* tiga puluh enam
~ sesuai janji, update 5 beruntun ~
* u/ faith0207 yang bilang kalo andin menunggu singa bangun dan memang benar... *
"Kau tidak tahu bagaimana aku sudah menunggu sepanjang malam untuk dapat melakukan ini."
Mereka berciuman dengan penuh gairah, lengan Andin melingkari bagian belakang kepala pria itu, menariknya lebih dekat. Tubuh Andin yang setengah telanjang gemetar dalam pelukan panas laki-laki itu. Setelah begitu lama, ciuman panas itu mengalir deras di tubuhnya, mematikan indranya, membangunkan berbagai rasa di dalam diri Andin yang telah ia abaikan hanya Tuhan yang tahu berapa lama. Pria itu menyelipkan lidahnya ke dalam bibir Andin, dan dada Andin terasa sesak dan sakit, lututnya mengancam akan goyah. Ia meletakkan tangannya di bahu pria itu agar tidak jatuh dan memiringkan kepalanya ke samping. Bibir gadis itu terbuka, dan sentuhan licin dan hangat lidah pria itu seperti menjatuhkan korek api yang menyala di genangan bensin dan tubuh Andin terbakar. Ia ingin terbakar dan membuat pria itu terbakar bersamanya. Pria itu terasa seperti bir dan liquid sex dan Andin ingin melahapnya bak orang yang sudah berhari-hari berjalan di padang gurun yang kemudian menemukan sebuah danau. Erangan pelan keluar dari bibirnya, payudaranya terasa berat, dan putingnya mengencang karena kenikmatan. Semua pertahanannya telah melemah dan temboknya pembatasnya runtuh.
Sebastian menghentikan ciumannya untuk bertanya dengan kasar, "Dan menurutku kau pun begitu. Bukankah begitu, Andin?"
Untuk sesaat gadis itu lupa apa yang pria itu maksudkan dan otaknya sedikit membantunya.
"Ya," akhirnya Andin mengakui dalam kepahitan. Siapa yang ingin dibohonginya? Andin memang telah tertarik pada Sebastian ia dia bekerja pada pria itu baru sebulan dan seiring berjalannya waktu, rasa tertariknya tumbuh lebih besar dan semakin besar. Tetapi di samping itu, ia masih harus melihat wanita datang silih berganti, mereka lebih dari selusin jumlahnya, berjalan masuk dan keluar dari hidup Sebastian - dan tidak diragukan lagi, dari tempat tidur pria itu juga. Saat itulah Andin menyadari bahwa ia telah membuang-buang waktu dan akhirnya setuju untuk pergi ke kencan buta yang telah diatur oleh ibunya. Jika dirinya mau jujur, ia telah mencoba membayangkan Leroy sebagai Sebastian dan mungkin itu - dan tentu saja, perilaku lengket Leroy, adalah salah satu alasan hubungan itu tidak berhasil. Gadis itu telah siap untuk berdiri di belakang, menjadi Miss Andin Kemala Williams yang profesional dan selalu dipuji, jika saja pria itu tidak menghinanya dengan mengatakan bahwa pacarnya pasti seseorang yang membosankan.
Kemudian ciuman itu. Ciuman yang mereka lakukan di pesta ulang tahun Sebastian telah menghantui Andin. Kemudian ciuman mereka siang ini lalu ciuman lain di awal malam ini. Andin berbicara, tersenyum, melakukan perannya dalam kegiatan sosial malam ini dengan satu pikiran di benaknya, ingatan akan saat-saat di atas rakit dan sebelum mereka meninggalkan kamar mereka untuk makan malam di tempat Roberto. Gadis itu telah mencoba untuk menekan pikirannya yang berbahaya. Ia telah berulang kali mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan membiarkan Sebastian menyentuhnya lagi - namun sekarang ia tidak bisa lagi melawan Sebastian seperti ia tidak dapat melawan dirinya sendiri. Sensualitas yang telah ia lawan selama empat tahun memiliki upper hand dan Andin tidak memiliki kekuatan atau keinginan untuk menghentikan atau mengendalikan rasa lapar yang melandanya.
Pria itu mengangkat Andin seolah-olah gadis itu adalah seorang anak kecil, renda gaun tidurnya yang tipis tertiup ke atas memperlihatkan paha telanjangnya. Berjalan melalui jendela Prancis yang terbuka ke kamar tidur Andin, pria itu membaringkannya di tempat tidur. Andin merasa panas, namun menggigil, seolah-olah ia demam. Ia menatap Sebastian yang tengah berbaring di samping gadis itu dengan gairah di matanya yang gelap.
Menatapnya dengan kebiadaban yang beringas, pria itu berkata, "Sepanjang malam aku ingin menyentuhmu, untuk berduaan denganmu, dan aku harus menyaksikan kau tersenyum pada anak laki-laki itu dan membiarkannya menyanjungmu dan menggodamu. Bajingan itu bahkan meletakkan tangannya di pahamu, dan kau membiarkannya. Kau membiarkannya menyentuhmu. Apakah kau pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi?"
"Sebastian, kau membawaku ke sini untuk bersaikap ramah dengannya supaya dia akan menandatangani kontrak dengan kita," jawab Andin, mencoba memberi alasan tatkala pria itu menatapnya melalui bulu matanya yang terlalu lentik untuk seorang pria. Andin dapat merasakan kecemburuan pria itu dengan jelas - semuanya ada di wajah Sebastian dan suaranya yang tajam.
"Kadang-kadang aku tidak tahu apakah aku mengenalmu," pria itu berhenti dan menundukkan kepalanya untuk menciumnya sampai keduanya kehabisan napas. Setelah beberapa saat pria itu mengangkat kepalanya dan melanjutkan, "Jelas kau tahu bagaimana menangani anak laki-laki seperti dia," katanya dengan kesal. "Kau mengatakan tidak dan membuat mereka menginginkan lebih. Malam ini kau sengaja memacing Rob." Mata birunya yang tajam berkobar. "Tapi aku adalah targetmu sesungguhnya, bukan? Kau tahu betul apa yang kurasakan saat melihatmu bersamanya."
"Aku hanya bersikap ramah padanya," balas gadis itu, marah dengan tuduhan itu. "Itu yang kau inginkan, bukan? Di masa lalu kau telah mengkritikku karena telah bersikap terlalu kaku dengan klien. Kau mengisyaratkan bahwa kau ingin aku bersikap akomodatif dan luwes dengan artis pria seperti bagaimana kau dengan jelas bersikap pada artis wanita seperti London Starr, Patrice McLawrey, Elsa Turner, dan entah berapa banyak penyanyi, model, atau artis wanita."
Pria itu tegang dan menatap mata gadis itu. "Kau cemburu, Andin?"
Pertanyaan itu diucapkan dengan catatan yang membuat tulang punggung Andin merinding. Ia dapat membaca semangat dalam suara Sebastian bak kemenangan yang berdenyut, dan gadis itu duduk dengan marah. "Tidak," ia menyangkal. "Kenapa aku harus cemburu? Aku hanya merasa ngeri dengan caramu menggunakan pesonamu untuk membuat mereka menandatangani kontrak."
Penghinaan itu membuat Sebastian kaku selama beberapa detik, dan senyum mengejek tersungging di mulutnya. Andin merasakan getaran ketakutan saat ancaman di mata pria itu semakin dalam, tetapi sebelum ia bisa menjauh, tangan pria itu menemukan punggung kecilnya dan meluncur ke atas tulang punggungnya, mendesaknya lebih dekat. Pria itu memberikan tekanan lembut, menutup jarak di antara mereka sampai payudara gadis itu menempel di bagian depan jubah mandinya. Andin menyelipkan satu tangan ke sisi lehernya dan jari-jarinya menyisir rambutnya. Sebastian menekan tubuh kerasnya yang penuh dan panas ke tubuh gadis itu dan Andin merasakan hard length laki-laki itu di perut bagian bawahnya.
(( a/n hard length = ereksi )))
Kemudian sebelum gadis itu bisa memahami apa yang sedang terjadi, Sebastian mendorongnya mundur ke tempat tidur. Tangannya menangkup kehangatan payudara Andin yang setengah terbuka. Dan Andin mersakan gairah tumbuh kuat di dalam dirinya. Jari-jari pria itu mengencang, meremasnya tanpa ampun. Andin mengerang, kepalanya bergerak dari kanan ke kiri untuk protes.
Sebastian menarik ke bawah tali tipis gaun tidurnya dan membelainya perlahan. Di bawah kulit telapak tangan pria itu, putingnya mengeras. Andin bergerak dengan gelisah, mata gadis itu tertutup. Belum pernah ada pria yang menyentuhnya seperti ini sebelumnya. Rasa manis yang pedih dan menakutkan itu baru baginya, dan ia berjuang untuk mencapai kemampuan untuk menolak pria itu yang hilang. Terengah-engah, ia mendorong tangan keras pria itu, terkejut ketika pria itu tidak menghentikannya. Membuka matanya, gadis itu menegang ketakutan ketika ia menyadari bahwa pria itu tengah melepaskan ikat pinggang jubah mandinya.
"Tunggu!" kata Andin dengan sengit. "Aku tidak bisa melakukan ini."
"Ayolah, Andin. Kau tahu kau menginginkanku," kata Sebastian di antara giginya yang terkatup. "Kau telah mengakuinya. Jangan main-main denganku sekarang, Andin. Ini nyata. Dan sekedar informasi saja, aku juga menginginkanmu. Aku telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan mandi air dingin dan lebih jauh lagi, sejak sore ini, ketika kita berada di rakit, aku menginginkanmu lebih dari wanita mana pun yang pernah kuinginkan dalam hidupku. Jika kita tidak harus pergi makan malam, aku pasti memilikimu di sini tadi. Sekarang saatnya tiba, kau bisa melihat betapa kerasnya hard length-ku.."
"Dengar, kurasa aku terlalu banyak minum anggur, Sir," kata Andin dengan getir. "Itu hanya kehilangan kendali sesaat. Aku tidak ingin tidur denganmu. Aku tidak menginginkanmu, Sir. Aku bekerja untukmu. Bukan seperti ini yang aku inginkan dari hubungan kita."
"Itu bukan dikarenakan anggurnya," kata Sebastian singkat. "Dan aku bersumpah, jika kau melontarkan alasan yang sama tentang aku menjadi bosmu lagi, aku akan menelepon bagian HRD sekarang dan kau akan diberhentikan seketika." Pria itu menutup jarak di antara mereka dan ekspresinya melunak. "Itu bukan masalah alkohol. Kau menginginkanku sama seperti aku menginginkanmu. Sesimpel itu, Andin."
Andin berjuang saat tubuh pria itu melengkung di atasnya, tetapi ia tidak mampu melawan kekuatan yang Sebastian gunakan untuk menaklukkannya. Dan meskipun berat tubuh pria itu menindihnya ke tempat tidur, ciumannya lembut seolah-olah ia mencoba make love dengannya. Seolah-olah ini bukan hanya seks yang panas dan penuh gairah.
Dipenjara oleh paha yang keras dan berotot, gadis itu memutar dan berbalik untuk mencoba melarikan diri. Dirinya bisa melawan Sebastian jika pria itu menjadi kasar dan biadab, jika ia kejam dan menyakitinya, tetapi pria itu tidak melakukannya. Alih-alih pria itu menciumnya dengan lembut. Dan Andin tidak berdaya untuk melawan tubuhnya sendiri yang perlahan bergetar di bawah ciuman laki-laki itu. Gelombang gairah yang memusingkan naik ke kepalanya. Perlahan-lahan perlawanannya berhenti. Disertai erangan bibir Andin akhirnya terbuka, dan lidah pria itu dengan lembut menyentuh kelembutan bagian dalam bibirnya.
"Listen, aku minta maaf jika aku jahat atau jika aku mengatakan sesuatu yang mungkin menyakitimu," bisik pria itu lembut di mulutnya. "Aku tidak ingin menyakitimu, Andin. Tapi tolong, jangan melawanku. Berhentilah berpura-pura. Kita berdua tahu kau menginginkannya sama sepertiku, please, beri ini kesempatan - beri kita kesempatan."
"Sebastian," Andin mengerang, suaranya menyiratkan pesannya sendiri tentang penyerahan total. Tangannya bergerak ke arah pria itu, membelai kulit kasar dadanya, mengirimkan sinyal erotis ke tulang punggungnya. Dada pria itu naik dan turun dengan cepat di bawah sentuhan Andin. Pria itu memperhatikannya, terengah-engah.
Menyingkirkan rambut yang jatuh ke wajah Andin, jari-jari Sebastian mencari lekukan di bawah telinganya, lehernya, tengkuknya yang panas. Tangannya melingkari bagian belakang kepalanya dalam gerakan kepemilikan yang tiba-tiba, mendorong wajah gadis itu ke dadanya. Di bawah pipinya yang panas, kesejukan kulit pria itu terasa menyakitkan dan menyenangkan. Dengan napas terengah-engah, Andin dengan sedikit keraguan menciumnya. Ia merasakan kulit pria itu di lidahnya- sesuatu yang belum pernah ia lakukan maupun rasakan sebelumnya, sesuatu yang tidak pernah ia pikir akan ia lakukan.
* * * * * * *
A/N: daggg diggg duggg~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top