8: Kenyataan
Kenyataan memang tak sesuai harapan. Tapi aku yakin bahwa Allah akan merubah kenyataan yang menimpa jalan hidupku itu dalam waktu hitungan detik.
-Muhammad Zikri Zainul Muttaqin-
Langkah kakinya terhenti di ambang pintu saat melihat seorang wanita berseragam guru tengah asyik menelpon seseorang.
"Aku sama Zikri kan cuman temen. Aku juga enggak ada rasa buat dia kok!"
Siapa yang sedang teleponan dengan Zulfa? Pikiran itu mulai terlintas di benaknya.
Kemudian ingatannya tertarik pada ucapan Rega dari Maya, kalau Zulfa belum mempunyai calon.
Zikri mencoba menepis rasa menduga-duga untuk Zulfa saat mengingat ucapan Rega itu.
Walaupun hatinya sedang menahan sakit mendengar ucapan Zulfa yang tak sesuai dengan harapannya.
"Mendapatkanmu itu tak semudah yang aku kira. Karena dirimu bagai mawar, yang tak bisa disentuh oleh orang yang semena-mena. Karena jika mereka menyentuhku, mereka akan terluka oleh durimu!"
Dengan keberanian, Zikri langsung mengucapkan salam pada Zulfa yang hanya berdiri membelakangi pintu kantor sendirian.
Zulfa yang mendengar suaranya langsung menyimpan hp dan menutup teleponnya dengan Maya.
Zulfa melangkahkan kakinya dan langsung duduk di hadapan Zikri. Mata Zulfa tak mampu menatap lelaki dihadapannya. Dia hanya bisa tertunduk, dan sesekali menekan tombol smartphone-nya.
Tidak ada perbincangan diantara mereka. Keduanya hanya saling diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Bu Zulfa, ngajar kelas berapa tadi?" Zikri mulai berucap, memecah keheningan.
Zulfa mendongak menatap Zikri yang tengah menatapnya. Detik kemudian, tanpa sengaja, kedua mata mereka beradu. Dengan cepat Zulfa menundukkan kepala.
"Kelas sembilan!" Zikri dan Zulfa berbincang baik hingga bel masuk berbunyi.
****
Zikri yang tengah diperhatikan duduk menatap luar rumah dari balik hati dendela.
Dirinya dengan diperhatikan oleh sang Mama. Semburat senyuman mengembang di bibirnya.
"Kenapa kok senyuman-senyum sendiri?" Suara itu benar-benar membuat Zikri kaget.
Dengan cepat Zikri menoleh kearah sumber suara.
"Eh Mama," ucap Zikri yang menyadari kehadiran Mamanya.
"Udah dari tadi, Ma?" tanya Zikri dengan senyumannya.
Mamanya Zikri mengangguk.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Mamanya yang membuat Zikri terdiam.
Zikri bergelut dengan pikirannya sendiri, antara harus bicara jujur pada Mamanya atau tidak.
"Mikirin siapa?" tanya Mamanya yang membuat Zikri terdiam dan menatap kearahnya.
"Zulfa, Ma!" Mendengar nama Zulfa,mamanya Zikri tersenyum.
Mamanya tau tentang Zulfa, hanya saja Zikri jarang cerita banyak tentang Zulfa padanya.
"Emang dia kenapa?"
"Dia masih belum membuka hatinya untuk siapapun, Ma!" keluh Zikri pada Mamanya.
"Masa cowok gitu, harus terus semangat dong. Kalau kamu bisa buat hatinya luluh, berarti kamu lelaki hebat yang bisa menaklukkan hati wanita shalihah!" ucap Mamanya dengan seulas senyuman di bibir manisnya.
"Iya, Ma. InsyaAllah Zikri termasuk lelaki itu," ucap Zikri yang dipungkas oleh kata Aamiin.
"Makanya, segera khitbah Zulfa. Biar enggak naik darah pas liat dia lagi bicara sama lelaki lain selain mahramnya," ucap Mamanya yang membuat Zikri tersenyum.
Tadinya Zikri akan segera mengkhitbah Zulfa, hanya saja dia masih ingin memerhatikan Zulfa dari jauh. Dia masih mencintainya dalam diam. Masih berdoa pada Allah yang memiliki hak atas hatinya agar Allah gerakan hatinya agar dia jatuh hati pada Zikri.
"Zikri, gimana?"
****
Syukron udah mau baca.
Jangan lupa krisar sma votenya
~Senin, 29 April 2019~
🌸Jazakumullaahu Khayran🌸
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top