Bab 33. Belajar dari Mana?
Gaess, chapter ini cuma diisi ++ 🤣🤣
Tolong bijak yes 😂
Happy reading ~
***
Malam ini Adam, Alara, dan juga Ara memilih untuk menghabiskan waktu keluarga. Jam sudah hampir menunjukkan pukul setengah sepuluh malam namun Ara tampaknya masih belum ingin terlelap. Ia sedang meminta izin ayahnya untuk melaksanakan pesta ulang tahunnya.
"Jadi, kamu mau dibikin pesta?" tanya Adam pada putri semata wayangnya ketika mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
Ara mengangguk. "Mama udah bilang mau siapin pesta buat Ara. Ya kan, Ma?"
Alara yang sedang memakan buah apel mengangguk seketika. "Iya, Pa. Mama udah janji sama Ara."
Mendengar hal itu Ara tersenyum. Ia kembali melirik ayahnya dan bertanya. "Boleh 'kan, Pa?"
Adam menyisir rambut dengan jemarinya ke belakang. Siang tadi ia baru saja memangkas rambutnya yang mulai panjang kini sudah terpotong rapi di sisi kiri dan kanan. "Kalau Mama sudah bertitah, Papa akan menurut. Tapi-" Adam memberikan syarat pada putrinya. "Tidak sampai larut malam."
"Oke, Pa!" Ara segera berlari ke kamar setelah izin untuk membuat pesta ulang tahunnya di setujui oleh kedua orang tuanya.
Tiba-tiba saja, Adam menarik tangan Alara membuat wanita itu berada di pangkuannya. Sejak tadi Alara terlihat menggemaskan di matanya hanya saja dia menahan hasratnya karena Ara berada disana.
"Mas!" pekiknya tidak percaya.
Tangan Adam bergerak ke tengkuk Alara, menahannya disana sementara bibirnya mulai mencicipi bibir Alara yang memabukkan untuknya.
Alara segera mendorong dada suaminya dan berkata. "Kalau dilihat Ara bagaimana?" tanyanya namun diabaikan oleh pria itu.
Adam kini membuka dua kancing piyama istrinya, menampilkan bra hitam yang membuat hasratnya semakin menggebu bahkan Alara merasakan milik suaminya yang menegang dibalik celana pendek lelaki itu.
Tangan Adam kini menelusup ke balik baju Alara. Meremas dada istrinya dengan pelan sementara bibirnya mengecup leher Alara.
"M-as, nanti Ara li-hat."
"Sebentar saja, sebelum kita pindah ke kamar," bisik Adam dengan suara berat.
Tak lama terdengar langkah kaki Ara yang mendekat.
"Mas, lepasin aku!"
Adam seketika menjatuhkan kepala di bahu istrinya dan bergumam. "Nanggung, Ra."
Alara berdecak, lalu menarik diri dari suaminya dan mengancingkan kembali pakaiannya. Sementara Adam langsung beranjak ke kamar setelah berkata, "Mas tunggu di kamar."
Ara kembali dengan senyuman di wajahnya. "Ma, ini aku udah tulis teman-teman yang mau aku undang."
Alara menerimanya. "Oke Mama simpan. Sekarang kamu tidur ya, udah jam sepuluh tuh."
"Oke Ma, good nite."
"Nite, Sayang."
Setelah memastikan Ara masuk ke dalam kamarnya, Alara segera mematikan semua lampu menyisakan lampu remang-remang. Ia lalu langsung kembali ke kamarnya dan disana suaminya sedang duduk sambil memangku laptop.
"Ara sudah tidur?"
Alara mengangguk lalu menyimpan catatan yang diberikan oleh Ara padanya sebelum bergabung dengan suaminya di ranjang.
"Berarti udah bisa dong?"
Alara melebarkan mata tidak percaya. Terkadang suaminya ini merengek seperti anak kecil ketika meminta jatah.
"Mas, aku lagi hamil muda. Nanti kenapa-napa gimana?" Karena ia tahu ketika bercinta dengan suaminya, Alara pasti akan selalu merasakan sakit pinggang setiap pagi mengingat betapa dominannya pria ini.
Adam langsung cemberut seketika. "Ya sudah."
"Mas ngambek?" tanya Alara sambil terkekeh kecil.
"Iya!" Adam menyahut ketus.
Alara seketika berdecak. "Ck, seandainya anak kampus tahu sikap Mas bisa merajuk gini, mereka nggak akan percaya."
Adam tidak menjawab dan dengan sengaja mendiamkan Alara. Tidak, ia tidak marah hanya ingin mengerjai istrinya saja.
"Mas, jawab dong!"
Adam masih tetap diam.
Alara seketika memainkan kedua jemarinya dan tiba-tiba saja mulutnya berkata. "Gimana kalau aku puasin cara lain?"
Adam terlihat tertarik namun tetap mempertahankan wajah datarnya padahal ia benar-benar ingin tertawa melihat wajah istrinya seperti takut-takut. "Caranya?"
"Eum," Alara menggigit bibir bawahnya sebelum ia kini memindahkan laptop dari pangkuan suaminya ke atas nakas samping tempat tidur.
Adam hanya diam dan membiarkan istrinya kali ini yang bekerja sementara dia hanya akan bertindak sebagai submissive.
Alara memilih duduk di pangkuan suaminya. "Angkat tanganmu, Mas."
Adam menurut. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas dan kesempatan itu digunakan Alara untuk melepas kaos oblong suaminya. Alara melemparkan kaos putih suaminya ke sembarang arah.
Jemarinya bergerak menelusuri dada bidang nan keras milik Adam membuat pria itu mengerang seketika.
"Ra," gumamnya pelan mencoba menahan tangan Alara. "Kamu mau nyiksa aku?" tanyanya setengah kesal.
"Enggak!" sahut Alara cepat. "Mas diem aja."
Lagi-lagi Adam membiarkan istrinya bergerak. Kali ini Alara menggunakan lidahnya untuk bermain. Ia mulai mencium bibir suaminya sekadarnya karena jujur saja ciumannya masih sangat buruk namun semenjak menikah setidaknya ia sudah belajar dari bagaimana cara pria itu menciumnya.
Adam menahan tengkuk Alara saat Alara hendak melepaskan ciuman mereka. Ia tidak rela melepaskan ciuman itu namun Alara dengan tegas segera melepaskan. Keduanya terengah-engah, namun Alara kembali melanjutkan permainannya. Ia mengecup leher suaminya kemudian turun ke dada sang suami.
Tangan Adam bergerak meremas rambut Alara saat wanita ini menggodanya. Ia benar-benar tidak tahan lagi!
Alara terus menurunkan ciumannya sampai ke pusat pria itu. Tangan Alara bergerak membuka boxer suaminya dengan mudah. Seketika, Alara menelan salivanya mengingat betapa besarnya milik sang suami. Alara mengelusnya pelan membuat Adam semakin menderita.
"Sayang, please..."
Alara tersenyum kecil kemudian mencoba memainkan milik suaminya dengan lidahnya.
"Ahh, shit!" bisik Adam lalu kembali meremas rambut istrinya dan menuntunnya secara perlahan agar wanitanya tidak tersedak dengan miliknya walau beberapa kali Alara merasakan penuh. "Love," seru Adam sambil mendesah kenikmatan karena permainan istrinya.
Memainkannya beberapa menit sampai Adam akhirnya ingin mencapai pelepasannya. Ia melepaskan rambut Alara. "Lepas, Love."
Alara mengernyit. "Kenapa?"
"Mas nggak mau kamu keluar di mulut kamu. Mulut kamu terlalu berharga untuk menelan ini."
Alara menurut, ia melepas dan kemudian memainkan milik suaminya dengan tangannya hingga tak lama, Adam mendapatkan kepuasan atas gairahnya sebelumnya.
Adam terengah. Ia berusaha mengatur napasnya pendek-pendek kemudian menarik Alara dalam pelukannya dan bertanya. "Belajar dari mana kamu?"
"Pengalaman kita sendiri," sahutnya enteng membuat Adam langsung menarik pelan hidung istrinya.
"Giliran ginian kamu pinter, tapi pelajaran -" Adam menggeleng karena tidak sanggup melanjutkan.
"Apa? Mau bilang aku bodoh?"
Adam lagi-lagi tersenyum tanpa menjawab. Ia semakin erat mendekap istrinya. "Nggak pa-pa. Setidaknya ada hal yang bisa kamu lakukan."
"Mas jahat!" seru Alara tidak percaya.
"Haha-" Adam mengecup puncak kepala istrinya dan berkata. "Mas sayang kamu, Ra. Apapun yang terjadi ke depannya, tetaplah berada disisiku ya?"
"Iya, Mas." Alara lalu menengadah sambil mengecup rahang pria yang sudah ditumbuhi bulu-bulu. "Aku juga sayang sama Mas."
Keduanya kembali berciuman dengan dalam dan penuh perasaan.
***
TuBeCulosis.
Guys, baca cerita baruku juga yaa, tenang masih edisi "duda"..
Judulnya " My Dusen is Killing Me!"
Jangan lupa vote dan komen yaaw 🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top