17: Sebuah Harapan 2

Kita akan merasakan kecewa jika menaruh harapan pada manusia. Percayalah, berharap pada manusia tidak ada gunanya. Hanya akan mengundang kekecewaan yang teramat dalam.

_DewiMaharani_



Hari ini disebuah kafe yang tak jauh dari masjid tempat kajian, makhluk Allah sedang sibuk dengan obrolannya, hingga melupakan makanan yang berada di mejanya.

Seorang perempuan berjilbab maroon sedang asyik mengobrol dengan wanita berpakaian hijau tosca plus hijab dengan warna yang senada.
Sedangkan di sampingnya, terdapat seorang lelaki mengenakkan baju koko berwarna putih dengan sedikit hiasan berwarna emas, yang membuat lelaki itu semakin tampan. Di-hadapannya, ada seorang lelaki berbaju koko berwarna biru.
Siapa lagi mereka jika bukan Zulfa, Maya, Zikri, dan Rega.

Mereka sengaja berkumpul terlebih dahulu di sini sebelum memutuskan untuk pulang. Mata orang-orang yang memandangnya berpikir bahwa mereka berpasang-pasangan. 


"Kasihan itu makanannya keburu dingin!" Rega menghentikan percakapannya dengan Zikri, karena aroma makanan yang dihidangkan telah mengusik indera penciumannya.

Zikri mengangguk. Zulfa dan Maya juga menghentikan percakapannya.

"Aaa, say!" Rega mengarahkan garpu dengan spaghetti pada Maya.

Dengan cepat Maya membuka mulut bersiap untuk memakannya.

"Aduh kakak, jangan suap-suapan napa! Di sini ada anak kecil!" Zulfa terkekeh diakhir kalimat.

Mereka yang mendengarnya juga ikut terkekeh.

"Kamu ini, Zul. Kapan atuh undangannya nyebar?" Maya menatap Zulfa geli, sedangkan bibirnya tersenyum.

"Belum ada calonnya, May!" ucapnya setelah menelan spaghetti.

"Aaa, mau?" Gulungan spaghetti berada tak jauh dari mulutnya. Matanya memutar untuk melihat siapa orang yang menyodorkannya spaghetti.

Zikri?

Zulfa hanya bisa menggeleng walau dalam hati sedang berkoar-koar agar menerima itu, tapi dia juga tau bahwa Zikri bukan siapa-siapanya. Masih sebuah harapan agar menjadi imamnya di masa depan.

Melihat penolakan itu, Zikri memutar tangannya dan mendekatkan spaghetti itu pada mulutnya.

"Beneran nggak mau?" Zikri kembali bertanya sebelum spaghetti itu benar-benar masuk pada mulutnya.

Zulfa hanya mengangguk diiringi senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Mau?" Lagi-lagi Zikri menyodorkan segulungan spaghetti itu pada Zulfa. Untuk kedua kalinya juga, Zulfa menolaknya.

Zulfa benar-benar dibuat malu oleh perlakuan Zikri. Dalam hatinya nama Zikri semakin terukir semakin jelas.
Pintu hatinya terbuka lebar untuk Zikri.
Ternyata, sekarang gadis itu sangat berharap Zikri akan mengkhitbah-nya.

Tak lama kemudian, mereka selesai memakan makanannya masing-masing.

Zulfa meraih jus alpukat yang ada di depannya. Detik kemudian, dia meminumnya.

Zulfa menghentikan hisapan jus alpukat ketika mendengar seseorang menyebutkan ciri-cirinya.

Zulfa mengedarkan  pandangannya pada seluruh penjuru kafe. Dia mencari seorang perempuan yang berkerudung maroon selain dirinya. Tapi, nihil. Tidak ada yang menggunakan jilbab maroon di sini selain Zulfa.

Zulfa langsung menghadapkan pandangan pada sumber suara. Dia dapati seseorang yang amat dia kenal, lelaki yang sedang menguasai hatinya. Siapa lagi jika bukan Zikri.
Zikri sekarang berdiri di panggung yang terdapat di kafe, tangannya memetik gitar.

Tadi, Zikri bilang kalo lagu ini buat orang yang pake jilbab maroon. Dan itu buat aku?

Rasa senang mulai menghinggapi Zulfa, apalagi yang keluar dari mulut Zikri adalah lirik yang sangat ia tau.

"Memenangkan hatiku, bukanlah satu hal yang mudah. Kau berhasil membuatku tak bisa hidup tanpamu."

Zikri mulai menyanyikan lagu berjudul Bukti, yang dipopulerkan oleh Virgoun.
Dan itu, untuk Zulfa!

Siapa yang tak senang jika lelaki yang dicintainya bernyanyi lagu itu untuk dia sendiri. Di depan umum. Malu, dan senang benar-benar menguasai raga Zulfa. Perempuan itu hanya bisa menatapnya dan sesekali tersenyum.

"Menjaga cinta itu, bukanlah satu hal yang mudah. Namun, sedetik pun tak pernah kau berpaling dariku. Beruntungnya aku dimiliki kamu."

"Kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati. Kau jadi harmoni saat kubernyanyi, tentang terang gelapnya hidup ini."

Sekarang, perasaannya mulai heran. Kenapa Zikri nyanyi itu? Bahkan dia saja tidak tahu banyak tentang Zikri.
Hanya Zikri dan Allah yang tau maksud mengapa Zikri menyanyikan lagu ini.

"Kaulah bentuk terindah dari baiknya Tuhan padaku. Waktu tak mengusaikan cantikmu, kau wanita terhebat bagiku. Tolong kamu camkan itu."

Waktu benar-benar tak mengusaikan cantiknya, malah Zulfa semakin cantik di mata Zikri.
Zikri telah tau Zulfa dari dulu. Jauh sebelum Zikri memutuskan berhenti untuk mondok dan memilih untuk mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan.

Dalam setiap sujud terakhirnya, tak pernah lupa untuk menyebut nama Zulfa.
Nama Zulfa selalu menggema di langit atas doa Zikri yang tak pernah henti ia sebut. Dan dia sangat berharap doanya dikabulkan sang pemilik Arsy.

Besok, dia akan mengetahui semua jawaban atas doanya tentang Zulfa selama ini. Karena besok adalah hari Sabtu, dan Zikri telah memantapkan hatinya untuk mengkhitbah Zulfa besok.

"Meruntuhkan egoku, bukanlah satu hal yang mudah. Dengan kasih lembut kau pecahkan kerasnya hatiku."

"Beruntungnya aku, dimiliki kamu."

"Kamu adalah bukti, dari cantiknya paras dan hati. Kau jadi harmoni saat kubernyanyi. Tentang gelap terangnya hati ini."

"Kaulah bentuk terindah dari baiknya Tuhan padaku. Waktu tak mengusaikan cantikmu. Kau wanita terhebat bagiku, tolong campak itu."

Zikri kembali bernyanyi, dan Zulfa hanya mampu memandangnya penuh kagum diiringi tanda tanya.

"Tolong kamu camkan itu ...."

Gemuruh tepuk tangan mulai memenuhi kafe itu. Senyum yang Zikri berikan beserta ucapan terima kasih malah membuat para penonton yang hadir semakin riuh.

Awkward moment!

Zikri hanya bisa mengedar senyum pada tiga makhluk yang berada di depannya.

Zulfa tak berani mencuri pandangan pada Zikri. Ini benar-benar awkward moment untuk Zulfa. Wanita itu benar-benar kehilangan keberanian untuk menatap Zikri, untuk sekadar berterima kasih atas lagu yang Zikri nyanyikan untuk dirinya pun sudah tak ada. Apalagi untuk bertanya kenapa Zikri menyanyikan itu di depan umum pula.

"Kapan? Kenapa nggak sekarang ajah?" tanya Rega yang memecah keheningan.

"Sabar, InsyaAllah besok!" jawab Zikri yang sudah mengetahui maksud pertanyaan Rega.

"Alhamdulillah, good luck, ya!"

"Good luck, Zikri!" Maya ikut-ikutan berucap seperti Rega.
Maya tau bahwa Zikri akan segera mengkhitbah Zulfa dari suaminya.

Zulfa hanya bisa menunduk, dan sesekali dia menatap ketiga temannya. Mau ikut berucap? Rasanya itu sangat tak mungkin. Karena pada kenyataannya Zulfa seperti yang tak tahu apa-apa saat ini. Dan dia akan mengetahui semuanya besok.

Bolehkah aku berharap agar kau jadi imamku?

Semburat senyuman menghiasi wajahnya yang tengah mengamati Zikri. Seakan-akan mereka berpikir bahwa Zulfa ikut tertawa. Padahal pada kenyataannya, dia tak tau apa yang sedang dibahas mereka sampai tertawa kecil membuat Zulfa dilanda kebingungan.

Izinkan aku untuk berharap menjadi penyempurna agamamu.

****

Syukron udah mau baca.
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya. Karena itu sangat berarti.

Maaf banget, ya baru update.
Hiatusnya bbrpa hari. Dan pas UKK juga bakalan Hiatus sementara lagi.

Semoga kalian ttep sabar nunggu konfliknya. InsyaAllah besok konfliknya bklan muncul.
Harus ttep suport aku, ya! Karena itu kan bisa nambah semangat publish.

~Sabtu, 18 Mei 2019~

🌸Jazakumullaahu Khayran🌸


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top