29: Terima?
Menunggu yang paling berkesan dan berhadiah surga adalah menunggu dirinya datang, diiringi diri ini terus belajar menjadi lebih baik dan berguna untuk sesama.
_DewiMaharani_
Zulfa membereskan buku-buku anak didiknya setelah selesai dinilai, kemudian gadis itu duduk sembari menatap pantulan dirinya di cermin.
Dia menatap tajam pantulan dirinya di cermin, pikirannya mulai mengembara dan bibirnya pasti akan bersuara.
"Memangnya siapa, sih, yang mau ayah jodohin sama aku?" Dia memejamkan mata sejenak.
"Emang ada gitu, yang mau sama aku? Aku yang cacat dan enggak sempurna ini!" Perempuan itu menggesekkan bahunya sendiri.
"Aku masih harapin Zikri? Astaghfirullah, lelaki ajnabi itu, kenapa selalu berada di pikiranku? Apa dia jodohku? Ah, enggak mungkin. Just my dream!"
"Tapi, kalo bener gimana? Aku kan enggak bisa nolak kalau dia jodoh aku. Apalagi dia idaman!"
"Eh? Astaghfirullah. Tuh kan, ternyata aku masih harapin Zikri. Tapi kan, Zikri itu bukannya udah sama perempuan yang senyum-senyum di kafe pinggir jalan yang aku lihat itu, kan? Ah, gak tau. Bukan urusanku lagi!" ujarnya pada kaca, padahal di hatinya dia ingin mengetahui keadaan lelaki itu. Manusia terkadang seperti itu. Suka berbohong!
Padahal jelas Allah mengetahui segalanya. Sebagaimana dalam firman Allah Qur'an surat Al-Imran ayat 119 yang artinya, "Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di dalam dada."
"Ah, enggak tahu. Pusing mikirin nya, mending tidur, biar enggak ketinggalan memohon di sepertiga malam."
Zulfa bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, lalu dia mengamalkan sunnah-sunnah sebelum tidur. Diantaranya, berbaring ke sebelah kanan, dan melaksanakan Sunnah Rasulullah yang diriwayatkan HR. Bukhari no. 5017.
Dari 'Aisyah, beliau radhiyallahu 'anha berkata,
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dandibacakan 'Qul huwallahu ahad' (surat Al Ikhlash), 'Qul a'udzu birobbil falaq' (surat Al Falaq) dan 'Qul a'udzu birobbin naas' (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali."
M
embaca Al Qur'an sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini lebih menenangkan hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Juga dengan mengamalkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari no. 3275. Yakni membaca ayat kursi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, "Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Lalu Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, "Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta'ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan."
***
Pada sepertiga malam Zulfa tidak berharap terlalu banyak, salah satu harapannya adalah Allah menghadirkan lelaki terbaik untuknya, yang mampu melengkapi kekurangannya, dan pastinya lelaki yang mampu membawa dia ke surga-Nya.
Menjelang subuh, perempuan itu membaca ayat-ayat yang mampu menentramkan jiwa, menjadi penyembuh berbagai penyakit, terutama penyakit hati.
Waktu berlalu dengan cepat, hingga membuat seorang Zulfa langsung turun untuk sarapan bersama kedua orang tua dan adik-adiknya.
"Zul, kriteria kamu yang kaya gimana?" tanya Abram yang membuat Zulfa sedikit kaget.
Setelah menelan makanannya, Zulfa menjawab, "Yang paling utama, Zulfa pengen punya pendamping yang mengenal Sunnah dan mengamalkannya. Bertanggung jawab, berakhlak, dan Zulfa mau lelaki yang bisa bersikap adil kepada ibunya dan kepada Zulfa nanti. Itu aja, Yah, yang pokoknya. Kalau misal dia seorang hafidz, tampan atau kaya, itu bonus, heheh!"
"Kayaknya, cocok tuh sama kriteria orang yang mau ayah jodohin sama kamu." Abram berhenti berucap dan menatap Zulfa yang kembali menyuapkan nasi pada mulutnya, "tapi, itu baru penilaian Ayah. Kan enggak tahu penilaian Allah gimana. Tapi itu pun, kalau kamu cocok sama dia."
"Ta'aruf dulu, Yah?"
"Enggak, katanya dalam waktu deket ini, dia mau langsung khitbah kamu!"
Alhamdulillah bisa update.
Sebelumya, makasih banyak buat kalian yang mau luangin waktu buat baca.
Udah siapkan menuju ending?
Insyaallah aku posting endingnya besok. Mau ada extra part enggak?
Aku tunggu komennya, ya!
Jadikanlah Al-Qur'an sebagai bacaan utama.
Bandung, 18 Maret 2020
🌺Jazakumullahu Khayran 🌺
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top