enam
* kalian memang warbiasahhh! mungkin harusnya tulis 50 comment (bukan 10 ya) :DD || bab ini di dedikasikan untuk ur_iaa yang sudah kasih banyak support *
SEBASTIAN
Andin tampak seperti Andin yang biasa namun pada saat yang sama, ada yang berbeda dengan gadis itu malam ini. Ada sesuatu tentang cara gadis itu bergerak, cara pinggulnya bergoyang. Dan ketika Sebastian memandang Andin, pria itu terpaku memperhatikan bentuk sensual bibir gadis itu saat Andin menatapnya dalam-dalam dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya.
"Ayo, Sayang, tiup lilinnya dong," desak London yang berdiri di samping Sebastian dan melingkarkan tangannya di lengan pria itu.
Sebastian menatap Andin sekali lagi sebelum membungkukkan badan dan meniup lilin. Kerumunan bersorak dan satu per satu tamunya mulai mengucapkan selamat ulang tahun.
Beberapa waktu kemudian, setelah mengucapkan terima kasih pada tamunya, Sebastian meninggalkan para tamu untuk bergabung dengan saudara-saudaranya. Dua dari delapan saudaranya ada di sini demi merayakan ulang tahun Sebastian. Meskipun mereka delapan bersaudara, mereka benar-benar dekat satu sama lain.
"Kami masih belum tahu ke mana dia pergi," kata Thornton, memberi tahu Sebastian tentang saudara mereka yang hilang, Draven Summers. Setelah kakek mereka menghapus nama Draven dari surat wasiatnya bertahun-tahun yang lalu, adik laki-lakinya itu nekad melarikan diri dari rumah. Kakek mereka terlalu sombong untuk mencari Draven dan memerintahkan semua orang untuk tidak mencarinya. Sekarang, sepuluh tahun kemudian, kakek mereka telah meninggal dan Summers bersaudara ingin menemukan saudara mereka yang hilang. Mereka telah menyewa detektif swasta dan para profesional lainnya namun hingga saat ini, usaha mereka itu sia-sia. Draven masih tidak diketahui keberadaannya.
"Draven yang malang," kata Clara, adik perempuan Sebastian satu-satunya. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan mendesah sedih. "Aku sangat merindukannya, Tony."
Kakak tertua mereka, Thornton atau kerap dipanggil dengan sebutan Tony, merangkul Clara dan memeluk adiknya dengan erat. "Aku tahu, Clara. Kita semua merindukannya."
"Aku bisa mencoba meminta Declan untuk mencoba mendapatkan informasi di Cina," kata Sebastian sambil menghela nafas. Bahkan sebelum dia akan melakukannya, dia sudah merasa sedikit putus asa. Declan adalah saudara kembar Draven yang telah menikah dengan seorang gadis Cina bernama Ma Qingshan demi memenuhi janji kakek mereka dengan kakek Qingshan lima puluh tahun yang lalu. (baca: Marry to Meet)
"Kita akan menemukan Draven," kata Clara, bersikap optimis seperti biasanya. "Aku tahu kita akan menemukannya. Cepat atau lambat. Kita adalah keluarga dan kelak kita akan bersama lagi."
Sebastian menghela napas putus asa, ia sudah lelah baik secara emosional maupun fisik. Sembari mendengarkan kakaknya, Thornton, dan adiknya, Clarabelle, mata pria itu menangkap sosok Andin di kejauhan. Namun di luar dugaan Sebastian, Andin tidak sendirian. Tubuh pria itu langsung dilanda perasaan cemburu. Berdiri di samping Andin dengan lengannya melingkari bahu gadis itu dan tubuhnya menempel pada Andin seperti layaknya lem adalah seorang pemuda yang belum pernah dilihat Sebastian sebelumnya. Seorang pemuda yang terlalu tampan untuk disalahartikan sebagai akuntan atau penasihat pajak.
"Sorry, aku harus mencari sekretarisku," kata Sebastian. Entah bagaimana ia tidak bisa diam saja melihat Andin berdiri terlalu dekat dengan teman prianya itu.
"Sekretarismu?" Clara mengerjap, mata biru khas keluar Summers-nya yang indah menatap kakaknya dengan keheranan. "Lihat sekelilingmu, Brother. Kau sedang berada di sebuah pesta. Pesta ulang tahunmu sendiri, lebih tepatnya."
Sebastian menggeram kesal. "Aku sudah tahu, Little Sister."
"Lalu mengapa kau perlu mencari sekretarismu? Masalah pekerjaan ya?" tanya Thornton ringan. Tidak seperti adik perempuannya yang memberi Sebastian tatapan tidak percaya yang dipenuhi kecurigaan, kakaknya yang juga seorang pebisnis lebih memahami ucapan Sebastian.
"Ya," jawab Sebastian tegas. "Untuk apa lagi aku membutuhkan sekretarisku kalau bukan untuk urusan pekerjaan?"
Kemudian tanpa menunggu jawaban dari saudara-saudaranya, Sebastian bergegas menuju ke tempat gadis itu berada.
"Miss Williams," Sebastian menyambut gadis itu dengan nada ceria yang mungkin sedikit terlalu ceria dibandingkan dengan ekspresi badai yang terukir di wajah pria itu. Sebastian mengalihkan pandangannya ke teman Andin. "Dan kau pasti Damon Matthews, bukan?"
"You are right," jawab pria yang lebih muda dari Sebastian itu. Damon memancarkan kepercayaan diri, matanya yang gelap berbinar dalam keramahan. "Dan kau pasti bosnya Andin."
"Betul."
"Kurasa aku harus mengucapkan selamat padamu. Selamat ulang tahun!"
Sebastian tersenyum sopan. "Terima kasih." Pria itu baru akan membuka mulutnya untuk bertanya pada Damon apakah ia keberatan jika Sebastian meminjam Andin sebentar, ketika London tiba-tiba muncul dari belakangnya.
"Halo," sapa London Star, minat seksualnya jelas-jelas terpancing ketika wanita itu melihat ketampanan Damon Matthews. "Sepertinya aku belum pernah berkenalan denganmu."
"Hai. Damon Matthews." Damon berhenti sejenak lalu memiringkan kepalanya ke satu sisi, "dan kau sendiri?"
London berkedip. Kemudian wanita itu berkedip sekali lagi kali. London selalu berasumsi bahwa semua orang di seluruh dunia automatis tahu siapa dia, apalagi semua orang di ruangan ini yang bekerja di industri yang sama dengannya. Menelan harga dirinya yang penyok, wanita seksi itu menawarkan senyum cemerlang yang diharapkan akan cukup memikat hati Damon untuk membuat pria itu mengingat nama London selamanya. "London Star. Senang bertemu denganmu." London mencondongkan tubuh ke depan tatkala ia meraih tangan Damon dan pada saat yang sama memperlihatkan belahan dadanya yang indah.
Namun anehnya tidak seperti kebanyakan pria yang menganggap pemandangan itu tak tertahankan, Damon hanya memberinya senyum sopan dan tatapan tidak tertarik. Jika Damon menerima isyarat-isyarat seksual dari London, terlihat jelas bahwa pria itu tidak berniat membalasnya.
"Apakah kau juga bekerja di dunia hiburan?" tanya London dengan senyum menggoda. Nampaknya wanita itu masih belum mau kalah.
"Sayangnya tidak. Pekerjaanku lebih ke industri kuliner. Aku adalah seorang chef." Mata gelap Damon berbinar ke arah London dengan nakal. "Bisa dibilang aku lebih tertarik ke taste daripada act." Damon mengalihkan pandangannya ke Andin seolah-olah Andin adalah wanita paling cantik di ruangan itu dan bahwa gadis itulah yang memberikan taste paling nikmat yang pernah Damon rasakan.
Sebastian mengepalkan tinjunya di dalam saku dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia bertingkah konyol dan tidak masuk akal.
Sebodo amat Andin dapat memuaskan Damon. Kehidupan seks sekretarisnya jelas-jelas bukanlah urusannya!
Namun satu lirikan ke arah Andin yang memandang Damon seolah-olah pria itu adalah satu-satunya pria paling tampan dan terbaik yang pernah berjalan di muka Bumi ini membuat perut Sebastian tegang dilanda badai amarah dan kecemburuan yang akut.
"Miss Williams, kau duduk di sebelahku. Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!" Sebastian memerintahkan gadis itu tanpa memedulikan para penonton di sekitar mereka.
* * * * * * *
hayo, masih tertarik lanjut lagi gak? sekilas info, hati-hati ya bacanya karena buku ini mengandung adegan seksual yang mungkin tidak cocok untuk sebagian pembaca. nanti apabila sebuah chapter ada adegan seksualnya, maka judul bab itu akan diberi tanda bintang (*) ya. nuwun!
p.s. harap sabar yaa kalau kadang2 author ini bakal tulis "akan update 2 bab kalau dapet XXX votes atau XXX comment" maklumlah, vote & comment kan memberi semangat buat ngedit dan upload heheheheh :DD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top