tujuh


* A baru sadar kalo janji 2 bab di bab5 || bab ini didedikasikan u/ @LesiDatuok yang baik banget kasih masukan dan komen terbanyak *

ANDIN

Andin berusaha keras menahan tawanya. Bosnya bungkam tidak berkutik akibat semua komentar Damon dan cara Damon tidak menggubris London Star, wanita bosnya yang paling baru, dan justru memusatkan seluruh perhatiannya pada Andin. Meskipun Andin harus mengakui bahwa London memanglah wanita yang amat cantik. Gadis itu sempat melirik punggung London yang terbuka dan melihat tidak ada satu pun noda atau selulit di kulit telanjang wanita itu, sesuatu yang tidak bisa Andin katakan tentang dirinya sendiri. Namun ia dengan cepat menepis rasa insecure-nya. Lagi pula, bahkan dengan begitu banyak hal indah yang dipajang oleh London dan tersedia untuk Sebastian, mata pria itu tetap terkunci dengan aman pada setiap gerakan Andin. Itu sendiri sudah bisa dianggap sebagai pujian tertinggi yang pernah ia dapatkan dari bosnya.

"Miss Williams, kau duduk di sebelahku. Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!"

Perintah Sebastian amatlah jelas dan sepertinya pria itu bahkan tidak peduli bahwa dirinya secara tidak sengaja telah membuat gadis itu malu dengan menyuruh-nyuruh Andin ketika mereka jelas-jelas sedang berada di pesta seperti ini. Punggung Andin langsung menegang. Sekali lagi Sebastian berhasil membuatnya kesal dan merendahkannya. Satu hari lagi, Andin berkata pada dirinya sendiri, hanya satu hari lagi, dan besok aku akan menyerahkan surat pengunduran diriku and he can kiss my ass!

Begitu Sebastian duduk di kursi di sebelahnya, Andin bertanya dengan suara rendah, "Apakah ada sesuatu yang Bapak ingin saya lakukan untuk Bapak?"

Jawaban Sebastian singkat padat dan tidak bertele-tele. "Tidak."

"Lalu kenapa Bapak menyuruh saya untuk duduk di sini?" Andin tidak bisa memahami alasan di balik permintaan aneh sang bos. Tadi Sebastian jelas-jelas mengatakan bahwa pria itu ingin mendiskusikan sesuatu yang penting dengannya. "Bapak sendiri yang bilang pada saya bahwa saya berada di sini bukan untuk bekerja. Bapak secara spesifik menyuruh saya untuk bersenang-senang."

Meskipun sebenarnya Andin telah mengecek keadaan dengan penyelenggara acara, dan jika itu tidak disebut pekerjaan, gadis itu tidak tahu apa lagi sebutannya. Tetapi ia berdebat dengan dirinya sendiri bahwa ia hanya melakukan hal itu karena Jackie adalah temannya dan Andin ingin semuanya beres setelah kerja keras yang ia dan Jackie lakukan untuk mempersiapkan acara ini.

"Aku tidak memintamu untuk bekerja."

"Lalu mengapa saya harus duduk di sini di sebelah Bapak seolah-olah Bapak akan menggonggongkan perintah anytime soon?"

Alis Sebastian yang gelap terangkat, menantang gadis itu dengan tatapan mengejek. "Aku tidak pernah menggonggong perintahku."

"Oke, baiklah kalau begitu." Andin hampir kehilangan kesabaran dan berhasil menahan semuanya di dalam tanpa memperlihatkan kekesalannya. "Hal apa yang ingin Bapak bicarakan dengan saya?"

Bosnya terdiam sejenak dan ketika pria itu akhirnya membuka mulutnya, kata-kata yang keluar darinya membuat Andin terkejut. "You look stunning."

"Pardon?" Ia sudah pasti salah dengar kan? Mana mungkin bosnya yang cuek bebek dan tidak pernah mengindahkan penampilannya itu barusan memberinya pujian.

Mata pria itu menyipit curiga. "Apakah kau sengaja mencoba membuat aku mengatakannya dua kali, Miss Williams?"

"Tidak, saya hanya mengira saya salah dengar."

"Kau terlihat cantik," Sebastian mengulanginya sekali lagi sekaligus meyakinkan Andin bahwa gadis itu telah mendengarnya dengan benar pada kali pertama. "Apakah sangat aneh bagimu bahwa aku bisa menikmati kebersamaan denganmu di luar pekerjaan?"

Andin tidak bisa menahan diri untuk tidak memerah karena keterusterangan bosnya itu. "Bapak memiliki teman bicara yang lebih cantik dari saya," gadis itu menunjuk pada London Star yang duduk di sebelah kiri Sebastian dan tengah sibuk mengagumi ketampanan Damon. Andin merasa sedikit kasihan pada London, wanita itu tidak sadar bahwa ia hanya membuang-buang waktu belaka karena Damon hanya tertarik pada sesama jenis.

"That is for me to decide, Andin," gerutu Sebastian, suaranya yang rendah membuat punggung Andin merinding.

"Terserah Bapak saja," jawab Andin asal-asalan. "Kembali ke intinya sekarang, apa yang ingin Bapak diskusikan dengan saya? Saya tidak membawa buku catatan saya jadi saya khawatir saya harus mencatatnya di ponsel saya."

"Kenapa kau datang terlambat?" Untuk sejenak, tatapan Sebastian beralih dari wajah oval gadis itu dan berhenti pada Damon untuk beberapa saat sebelum kembali pada Andin. "Apakah karena dia?"

"Memang kenapa?" Andin bertanya balik, menolak untuk diintimidasi oleh tatapan mata atau sikap Sebastian. "Saya tidak sedang bekerja sekarang seperti yang Bapak katakan sebelumnya dan lagi beberapa menit yang lalu. Jadi saya tidak perlu menjelaskan apa-apa kepada Bapak." Andin mengambil gelas minumannya dari atas meja dan menyesapnya lama-lama untuk mengulur waktu. Tingkah Sebastian hanya membuat gadis itu bingung. Semua yang bosnya itu lakukan menimbulkan banyak tanda tanya. Termasuk bagaimana pria itu beringsut lebih dekat dan lebih dekat mendekati Andin seolah-olah gadis itu tidak akan menyadarinya.

Sebastian menatap Andin dengan tatapan intim yang nakal sembari melihat gadis itu minum. Mata biru samudera itu turun ke tenggorokan Andin dan kemudian meluncur turun lagi. Andin hampir tersedak ketika ia merasakan tatapan panas Sebastian berhenti di dadanya, tetapi entah bagaimana gadis itu berhasil meletakkan gelasnya kembali dan tetap bersikap tenang, berpura-pura bahwa ia terbiasa dengan perhatian pria pada tubuhnya.

Untungnya Damon ada di sana untuk menyelamatkan Andin dan meletakkan satu tangan posesif di bahu gadis itu sembari berkata, "Andin Mia Bella, apa kau masih sibuk? Aku merasa sangat kesepian di sini."

"Sorry, Damon." Andin menoleh ke kanannya dan mengabaikan bosnya seolah mata biru laut pria itu tidak tertuju sepenuhnya padanya. "Bosku sudah selesai berbicara denganku kok. Jangan khawatir, kau akan mendapat perhatian penuh dariku."

"Bagus. Lagi pula, aku adalah budakmu malam ini, Darling." Sekali lagi, Damon berhasil memasukkan isyarat seksual dan Andin mengerang dalam hati. "Aku sudah tidak sabar menunggu pesta ini selesai supaya aku benar-benar bisa mendapatkan perhatian penuh dan tak terbagi darimu."

"Me too," jawab Andin singkat sembari melebarkan matanya ke arah Damon dan berharap Damon akan menerima pesannya.

Cukup dengan gurauan Fifty Shades of Grey-nya, Damon!

Namun sepertinya temannya itu entah tidak tahu atau ingin mengabaikan pesan Andin karena Damon kembali berujar, "Satu malam nikmat bersamamu membuat segalanya worth it, Darling."

Andin menendang kaki Damon di bawah meja tapi itu justru membuat senyum Damon berubah menjadi seringai lebar yang nakal. Gadis itu mendengar gemerisik di belakangnya dan kemudian bosnya berbisik tepat di sebelah telinganya, "Aku belum selesai denganmu, Miss Williams!"

Kemudian bosnya berdiri dan beranjak pergi. Damon menatap Andin sambil mengulum senyum. "Dia termakan umpannya."

Andin hanya dapat menggelengkan kepala. "Entahlah, Dee. Dia terlihat sangat marah padaku."

"Bukan marah, lebih tepatnya dia sedang mendidih karena cemburu," koreksi Damon dengan nada penuh kemenangan.

* * * * * * *

A/N: dag-dig-dug kira2 si abang Sebastian bakal ngapain yak?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top