarti calon dong,” balas April tidak peduli di depannya Farhan membuang napas kasar. April selalu menemukan cara untuk memancing emosinya.
"Perasaan gue nggak pernah berubah sejak lima tahun yang lalu."
Gerakan tangan April berhenti. Sendok yang dipegangnya masih menggantung di udara. Dengusan terdengar sesaat sebelum April menyimpan sendok ke dalam mangkuk, alih-alih memasukan sendok itu ke dalam mulut. Ditatapnya Farhan dengan datar. Dia teramat mengerti kemana arah pembicaraan ini.
"Dan perasaan gue ke lo enggak pernah berubah," ujarnya kemudian. "Bahkan sejak lima tahun yang lalu kalau itu yang pengen lo tahu." Lihat kan? Tidakkah Ia terlihat begitu jahat saat ini?
Farhan yang mendengar itu hanya bisa tersenyum kecut. Dari sorot matanya terpancar kekecewaan. Sesungguhnya, kalau bisa Farhan sama sekali tidak ingin tahu. Penantian selama lima tahun ini tidak juga membuahkan hasil. Tidak ada celah baginya untuk masuk.
"Gue tahu Pril," timpal Farhan dnegan suara pelan. "Yang enggak gue ngerti, kenapa lo selalu bilang Erin itu pacar gue?"
"Kita udah kenal sejak SD." Seulas senyum terbit di bibir april.
Tatapan Gadis itu beralih, dari wajah Farhan kepada mangkuk yang isinya masih banyak. Lapar hanya alasan yang dipakai untuk memaksa Farhan mengulang kebersamaan mereka. Kebersamaan yang sudah terlalu lama hilang. "Gue selalu jadi prioritas lo dan lo engggak pernah peduli sama orang lain sama gue. Tapi sejak ketemu Erin, lo berubah. Makanya gue piki–"
"Gue pernah suka sama Erin," sela Farhan, memotong ucapan April dengan mata menerawang. "Tapi dia yang saat itu udah merebut lo, juga merebut Erin dari gue. Disaat itu gue sadar kalau perasaan gue ke lo enggak pernah berubah."
Secara otomatis keduanya terdiam. Pembicaraan melenceng jauh dari tujuannya. Farhan sebenarnya tidak ingin membahasnya. Toh, dirinya pun sudah ditolak secara halus sejak 5 tahun yang lalu. Tapi April memancingnya, meskipun tidak sengaja berhasil membuatnya terpancing. Niat Farhan yang pada awalnya ingin meminta maaf pun berubah.
"Kenapa sih lo sama Erin enggak bisa lupain dia yang jelas-jelas pergi tanpa kabar. Padahal disini ada gue yang selalu nunggu lo Pril."
"Lo sendiri, kenapa enggak bisa lupain gue? Kenapa lo harus buang waktu buat nunggu gue? Melupakan seseorang yang berarti di hidup kita bukanlah hal yang mudah."
Farhan terbungkam, mulutnya seolah terkunci untuk membalas ucapan April. Dia bahkan menggunakan hidungnya untuk mengeluarkan karbon dioksida. Semua yang dikatakan April benar. Dia menyuruh April melupakan tapi dirinya pun belum bisa move on dan malah menunggu April. Jadi apa bedanya mereka?
"Apa gue enggak berarti dihidup lo sampai lo bisa lupain perasaan gue gitu aja?" Farhan berkata lirih, dia sudah tidak menatap April lagi.
"Lo berarti buat gue, lo punya tempat tersendiri di hidup gue."
"Tapi tempat gue enggak spesial, iya kan?"
"Lo punya tempat yang spes-"
"Lo gak perlu ngehibur gue karena itu gak akan merubah apapun."
Usai mengatakan itu Farhan berdiri. Hendak pergi meninggalkan April karena pembicaraan mereka tidak pernah menemui titik temu. Tetapi baru kakinya bergerak selangkah, ucapan April membuatnya terpaku.
"Gue kangen," ujar April. "Gue kangen kebersamaan kita sampai umur tiga belas. Karena setelah itu lo berubah."
Farhan bergeming di tempatnya. Berubah, benarkah dia telah berubah? Tanpa diminta, ingatannya melayang jauh. Berhenti saat pertama kali bertemu April. Saat itu Farhan baru kelas satu SD. Sebagai anak lelaki pendiam dan pemalu, sulit baginya untuk memiliki teman. Terlebih dia juga murid dari kota lain. Namun saat berkenalan dengan April, nyaman adalah hal yang dirasakan oleh Farhan kecil saat di dekatnya. Tidak butuh waktu lama mereka bisa menjadi teman dekat.
Farhan selalu mengikuti April kemanapun. Farhan akan menjadi orang pertama yang khawatir disekolah saat melihat April terluka. Farhan juga yang akan memarahi April kecil jika telat makan atau makan makanan yang aneh-aneh. Dulu April suka berkreasi dengan makanan. Misalnya mie diberi coklat, es dengan sambal, es cendol dan cuka dan masih banyak makanan yang dikreasikan oleh April. Jika tidak rasanya yang aneh mungkin lidahnya yang aneh tapi April selalu bisa menghabiskannya. Parah-parah April kecil akan sakit perut.
Tetapi semuanya berubah sejak mereka masuk SMP. Farhan dan April masuk SMP yang sama. Disana mereka bertemu dengan Resta, Mita, Hani, Nadia dan dia. Apalagi setelah Farhan tahu jika April menyukai dia. Saat itu hingga sekarang Farhan tidak pernah menunjukan kepedulian, perhatian, dan khawatir lagi pada April. Farhan hanya berusaha untuk menunjukkan rasa sayang dan cintanya. Tapi April merasa jika Farhan semakin jauh darinya.
Benarkah dirinya telah berubah?
Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Farhan tidak menyadari jika April sudah berada di sampingnya. Farhan tersadar saat April menepuk pelan pundaknya. Ia langsung menoleh pada April dan melihat gadis itu tersenyum.
"Enggak ada yang bisa gantiin tempat lo, bahkan dia sekalipun."
Setelah itu April memeluk Farhan yang hanya bisa membeku. Sudah lama sekali Farhan tidak merasakan pelukan ini, pelukan yang selalu membuatnya nyaman dulu. Kini dia sadar perasaanya telah membuat jarak yang cukup jauh dengan April.
"Farhan ... gue gak bawa duit, jadi lo yang bayar." April berbisik di telinga Farhan. Kontan Farhan terkekeh bersamaan dengan April yang melepaskan pelukannya. "Gue ke kelas dulu bye."
April segera beranjak dari sana meninggalkan Farhan yang tersenyum.
Kalau perasaanku hanya akan membuat jarak di antara kita, maka aku akan menguburnya agar kita bisa menjadi dekat lagi seperti dulu. Aku ingin menjadi alasanmu tuk tersenyum.
***
hello, bab 13 udah selesai di revisi. Buat yang baca lagi atau baru baca sempetin untuk vote dan komen yuk. Gratis kok gak bayar 😉😉😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top