11. Sepatu (revisi)
Pasca perdebatan tidak penting perihal kemauannya untuk tetap pergi sekolah dengan kaki terluka, April berjalan dengan langkah yang mirip orang pincang. Kakinya memang tidak terluka parah, hanya saja cukup menimbulkan rasa nyeri saat dibawa berjalan. Hal ini juga yang memicu yang perdebatan kecil di rumah. Dimana sepupu dan kakaknya melarangnya untuk pergi sekolah. Bahkan ketika April memaksa untuk pergi sekolah, Leo memintanya untuk menggunakan kursi roda. Ayolah, kakinya hanya terluka sedikit dan mereka memperlakukannya seperti orang lumpuh.
Setelah menyakinkan Leo dan juga Pras tentunya, akhirnya April bisa pergi ke sekolah dengan normal. Tolong jangan bahas cara jalannya karena ia sadar itu tidak normal.
Tujuan April saat ke sekolah datang bukanlah kelas melainkan kantin. Tenggorokannya kering, jadi dia akan membeli air terlebih dahulu.
“Gimana?”
Seketika April menoleh, menemukan Rian yang sudah berdiri di sampingnya. "Apanya?” tanyanya sembari menerima uang kembalian. Meminta penjelasan lebih jauh dari maksud pertanyaan tadi.
"Ee ... itu kaki. Gimana kaki kamu?"
"Oh, udah mendingan kok Pak."
“Baguslah.”
Lalu tanpa kata Rian meninggalkan April yang kebingungan. Jadi, tujuan Rian mendatanginya hanya untuk bertanya itu? Aneh. Usai menggendikan bahunya acuh ia lalu memilih untuk segera ke kelas. Begitu duduk di kursinya, April merogoh laci meja. Hendak mengambil buku paket fisika tertinggal di sana. Namun selain buku, dia juga menemukan sesuatu di dalam laci mejanya. Sebuah kotak berwarna merah dengan pita berwarna senada.
Sontak saja April dibuat mengernyit bingung. Kalau cokelat, bunga atau surat cinta ia tidak akan heran. Maka dengan dilandasi rasa penasaran tangannya bergerak membuka kotak itu. Bibirnya tersenyum ketika mendapati sepasang sepatu berwarna putih. Sangat kontras dengan kotak yang membungkusnya.
Tidak lama setelah itu, tiba-tiba saja benda di dalam saku seragamnya begetar. April segera mengambil handphone-nya. Sebuah pesan baru saja dan langsung dibuka yang ternyata dari Rian.
Gimana?
Bibir April kembali tersenyum. Sekarang mengerti maksud pertanyaan Rian saat di kantin. Pantas saja tadi suara lelaki itu gugup. Pertanyaan yang Rian ajukan dimaksudkan bukan untuk kakinya. Tetapi mengenai pendapatnya tentang sepatu yang dibeli Rian, guna memenuhi janji yang ia paksakan untuk gurunya itu. Tepat ketika akan membalas pesan itu, Mita dan Hani masuk ke dalam kelas. Secara otomatis matanya berotasi, mereka akan segera membuat kehebohan.
"Wih apaan nih?" tanya Mita yang sudah duduk di samping April. Langsung mengambil salah satu sepatu untuk mengamatinya dari dekat tanpa permisi.
"Wah sepatunya bagus,” komentar Hani, “beli dimana?”
"Ada yang kasih,” jawab April malas. Sudah bisa ditebak jika sebentar lagi dua sahabatnya ini akan mengalami kepo tingkat tinggi.
"Siapa? Pacar? Siapa pa-Aww! Ih Res lo apaan sih."
Resta yang baru datang langsung menoyor kepala Hani. Ia eletakkan tasnya di sebelah April sebelum menyahut, "Lagian lo aneh-aneh aja. April kan enggak punya pacar."
"Oh iya ya hehe ... gue lupa," ucap Hani sembari menggaruk pelipisnya.
"Nadia mana?" April berusaha mengalihkan pembicaraan dari sepatu pemberian Rian. Untungnya, pertanyaan itu cukup untuk mengubah topik pembicaraan. Topik sepatu pun terlupakan sampai bel masuk berbunyi. Mereka lalu pergi ke lapangan untuk upacara bendera.
Sementara Rian yang sedang duduk di kursi di dalam ruangan, terus menatap handphone yang ditaruh di atas meja. Tengah menunggu balasan dari April yang tak kunjung datang. Apa April belum melihat sepatu pemberiannya? Apakah ukuran sepatunya pas? Atau jangan-jangan gadis itu tidak menyukainya?
Beberapa pertanyaan berkelebat itu di pikiran sang guru. Begitu terus hingga bel masuk berbunyi terdengar oleh kedua telinganya. Dengan gelisah ia menyimpan handphone lalu keluar dari ruangan. Berjalan ke arah lapangan untuk mengikuti upacara bendera. Dengan pikiran yang terus terpaku keoada April dan sepatu pilihannya.
***
Bel istirahat berbunyi sejak lima menit yang lalu. Maka di sinilah April dan keempat sahabatnya, menghabiskan waktu istirahat di area kantin. April tengah asyik menikmati semangkuk bakso sampai tiba-tiba Hani memukul jidatnya sendiri. Membuat April, Resta, Mita dan Nadia melihat ke arahnya. Cukup heran melihat Hani yang seperti sedang berpikir. Mengingat jika gadis itu paling malas untuk berpikir.
"Itu ... sepatu! Siapa yang ngasih lo sepatu Pril?”
"Uhuk uhuk." April segera menyambar gelas yang disodorkan Nadia. Meminum isinya hingga tandas. Saat batuknya reda, April menyimpan gelas kemudian menggebrak meja dengan keras. Membuat keempat sahabatnya terkejut. Begitu juga dengan beberapa orang yang duduk di meja dekat mereka. Tampak penasaran dengan apa yang terjadi.
"Bisa enggak sih kalian tuh gak usah kepo sama urusan gue?" tanya April sinis. "Gue cuma dikasih sepatu. SEPATU HAN! Dan lo bisa bikin gue mati keselek karena kekepoan lo itu. LO MAU BUNUH GUE HAH?!"
April menghembuskan nafasnya kasar sebum berlalu dari sana. Nafsu makannya sudah hilang dan kalau dia tetap di sana, dia takut tidak bisa mengontrol emosi.
Sementara itu Rian menatap punggung April yang keluar dari kantin. Dia melihat semuanya. Betapa marahnya gadis itu ketika ditanya tentang sepatu pemberiannya. Rian berpikir, apa ada yang salah dengan sepatunya sampai April semarah itu. Mungkin ini alasan gadis itu tidak membalas pesannya.
Sementara itu April langsung berjalan menuju rooftop sekolah. Dia ingin menenangkan diri. April tidak benar-benar marah pada Hani. Tidak ada yang tahu saat Hani menanyakan tentang sepatu itu, April langsung teringat dengan Rian. Dan itu membuat jantungnya kembali bekerja dengan tidak normal seperti saat mereka sedang di pantai. Ekspresi marah dan bentakan yang dikeluarkan April hanyalah bentuk pengalihan. Setiap mengingat Rian, April merasa ada yang aneh dengan dirinya.
Begitu tiba di rooftop April duduk di sofa panjang yang memang sudah disediakan untuknya. April yang meminta kepada Opanya. Matanya terpejam, lalu beberapa kali menghela napas. Sedikit merasa bersalah karena telah membentak Hani saat di kantin.
Sekitar lima menit kemudian April merasakan pergerakan di sampingnya namun tidak membuatnya membuka matanya. Kira-kira sudah bisa menebak siapa orang yang ada di sampingnya. Orang itu pun hanya diam memperhatikan wajah April. Dia merasa April perlu waktu untuk menenangkan setelah kejadian di kantin barusan.
"Pril." Setelah dirasa April cukup tenang, dia mencoba untuk bersuara.
"Hmm." April bergumam tanpa membuka matanya, dari suaranya dia langsung tahu siapa itu
"Mau cerita?"
April membuka matanya yang terpejam lalu menoleh pada Leo, sebelum menggeleng. "Nanti ya."
"Sini." Leo menepuk-nepuk pundaknya. Mengisyaratkan April untuk mendekat. April menurut, menyandarkan kepalanya di bahu Leo. Tangannya memeluk Leo dari samping.
Tidak ada suara yang keluar di antara mereka. Sampai kemudian Leo sadar jika April tertidur. Dengan perlahan dia membenarkan posisi tidur April. Meletakan kepala April di pahanya sebelum turut memejamkan matanya. Sepertinya mereka harus bolos satu mata pelajaran.
***
"Errghh." April mengerang pelan dengan tubuhnya yang menggeliat. Segera bangun dari posisinya menjadi duduk. Mengucek matanya beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Leo sendiri sudah bangun sejak lima menit yang lalu, dia sengaja tidak membangunkan April.
"Mau balik ke kelas?" tanya Leo.
"Hmm."
"Masih ada pelajaran terakhir. Lo mau gue anter ke kelas?"
"Enggak usah. Gue bisa sendiri. Lo juga balik kekelas kan?"
"Iya."
Keduanya lalu berpisah untuk menuju kelas masing-masing. April berharap tidak harus bertemu dengan Hani untuk hari ini. Masih kesal dan merasa bersalah di saat bersamaan
***
Hay lagi semua. Part 12 selesai direvisi dan langsung di-update. Cerita ini sudah selesai dan sedang dalam proses revisi ya. Jadi kalau kalian masih menemukan typo-typo cantik, tolong ditandai ya man-teman.
Untuk pembaca baru atau yang mungkin membaca ulang cerita ini tapi belum vote, yuk tekan bintangnya di sebelah kiri. Gratis kok guys.
Komennya Juda jangan lupa yuk. Aku selalu tunggu komen-komen kalian loh.
Oh iya, jangan lupa juga untuk follow akunku ya.
Sampai jumpa di part selanjutnya ya guys bye bye 👋👋😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top