3. Asisten

Semua orang sudah selesai dengan makan malamnya ketika Adrian mulai membahas masalah pengawal.

"Kalian boleh pilih satu orang, siapapun itu untuk jadi pengawal dan asisten pribadi kalian," ucap Adrian melirik Pras, April, dan Leo bergantian sebelum menyela, "kecuali Harun."

Ekspresi kecewa jelas terpancar dari ketiganya. Selama ini mereka sudah terbiasa dengan Harun. Harun, bisa dibilang pengasuh dibandingkan dengan asisten. Hampir semua kebutuhan ketiganya disiapkan oleh Harun. Termasuk masalah yang mereka buat bisa dengan mudah diselesaikan oleh lelaki yang seharusnya bekerja untuk Adrian. 

Selama ini, Adrian yang membayar Harun tapi Harun lebih banyak mengurusi masalah anak-anaknya. Bukan berarti Adrian perhitungan, hanya saja disaat seharusnya Harun bekerja, seringkali diinterupsi oleh anak-anaknya. Adrian mengerti jika mereka sudah terbiasa dengan Harun. Tapi tidak bisa terus seperti ini. Jadi lebih baik mereka memiliki satu orang sebagai asisten pribadi mereka sendiri.

Adrian tahu Harun jadi kandidat tunggal yang akan menjadi pilihan Pras, April dan Leo. Maka Adrian sudah mengingatkan diawal Harun tidak termasuk kedalam pilihan mereka. Tujuannya ingin membuat Harun fokus pada pekerjaan yang diberikan olehnya. Dan itu tidak akan terjadi kalau masih mengurusi masalah anak-anak.

Dan disaat paduka sudah membuat keputusan, tidak ada yang berani mengatakan ketidaksetujuannya selain  pasrah menerima. Jadi mereka hanya bisa saling lirik untuk menyuarakan pendapat mereka masing-masing lewat tatapan yang tidak bisa dimengerti orang biasa.

Pada akhirnya mereka mengikuti Adrian ke Green Area termasuk Rian dan Gio. Mereka langsung menuju ke ruang materi. Sudah ada Harun yang menunggunya disana. Begitu tiba, mereka mengambil posisi duduk masing-masing. 

Harun membagikan sebuah map kepada masing-masing orang yang ada disana. Yang begitu dibuka menampilkan sederet nama yang sekiranya cocok untuk menjadi asisten dari tuan juga nonanya. Rian pun ikut membaca daftar nama itu dan protes jelas tergambar diwajahnya.

"Kenapa lebih banyak laki-laki?" 

Serempak semuanya menatap Rian. April bahkan memutar mata mendengar pertanyaan itu. Cemburu dan posesif itu, sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari Rian.

"Ini bukan tempat yang tepat untuk cemburu." Adrian menutup map ditangannya lalu menatap Rian.

Rian tidak bersuara lagi. sadar protes nya tidak akan dianggap. Ia hanya bisa berharap April akan memilih perempuan sebagai asistennya. Ia merasa lega saat saat April menyebutkan nama sebagai asisten pribadinya, Diandra Leandro.

Setelah April memilih, giliran Pras dan Leo. Tak butuh waktu lama untuk mereka memilih. Meski mengharapkan Harun, mereka sudah pasti punya orang lain yang bisa sesuai dengan keinginan mereka. Jadi begitu selesai menyebutkan nama pilihan masing-masing, selanjutnya tiga orang masuk kedalam ruangan yang mereka tempati. Dan ketiganya laki-laki.

Ketiga orang itu langsung mengambil posisi dibelakang tuan dan nona masing-masing. Dan Rian melotot saat dibelakang April berdiri seorang lelaki yang berusia satu atau dua tahun dibawahnya. Terlalu terkejut hingga tidak bisa berucap, membuat Rian kembali melihat daftar nama dan mengingat nama yang disebutkan April. Siapa tahu ada yang salah dengan pendengaran atau penglihatannya. Tapi, ia tahu kalau dirinya tidak setua itu sampai lupa apa yang baru saja April katakan. Tapi Diandra ... Untungnya Leo bertanya membuat pikiran Rian teralihkan. Karena sejujurnya Rian sudah tidak bisa lagi berpikir.

"Kenapa kak Gio enggak pilih juga?" 

"Gio sudah punya asisten sejak di Inggris."

Yah, itu menjelaskan pertanyaan Leo. Sebelumnya Gio dan orang tuanya tinggal di Inggris untuk mengurusi perusahaan yang baru dirintis oleh Adlain Azhair, ayah Gio dan Leo yang terkena masalah. Tapi sejak dua Minggu yang lalu, Mereka sudah kembali tinggal di Indonesia, tepatnya dirumah ini. Keadaan perusahan dibidang farmasi yang dikelola oleh Adlain dan Gio itu, sudah stabil. Untuk selanjutnya akan ada orang kepercayaan keluarga yang  mengurus perusahaan itu. Jadi mereka bisa tinggal bersama lagi. Keluarga ini tampak lengkap kecuali Andreas Azhair, ayah Adrian, sekaligus kakek dari April, Pras, Gio dan Leo. Lelaki yang punya empat cucu itu memilih untuk tinggal dirumah lama mereka, agar bisa terus tinggal bersama kenangan saat dengan isterinya dulu.

Azhair tidak hanya punya satu rumah. Keluarga kaya itu bukan hanya sebuah sebutan belaka. Nyatanya keluarga mereka memiliki berbagai properti yang tersebar di Indonesia, juga beberapa negara lain. Dan hal itu ladang Rian tidak percaya diri. Apa yang bisa dibanggakannya didepan gadis yang sedang berbicara dengan lelaki yang berdiri dibelakangnya. Jadi benar kalau namanya Diandra. Rian pikir April akan memilih perempuan.

"Namanya tadi Diandra? Lo tahu dia laki-laki, Pril?" tanya Rian ketika ketiga orang terpilih, Adrian dan Harun pergi meninggalkan ruang materi.

Pras mendahului April untuk menjawab. "Menurut lo, kita akan pilih orang asal?"

Jelas tidak. Itu berarti mereka sudah mengenal baik bagaimana orang yang akan mereka pilih. Tapi kenapa laki-laki semua yang mereka pilih.

"Diandra dari bahasa Yunani berarti anak laki-laki kedua, Leandro berarti berani. Anak laki-laki kedua yang pemberani." Pras menjelaskan tanpa diminta. Cukup untuk membuat Rian mengerti kalau nama yang biasa dipakai untuk perempuan di Indonesia itu, punya arti lain dalam bahasa Yunani.

"Gue keluar duluan, ada urusan sama Andra." Tanpa menunggu balasan, April keluar dari ruangan itu.

Meninggalkan Rian yang berdecak tidak suka melihat kepergian April. Kemudian bertanya kepada siapapun yang akan menjawab pertanyaannya. "Kenapa April pilih dia?" 

"Selain bakatnya yang menutupi kekurangan April, Andra tidak memalukan untuk diajak pergi," jawab Gio, sengaja memanasi.

"Kenapa dia menutupi kekurangan April? Terus emangnya gue malu-maluin gitu?"

Pras memandang Rian dengan malas. Setelah dua bulan berlatih, dan beberapa bulan mengenal, sahabatnya itu masih belum tahu kekurangan April. Padahal ini hal dasar dan seingatnya, ia sudah pernah memberitahu Rian.

"Hari pertama lo tinggal disini, gue kirim peta Green Area dan data orang rumah. Jangan bilang lo enggak baca itu? Kalau mau tahu jawabannya lo harus baca itu."

Pras berdiri begitu selesai bicara, meninggalkan ruangan itu menyisakan Rian dan Gio. Gio menekan tombol didepannya, menggerakkan jemarinya begitu layar hologram muncul. Kemudian memperbesar layar itu ke dinding kaca agar Rian mudah melihatnya.

"Ini data pacar lo, Kak. Lo harus tahu." Gio menepuk bahu Rian sebelum pergi.

Kini diruangan itu hanya tersisa Rian seorang. Memandangi dinding kaca yang sudah penuh dengan informasi mengenai April. Sebelum membacanya, Rian terlebih dahulu menekan tombol didepannya. Tidak kesulitan karena sebelumnya sudah pernah mempelajari teknologi diruangan ini bersama Harun. Memilih mana yang akan ia lihat terlebih dahulu.

Akhirnya Rian memilih informasi paling dasar dari awal gadis itu lahir. Selama ini Rian pikir April lahir di bulan yang sama dengan namanya. Ternyata gadis itu lahir pada tanggal dua dibulan maret. Dan apa ini, April lahir di Italia. Raditha berarti kebahagiaan, Aprilia adalah salah satu nama kota di Italia. 

"Kebahagiaan di Italia, itu arti namanya." Rian berucap pelan. Baru tahu arti dari nama gadis yang dicintainya. 

"Waktu kita lagi liburan, mama yang lagi hamil besar maksa pengen ke Italia padahal dokter juga ngelarang. Tapi papa enggak bisa nolak, jadi yah, kita pergi." Entah sejak kapan Pras kembali masuk keruangan ini dan menjelaskan tanpa diminta. Yang jelas Rian mendengarkan apapun yang sedang diceritakan Pras.

"Kejadiannya cepat, saat peluru itu hampir melukai papa tapi justru mama yang tertembak."

"Tante nyelametin om?"

Pras mengangguk sebagai jawaban, "Entah berapa jam mama di ruang operasi, dan saat April lahir juga mama selamat, itu jadi kebahagiaan buat kita semua. Kelahirannya membawa kebahagian, Yan."

"Ya, enggak cuma untuk keluarga kalian. April juga memberikan kebahagiaan untuk hidup gue."

Pras tersenyum mendengar ucapan Rian. Sepertinya sahabatnya itu sudah benar-benar jatuh cinta kepada adiknya.

"Ini fotonya waktu kecil?"

 Pras menatap layar saat Rian bertanya. Disana seorang anak perempuan tersenyum lebar-menampilkan gigi depannya yang ompong-sedang berpose dengan mainan pistol alih-alih boneka. Yah, April memang seluar biasa itu sejak kecil.

"Meskipun ompong, April emang udah cantik dari kecil."

Tangan Pras terasa ringan saat terayun untuk memukul kepala Rian. Sontak membuat Rian memekik dan memegangi kepalanya. Melindungi kepalanya, takut Pras akan kembali memukulnya lagi.

"Sekarang gue bener-bener yakin lo itu pedofil. Lihat foto waktu kecilnya aja, yang giginya enggak ada separo itu lo bilang cantik. Ck ck." Pras menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tak habis pikir bagian mananya dari April berusia lima tahun yang terlihat cantik.

"Selama itu April, enggak masalah kalau gue harus jadi pedofil sekalipun."

Pras bergidik ngeri, tidak menyangka jika Rian, orang yang hidupnya hampir lurus itu bisa menjadi begitu menjijikan karena adiknya. Apasih yang membuat Rian sebegitu sukanya dengan April. Well, menurut Pras, selain cantik April tidak punya kelebihan lain sebagai seorang perempuan. Keahlian April berkelahi dan menggunakan senjata tak akan bisa dipakai di dapur.

"Bentar deh, ini pistol asli ya?" Tanya Rian setelah melihat foto itu cukup lama

"Menurut lo?" Pras mengangkat alisnya, balik bertanya.

"Asli," gumam Rian pelan sekaligus tidak percaya. Siapa yang akan percaya jika yang memegang pistol itu anak kecil berusia sekitar lima tahunan, perempuan lagi. Awalnya ia kira April memegang pistol mainan. Ternyata ... Rian menggelengkan kepala, sekarang Rian ragu April punya boneka atau mainan perempuan dikamarnya.

"Akurasi tembakannya empat puluh tujuh persen, waktu pertama kali April menembak. Saat itu usianya tujuh tahun. Dan April belajar bela diri sejak umur enam tahun. Satu tahun lebih lambat dari gue." Jelas Pras yang membuat Rian melongo. Ekspresi bodoh diwajah Rian benar-benar menghiburnya.

Rian yang laki-laki saja baru belajar bela diri saat SMP, tapi April malah sejak usia enam tahun. Dan soal menembak, Rian baru berkenalan dengan pistol dan sejenisnya sekitar lima tahun yang lalu. Wah, pacarnya ini memang bukan perempuan biasa.

"Wah, April yang kayak gini aja masih punya kekurangan, gimana gue?" Rian berkomentar setelah melihat beberapa video saat April berlatih. Dari umur enam tahun sampai sekarang.

"Enggak ada manusia yang sempurna, Yan. Lihat deh," Pras menjeda video yang sedang terputar. Video saat April berlatih dengan seseorang yang Rian tidak tahu siapa. "April beberapa kali gagal mengantisipasi serangan dari arah kiri. Serangan dari kaki kanannya juga kurang optimal. Akurasi tembakan tangan kirinya hanya sembilan puluh empat persen. Dan April hanya bisa menggunakan jenis senjata yang ukurannya kecil. Well, April punya banyak kekurangan sebenarnya. Dan Andra cukup bisa melengkapi kekurangan itu." Pras menekan tombol play, membuat video itu terputar kembali. Kemudian ia meninggalkan Rian, agar lelaki itu bisa melihat informasi tentang April dengan lebih tenang.

***

Diandra Leandro, hanya seorang remaja kurus berusia enam belas tahun saat April menemukannya di Singapura, sekitar enam tahun yang lalu. Kala itu April sangat ingin tertawa ketika melihat Andra berusaha menolongnya dari gerombolan preman, saat dirinya terpisah dari orangtuanya. Karena bukannya menolong, justru April lah yang harus menolongnya. Andra tumbang hanya dengan beberapa pukulan. Sungguh merepotkan.

Tapi Sekarang remaja kurus itu sudah menjelma menjadi laki-laki tangguh yang sudah bisa melindungi April. April tidak tahu bagaimana ceritanya Andra bisa sampai ke Singapura. Yang jelas lelaki keturunan asli benua Eropa itu sudah terlantar di Singapura selama dua tahun.

Tadinya April akan meninggalkan Andra di rumah sakit Singapura, tapi setelah tahu Andra sebatang kara, mamanya dengan jiwa keibuan yang besar itu malah mengajaknya ke Indonesia. Andra disekolahkan juga dilatih di green area. Lelaki itu cepat belajar, baik pelajaran disekolah hingga pelatihan di green area. 

Melihat perkembangan Andra, April memutuskan untuk memilihnya. Selain karena usia mereka yang tidak terlalu jauh, sikap Andra tidak terlalu kaku. Tidak seperti pengawal lain yang bersikap terlalu segan padanya. bh

"Ini yang kamu cari."

Suara Andra mengalihkan perhatian April yang langsung menerima berkas dari tangan Andra. Membuka lalu membaca informasi yang ada disana. April mengangguk beberapa kali sebelum menutup berkas itu dan menyimpan dimeja yang berada disampingnya.

"Aku mau rekam medis Bayu dari yang terlama."

"Kamu sepertinya sudah tahu. Tapi kenapa masih perlu rekam medis nya?"

"Aku hanya ingin memastikan beberapa hal. Duduklah!" April menunjuk kursi disebelahnya. 

Andra menurut dan duduk disamping April. Matanya memandang ke kolam renang besar di green area. Air di kolam dengan kedalaman lebih dari lima belas meter itu tampak tenang, tapi menghanyutkan. sama seperti gadis disampingnya. Ketenangan yang terlihat itu akan menipu hingga menenggelamkan siapun yang berusaha menyelaminya. Termasuk dirinya.

"Katanya ada perempuan yang menyukaimu?"

Andra menoleh menatap April bingung sebelum berseru menjawab. "Ah! Dia hanya mahasiswi brutal yang menyebalkan. Lagipula aku punya seseorang yang kusukai."

April menghela nafasnya, sudah tahu arah pembicaraan ini. "Aku tidak bodoh Andra, tapi aku tidak bisa melakukan apapun untuk itu."

"Kamu tidak perlu melakukan apapun. Cukup biarkan aku menyukaimu seperti ini. Biarkan aku yang menanggungnya sendiri. Jangan menyuruhku untuk menghilangkan perasaan ini. Karena percayalah aku sudah melakukannya sejak dulu jika bisa."

April tidak membalas ucapan Andra. Andra menyukainya, ia tahu hal itu. Salah satu kelebihan nya bisa membaca karakter seseorang dengan mudah. Jadi kalau hanya perihal perasaan, dia bisa mengetahuinya dengan mudah. Dan seperti permintaan Andra, ia akan memenuhinya. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Tapi tentu saja April tak akan membiarkan Andra terus menyukainya. Andra berhak bersama perempuan lain yang juga menyukainya. Terlebih lagi bahaya kalau sampai Rian tahu. Pacarnya dengan tingkat kecemburuan tinggi itu, entah apa yang akan dilakukannya kalau sampai tahu.

Yang April tidak tahu adalah Rian sudah tahu. Jaraknya berdiri saat ini dengan April, cukup untuk mendengar pembicaraan gadis itu dengan Andra. Tapi untuk sementara ini Rian tidak akan memperpanjang masalah ini. Jadi, dia memilih untuk berlalu. Ia yakin April punya alasan kenapa tetap memilih Andra sebagai asistennya.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top