delapan belas
* untuk @hi_sunshine dan @audina406 yang bilang andin masuk kandang singa & @rzworld08 yang lebih memilih andin masuk mulut kuda nil *
SEBASTIAN
Sebastian tidak tahu apa yang akan terjadi. Satu detik ia merasa bersalah karena ia telah mencium dan bernafsu terhadap seorang gadis yang bertunangan dan kemudian detik berikutnya, ia adalah tunangan gadis itu. Matanya beralih dari tangan Andin yang terulur ke cincin di jari gadis itu yang pasti tidak ada di sana pagi ini - atau Sebastian sudah pasti akan menyadarinya - ke pria asing yang tampaknya mengganggu Andin selama satu jam terakhir. Pria yang dimaksud berbalik dan untuk sesaat, kedua pria itu saling menatap.
Sebastian tidak bisa tidak mengerutkan keningnya. Dilihat dari rambutnya yang acak-acakan, ekspresi frustrasi di wajahnya, dan percakapan antara Andin dan pria itu, siapa pun dapat dengan mudah menebak bahwa pria ini adalah mantan pacar yang gagal move on atau pria yang dengan gigih ingin jadi pacar Andin. Siapapun pria yang duduk di hadapan Andin, Sebastian tahu persis apa yang harus dilakukan.
Sebastian memperhatikan ekspresi di wajah pria itu berubah dari sedih, kaget kemudian menjadi marah sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke Andin. Ada frustrasi dan permohonan di mata gadis itu - sesuatu yang belum pernah Sebastian saksikan sebelumnya.
Sebastian melangkah maju di bawah tatapan Andin dan pria satunya, dan ketika akhirnya Sebastian sampai di samping Andin, Sebastian meletakkan kopi dan sekantong kue keju di atas meja lalu melingkarkan lengannya dengan posesif di bahu Andin. Kemudia ia membungkuk dan dengan tenangnya menempelkan bibirnya pada bibir Andin seolah itu adalah hal biasa yang mereka lakukan untuk menyapa satu sama lain. Sebastian bisa merasakan keterkejutan dan perlawanan Andin untuk sepersekian detik sebelum bibir gadis itu meleleh dengan bibir Sebastian. Ciuman ini berbeda. Ciuman liar dan menyerbu yang menggetarkan setiap saraf, ciuman yang membuat pikirannya menjadi pusaran sensasi fantastis, ciuman penuh gairah yang mengajarinya bahwa nafsu memiliki gairah yang memabukkan dan menyesakkan yang tidak dapat disangkal.
Masih dengan bibirnya yang hanya beberapa mili dari bibir Andin, Sebastian berkata dengan suaranya yang dalam, "Hello, Love. Betapa aku merindukanmu."
"A-Aku juga merindukanmu," kata Andin setelah terhening sejenak.
Kemudian dengan senyum yang meniru senyum puma liar tatkala menatap mangsanya, pria itu menoleh ke arah penonton mereka. "Well, siapa ini?" Memiringkan kepalanya ke satu sisi, Sebastian menyipitkan matanya untuk melihat Leroy dengan tajam. "Apakah dia mengganggumu, Andin?" Kemudian kepada Leroy, Sebastian berkata, "Apa urusanmu dengan tunanganku?" Pertanyaan itu meluncur dengan mudah dari lidahnya yang bahkan membuat Sebastian geli. Dirinya sempat berpikir bahwa ia akan mencekik dirinya sendiri sebelum mengucapkan kata-kata seperti tunangan saya, istri saya, pernikahan kami, dan banyak lainnya. Namun di sinilah dirinya, sama sekali tidak kesulitan memanggil Andin tunangannya.
Sebastian merasakan bahu Andin menegang karena terkejut dan meletakkan tangannya di bahu gadis itu, memijatnya seolah meyakinkan Andin bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Ini Leroy," akhirnya Andin menjawab. "Dia dan aku pernah berkencan. Aku sudah memberitahumu sebelumnya, bukan?"
Nope, Sebastian berkata pada dirinya sendiri, aku tidak ingat Leroy atau pria mana pun karena kau tidak pernah memberi tahuku, Andin! Tapi topik tentang mantan selalu menjadi sesuatu yang mungkin sudah sewajarnya diketahui tunangan. "Tentu saja. Yang gagal move on itu kan, kalau tidak salah," kata Sebastian santai.
Warna merah cerah muncul di pipi Leroy. "Kami baru putus tahun lalu!" Laki-laki itu akhirnya berseru, sepertinya menolak untuk disingkirkan begitu saja. Pasangan yang duduk di meja sebelah melirik dengan canggung. Leroy jelas tidak punya masalah menjadi pusat perhatian.
"Dan apa hubungannya dengan kita?" tanya Sebastian, satu alisnya terangkat kesal. "Aku harap Anda tahu bahwa Anda membuang-buang waktu." Sebastian menghela nafas lalu melanjutkan, "jika tidak ada yang lain...."
"Bagaimana kau bisa bertunangan dengan orang lain begitu cepat?" tanya Leroy keras sehingga Sebastian begitu yakin sekarang seluruh isi kafe tahu apa yang terjadi di antara mereka bertiga. Dirinya juga melihat dua wanita di belakang Leroy yang saling berbisik satu sama lain. "Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu, Andin. Bagaimana kau bisa melupakan cinta kita begitu cepat?"
"Seriously, man, I think you missed your calling," Sebastian menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Jika Anda tertarik dengan industri hiburan, Anda bisa menghubungi saya."
(A/N: maksud pak bos di sini nyindir ya tapi bisa juga untuk situasi lain misal temanmu bagus banget kalo nyanyi tapi kagak jadi penyanyi, nah kamu bisa nih ngomong gini ke temanmu. bisa juga ke orang yang menyia-nyiakan bakatnya. kalo pak bos mah maksudnya bilang si leroy terlalu dramatis jadi harusnya jadi aktor :D)
"Andin, tolong, sayang. Beri aku kesempatan lagi," pintanya. Leroy tampak sangat menyedihkan sehingga Sebastian hampir merasa kasihan padanya. Hampir.
Alih-alih memperdulikan Leroy, Sebastian dengan lembut meraih tangan Andin dan menekankan ciuman lembut ke punggung tangan gadis itu sebelum melirik Leroy seolah memperkuat klaimnya.
Namun tindakan Sebastian tampaknya justru menyulut api yang tersisa di dalam diri Leroy. "Bagaimana kau bisa bertunangan dengannya? Kau hampir tidak mengenal pria itu. Dia tidak tahu bagaimana untuk membuatmu bahagia seperti aku."
Bosan mendengar argumen yang tidak masuk akal ini, Sebastian berdiri tegak. "Pertama-tama, aku cukup yakin jika dia bahagia denganmu, dia tidak akan mencampakkanmu. Kedua, kita sudah saling kenal selama lebih dari empat tahun." Pria itu berbalik menghadap Andin, membelai tangan gadis itu dan bertanya, "Katakan, sudah berapa lama kau mengenal pria ini, Love?"
"Kurasa sekitar satu tahun," jawab Andin sedikit tidak yakin.
"Sudah satu tahun tiga bulan dan tujuh hari!" protes Leroy seolah-olah mengingat angka yang tepat akan membantunya mendapatkan Andin kembali.
"Fakta bahwa Andin bahkan tidak ingat menunjukkan betapa sedikit yang dia memikirkan tentang itu." Sebastian mengangkat bahunya menunjukkan ketidakpeduliannya.
"Bagaimana kau bisa melakukan ini padaku, Andin? Bagaimana kau bisa begitu mudah move on?" Leroy terdengar gila sekaligus linglung. Sulit bagi laki-laki mantan kekasih Andin itu untuk menghadapi kenyataan pahit dan menyakitkan.
"Aku..." Andin terbata-bata dan melirik Sebastian. Sebastian membalasnya dengan sebuah senyuman. Pria itu tahu bagaimana Andin sangat jujur, sifat yang laki-laki itu kagumi dalam diri Andin, tetapi itu juga berarti Andin adalah pembohong yang buruk.
Maka karenanya Sebastian mencondongkan tubuh ke depan dan dengan lancar mengambil alih.
"Andin baru saja putus denganmu saat kita berdua menjadi dekat. Kita tidak butuh waktu lama untuk menyadari betapa dalam koneksi di antara kami berdua." Masih memegang tangannya, Sebastian tersenyum padanya seolah-olah dia adalah satu-satunya wanita di dunia. Satu-satunya wanita untuknya. "Aku tidak pernah merasa seperti ini pada wanita lain dan aku langsung tahu bahwa Andin adalah satu-satunya untukku. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan menunggu, jadi aku melamarnya minggu lalu."
Sebastian melihat Andin berkedip antara geli dan kaget. Sejujurnya, kata-katanya barusan juga mengejutkan dirinya sendiri, tetapi pria itu tidak bisa membiarkan keterkejutannya itu muncul di wajahnya - tidak ketika Leroy masih di sini.
"Tapi kukira kita punya sesuatu yang berharga!" Leroy bergerak ke belakang, menggelengkan kepalanya.
"Well, kau salah mengira," komentar Sebastian pelan ketika ia melihat Leroy yang tengah melirik jari manis kiri Andin. Mata Leroy terkunci pada cincin di jari Andin seolah cincin itu menahan pelatuk untuk menembaknya mati.
Sebastian mengikuti pandangan Leroy lalu berkomentar, "Aku tahu. Aku seharusnya membelikan sesuatu yang lebih besar."
"Maafkan aku, Leroy," kata Andin. Meskipun suaranya lembut, ada kegigihan di baliknya, dan Sebastian tidak bisa tidak bertanya-tanya apa cerita lengkap di antara Andin dan Leroy. "Tapi kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Hubungan kita tidak berhasil dan tidak akan berhasil. Aku yakin kau akan menemukan seseorang yang lebih baik. Seseorang yang akan mencintaimu sebesar kau mencintai mereka."
Leroy tampak patah hati dan, tanpa sepatah kata pun, ia berdiri dan tiba-tiba meninggalkan kedai kopi. Sebastian dan Andin memperhatikan punggung laki-laki itu selama beberapa saat sampai Leroy menghilang di antara kerumunan di luar.
Andin menggelengkan kepala dan meletakkannya di telapak tangan. Sebastian bergerak dan mengambil tempat duduk Leroy. Pria itu tidak tahu harus berkata apa, jadi ia hanya duduk di sana dan menunggu.
"Terima kasih," kata Andin akhirnya.
"Don't mention it." Kemudian Sebastian menunjuk kue cheesetart di tas. "Mau satu? Aku membelikanmu mocha latte dan cheesetart."
"Terima kasih," jawab Andin singkat.
"Ini," Sebastian menyerahkan satu cup pada gadis itu. "Mocha latte dengan satu shot espresso."
Andin tertegun. "Kau-kau ingat?"
"Tentu saja. Ini adalah hal yang lumayan penting untuk diingat, bukan?" Sebastian mengangkat bahu lalu mengambil cangkirnya sendiri. "Hal terakhir yang aku inginkan adalah kau menderita sakit kepala."
Andin tampak terkejut dan Sebastian hanya bisa tersenyum. "Aku tahu kau belum makan apa-apa dan karena aku membeli satu untuk diriku sendiri, mengapa tidak membeli satu untukmu juga." Ketika Andin tidak menjawab, pria itu menambahkan, "Mengapa? Apakah aku tidak boleh melakukan sesuatu yang baik untukmu apalagi kau telah melakukan begitu banyak untukku selama empat tahun terakhir kau berada di perusahaanku?"
"Sir, apa yang baru saja kau lakukan untukku telah melunasi hutang apa yang kau kira dirimu telah berhutang kepadaku sepuluh kali lipat," kata Andin dengan sungguh-sungguh, senyum kecil terbentuk di bibirnya. "Terima kasih untuk makan siangnya. It was really kind of you."
"Well, mereka memiliki gelang yang mereka jual untuk amal bagi para tunawisma, dan..." Sebastian meletakkan kotak kecil di atas meja di hadapan Andin. "Aku beli satu untukmu. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih," Sebastian berkata dengan cepat sebelum Andin bisa menjawab. "Bukan apa-apa, hanya penghargaan kecil dariku."
Andin melirik bosnya keheranan kemudian membuka kotak itu. Wajah Andin tidak terlihat kesal jadi Sebastian menganggapnya sebagai pertanda baik. Kemudian senyum Andin melebar dan Sebastian bisa merasakan jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.
"Imut," kata Andin sambil memasang gelang itu di pergelangan tangannya.
"Aku senang kau menyukainya."
"Aku minta maaf atas apa yang baru saja terjadi. Telah memintamu untuk berpura-pura menjadi tunanganku. Leroy dan aku mengalami bad breakup. Hubungan kami tidak berhasil, dan ia mencoba untuk kembali bersama selama beberapa minggu ini."
"Aku tidak bermaksud ikut campur tetapi apa yang terjadi di antara kalian berdua?" Sebastian bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Tidak banyak, jujur saja." Andin menghela nafas lelah. "Dia adalah salah satu tipe yang suka memanipulasi secara emosional. Akhirnya, aku merasa jenuh dan memutuskannya. Dia terpuruk dan kemudian, entah dari mana, dia mulai mengirimiku pesan beberapa waktu lalu memberitahuku betapa dia merindukanku. Lalu dia tidak berhenti mengirim pesan atau bahkan menelponku berulang kali dalam sehari. Sejujurnya, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku sudah mengatakan padanya berkali-kali bahwa aku tidak tertarik untuk bersamanya lagi tapi dia tidak pernah berhenti."
"Well," Sebastian berhenti sejenak dan menyesap kopinya sebelum melanjutkan, "Kau selalu bisa meminta Damon, kekasihmu itu untuk berbicara dengan Leroy."
Wajah Andin tiba-tiba memucat dan Sebastian bertanya-tanya apa gerangan yang salah dengan gadis itu.
* * * * * * *
A/N: hayoo ada yang bisa nebak gak apa yang salah???
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top