* tiga belas
* karena a kagak bisa tidur *
SEBASTIAN
"Tahukah kau apa yang kau butuhkan saat ini?"
Sebastian menatap dengan rasa ingin tahu. "Apa?"
Andin meletakkan tangannya di dada Sebastian yang telanjang kemudian menyelipkannya ke belakang leher pria itu. "Ini," kata gadis itu sambil menarik kepala Sebastian ke bawah dan mempertemukan kedua bibir mereka. Andin menggigit bibir bawah Sebastian dan mulai mengulum bibir pria itu. Sebastian mengangkat tangannya dan meletakan jari-jarinya di belakang kepala Andin bersamaan dengan lidahnya yang menyelinap ke mulut gadis itu. Andin rasanya nikmat dan Sebastian pun ketagihan akan rasa gadis itu di mulutnya.
Andin melepaskan bibirnya dari bibir Sebastian, lalu melangkah mundur dan melepas gaun merahnya. Gadis itu tidak mengenakan apa pun selain celana dalam hitam terseksi yang pernah Sebastian lihat. Sebastian meraih Andin sekali lagi, menggerakkan tangannya ke seluruh tubuh gadis itu sembari bibirnya memagut bibir Andin. Segera pakaian dalam Andin dan seluruh pakaian Sebastian mulai tergeletak di lantai dan mereka berdua berbaring di atas kasur dengan bedcover abu-abu itu.
Detik berikutnya Sebastian Summers terbangun dengan napas terengah-engah. Matanya terbuka dan menatap langit-langit gelap kamar tidurnya. Jantungnya berdegup kencang di dadanya dan groin-nya (area antara perut dengan kedua paha alias selangkangan) terasa sakit. Pria itu menyelipkan tangannya ke dalam celana boxer-nya dan mendapati dirinya sudah mengeras bagaikan tiang. Sebastian menarik napas melalui gigi terkatup dikarenakan rasa sakit bercampur dengan kenikmatan yang ia rasakan.
"Fuck!" Sebastian menggeram karena frustrasi dan kesal. "Goddamn it!"
Ia melingkarkan jari-jarinya di sekeliling penisnya yang keras dan mengutuk pelan. Ia merasakan kesakitan dan itu semua karena mimpi eksotis tentang sekretarisnya yang kolot dan gaun merah sialan itu. Berusaha untuk menenangkan diri, Sebastian menarik napas dalam kemudian menahannya untuk beberapa saat, lalu menghembuskannya.
Ini gila. Ia tidak pernah mengalami mimpi basah seperti ini sejak masa remajanya. Sebastian adalah pria dewasa, bukan lagi anak-anak, demi Tuhan! Pria itu mengerang dan menutup matanya. Mungkin ia perlu bercinta dan karena mustahil untuk melakukannya dengan sekretarisnya, mungkin ia bisa menelepon London besok pagi. London selalu siap untuk itu. Mudah-mudahan, setelah ia selesai melepaskan sexual frustration-nya, ia akhirnya bisa move on dan berhenti memikirkan tentang Andin.
Sebastian berbaring kembali di tempat tidur dan menghela nafas panjang. Setelah beberapa waktu, pria itu pun kembali terlelap.
* * * * * * *
ANDIN
Tidak seperti Sebastian, yang setidaknya sudah tidur, Andin sama sekali tidak bisa tidur. Gadis itu berbaring di tempat tidurnya dengan gelisah tatkala pikirannya berputar-putar memikirkan apa yang terjadi malam ini. Sungguh gila berpikir bahwa bosnya menganggapnya menarik apalagi menciumnya di kamar tidurnya! Andin tidak pernah pergi ke sana, tidak sekali pun. Tentu saja ia sudah beberapa kali ke rumah Sebastian tetapi hanya untuk memberikan atau mengambil beberapa dokumen dari ruang kerja pria itu atau untuk berdiskusi dengannya ketika Sebastian work from home.
Andin memang mengatakan yang sesungguhnya ketika ia mengatakan bahwa ia tidak ingin merayu pria itu. Andin benar-benar tidak mencoba merayu bosnya. Yang diinginkannya hanyalah menunjukkan kepada Sebastian bahwa dirinya bukanlah gadis yg membosankan yang hanya bisa memacari akuntan atau penasihat pajak. Yang Andin inginkan hanyalah membuktikan bahwa Sebastian salah dan melihat ekspresi wajah Sebastian ketika pria itu menyadari betapa salahnya dia telah menilai Andin.
Upayanya berhasil namun bosnya justru bertingkah aneh sepanjang malam dan Andin sendiri tidak tahu bagaimana menghadapi bosnya. Selain itu, Andin khawatir tentang apa yang akan terjadi keesokan harinya di kantor. Haruskah ia bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi atau haruskah ia meminta bosnya untuk meminta maaf atas perilakunya? Yang terpenting, bagaimana gadis itu bisa menyerahkan surat pengunduran dirinya?
Andin tiba-tiba teringat diskusinya dengan Damon. Dengan cepat ia meraih teleponnya dan mengirimi teks ke Leroy, memberi tahu pria itu bahwa Andin ingin bertemu dengannya saat makan siang besok. Seolah-olah Leroy mengharapkan SMS darinya, balasannya segera datang, mengkonfirmasi bahwa Leroy bisa menemui Andin saat jam makan siang.
Gadis itu meletakkan kembali ponselnya di nakas lalu memejamkan matanya. Tidak kurang dari lima menit setelah dia memejamkan mata, ponselnya bergetar lagi. Awalnya Andin mengira itu adalah teks balasan dari Leroy dan segera menyadari bahwa ia salah duga satu detik kemudian. Teks itu datang dari Sebastian Summers, CEO Summers Entertainment. Teksnya singkat, padat, dan jelas tetapi mengandung dampak yang kuat.
- Aku perlu bertemu denganmu first thing in the morning. Urgent.
Besok pasti akan menjadi hari yang menantang. Memikirkannya saja sudah membuat Andin merasa lelah.
* * * * * * *
SEBASTIAN
Senyum tersungging di bibir Sebastian saat pria itu tiba di kantornya pagi ini. Sambil minum kopi dan sarapan lezat yang dibuat oleh pelayannya, Leigh, ia memikirkan rencananya untuk merayu sekretaris kecilnya, Miss Andin Williams. Perasaan antisipasi mulai menggelitik di sekujur tubuhnya saat dia membuka pintu, sepenuhnya mengharapkan Andin berada di mejanya. Namun dengan kecewa ia menyadari bahwa tidak tampak kehadiran Andin. Mantel cokelat Andin yang biasanya tidak ada di gantungan dan meja gadis itu masih kosong, persis seperti saat ia meninggalkan kantornya Jumat lalu.
Dimanakah Andin? Atau mungkin karena terlalu bersemangat, Sebastian secara tidak sengaja telah tiba lebih awal dari yang ia kira?
Sekejap kilat ia menggerakkan lengannya dan memeriksa jam tangannya. Pukul sembilan lewat lima belas menit. Ia tidak datang lebih awal, sekretarisnyalah yang datang terlambat! Sebastian tidak pernah melihat Andin telat sebelumnya. Sekretarisnya selalu tepat waktu dan bahkan selalu datang sebelum Sebastian datang. Keterlambatan Andin hari ini membuat Sebastian kesal, terutama karena pria itu jelas-jelas telah mengirim teks yang mengatakan bahwa pria itu perlu berdiskusi dengan Andin di pagi hari. Bahkan Sebastian telah menambahkan catatan bahwa hal itu mendesak dan tidak bisa ditunda.
Sebastian mendesah keras dan berjalan menuju kantornya sendiri melalui pintu penghubung. Seperti biasa ia menyalakan komputernya dan mulai bekerja agar ia bisa mengabaikan pikirannya yang bertanya-tanya di mana gerangan sekretarisnya dan dengan siapa. Sebastian menggelengkan kepalanya seolah mencoba menyapu bersih semua pikiran itu dari benaknya.
Satu jam kemudian dan Andin masih belum datang. Sebastian memejamkan mata dan mencoba untuk menenangkan amarahnya yang nyaris akan meledak. Ia bahkan tidak bisa bekerja sama sekali selama satu jam terakhir karena terganggu oleh ketidakhadiran Andin pagi ini dan gairah menggebu dalam dirinya. Meskipun berulangkali pria itu memarahi dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa sangatlah bodoh untuk mengacaukan hubungan kerja dengan sekretarisnya yang hebat dan sekaliber Andin, tetapi ia tidak bisa sepenuhnya menghentikan tubuhnya untuk tetap menginginkan Andin.
Tentu saja, Sebastian telah berencana untuk memuaskan keinginannya dengan London tetapi dia tidak yakin hal itu akan berhasil. Harga dirinya terlalu besar untuk tidak mencobanya. Bagaimanapun, ia adalah Sebastian Summers, CEO Summers Entertainment. Dirinya tidak hanya membawa-bawa nama perusahaannya, tetapi ia juga membawa nama Summers. Keluarganya adalah orang kaya lama, mereka telah menjadi keluarga terkuat, terkaya, dan paling berkuasa di Amerika Serikat selama beberapa dekade. Apa jadinya jika beberapa tabloid murahan mendengar tentang gairah Sebastian untuk sekretarisnya? Bisa jadi bahan olokan dan gosip murahan.
Memiliki hubungan dengan model atau aktris jauh lebih sederhana. Sebastian menyukai kekasihnya bak genangan air yang akan pindah dengan cepat ke aktor atau bintang rock atau atlet berikutnya setelah hubungan mereka kandas. Ia lebih memilih tipe wanita yang tidak mengharapkan pria itu untuk memakaikan cincin di jarinya - dan Sebastian sangat meragukan Andin akan masuk dalam kategori ini. Itu saja seharusnya cukup menjadi sebuah peringatan baginya. Sebastian belum siap untuk menikah. Ya, jika hal ini adalah sebuah indikasi, dirinya bahkan tidak memikirkan pernikahan sama sekali. Satu-satunya fokusnya adalah mengembangkan Summers Entertainment menjadi sesuatu yang lebih besar dari sebelumnya dan menemukan saudara laki-lakinya yang hilang.
Detik itu juga Sebastian memutuskan bahwa ia akan tetap pada rencananya. Ia akan mencoba memuaskan keinginan tak masuk akalnya pada sekretarisnya dengan London Star dan jika itu tidak berhasil maka ia akan merayu Andin. Sebastian akan merayu gadis itu dengan sekuat tenaga sampai Andin bertekuk lutut dan memohon untuk bercinta dengannya meski hanya untuk satu malam. Begitu godaan yang tak tertahankan ini sudah terpuaskan, Sebastian akan move on. Ya, tepat sebelum mereka menikmati malam bersama, Sebastian akan memberitahu Andin sebelumnya bahwa itu adalah murni hanyalah seks dan tidak lebih. Hal itu tidak perlu harus diulang dan harus dianggap sebagai kesepakatan bersama dari dua orang dewasa yang ingin memuaskan keinginan mereka satu sama lain. Tidak lebih dari itu.
Setelah Sebastian menenangkan pikirannya, ia merasa lebih lega. Dirinya telah menelepon London pagi ini untuk menemui wanita itu di hotel yang selalu mereka gunakan sebagai tempat kencan. Saat makan siang, ia akan pergi ke sana, dan mudah-mudahan gairahnya yang menggebu dan menjengkelkan untuk sekretaris kecilnya ini akan hilang. Kemudian setelah satu atau dua minggu, Sebastian akan memutuskan hubungannya dengan London. Bukan karena ia sudah bosan dengannya - tidak ada pria waras yang akan bosan dengan gadis yang bersemangat dan tak pernah puas seperti London - namun, instingnya mengatakan bahwa London mulai menginginkan peran yang berbeda dalam hidup Sebastian. Wanita itu menginginkan sesuatu yang lebih dari yang dapat Sebastian berikan dan lagi London mulai lebih posesif, lebih menuntut. Sebastian mengenali sinyal-sinyal itu dan tahu bahwa hubungan mereka harus segera berakhir.
Sebastian mengambil ponselnya dan memeriksa email dan pesannya. Tidak ada satupun dari Andin. Tanpa banyak pikiran, Sebastian meletakkan ponselnya dan mengalihkan perhatiannya ke pekerjaan. Pria itu harus pergi ke Itali segera sebelum kesempatan yang ada akan diambil oleh perusahaan lain. Ia perlu bertindak cepat dan itulah sebabnya ia membutuhkan Andin untuk menemuinya di pagi hari dan mulai mengatur perjalanan itu.
Belum pernah sekalipun ia berpikir bahwa ia harus memesan penerbangan dan akomodasinya sendiri. Dari dulu Sebastian tidak pernah melakukannya sebab sekretaris ayahnya selalu mengurus semua ini. Dan ketika dewasa, pria itu memiliki karyawan yang akan melakukan ini untuknya.
'Apa susahnya sih mengurus booking?' Sebastian mengangkat bahu dan mulai menelpon penerbangan dan hotel untuk akomodasi perjalanannya. Ia akan membuktikan bahwa dirinya dapat melakukannya tanpa bantuan Andin.
Satu jam kemudian, Sebastian merasa sangat frustasi. Hal ini tidak semudah yang ia kira. Saat ia sudah mulai menyerah, ketukan di pintunya memberinya secerca harapan.
"Masuk", ujar Sebastian. Pintu kantornya mengayun terbuka dan disanalah terlihat Andin sekretarisnya. Andin tampak seperti biasanya namun wajah gadis itu terlihat bercahaya dan membuat Sebastian kembali bergolak gairahnya. Sialan, Sebastian merutuk dalam hati.
* * * * * * *
A/N: hayukkk pada bobok udah malem :DD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top