1: Sebuah Pertemuan

Karena akhlak lah yang membuat lelaki mudah jatuh hati pada seseorang.

_dewimaharani_

****

MasyaAllah, suaranya bagus banget.

Siang hari ini Zulfa sedang berada di salah satu majelis ilmu, dia sedang duduk sambil menghayati bacaan Al-Quran, surah Al-Isra ayat 32 yang dibacakan seorang qori.
Suara qori itu yang sangat merdu membuat Zulfa berdecak kagum.

Ayat itu menjelaskan tentang larangan mendekati zina.
Tema kajian hari ini adalah 'Tidak Ada Pacaran Dalam Islam'.

****

Karena kajian hari ini telah selesai, Zulfa berjalan sendirian ke area parkir untuk mengambil motornya, namun karena dia berjalan menunduk membuatnya bertabrakan dengan seseorang yang berlawanan arah dengannya.

Zulfa mendongak, menatap siapa yang dia tabrak barusan.

"Astaghfirullah," desisnya karena bertabrakan dengan seorang ¹ikhwan.

Zulfa kembali menundukkan kepalanya.

Afwan," ucap Zulfa dan laki-laki itu serempak.
"Astaghfirullah," ucap mereka serempak lagi.

Laki-laki itu melontarkan senyuman kepada Zulfa karena mengingat tingkah mereka barusan.

"Afwan." Zulfa langsung pergi ke tempat wudu, karena dia takut wudunya batal karena bersentuhan dengan lawan jenis.

Walaupun Zulfa tak merasa dia bersentuhan, tetapi tetap Zulfa tidak mau batal wudu. Karena Zulfa termasuk salah satu perempuan yang sangat menjaga wudu. Dia juga tahu apa manfaat menjaga wudu.
Salah satu manfaatnya adalah, anggota tubuh yang terkena air wudu akan bersinar di hari kiamat kelak.

Laa ba'sa," ucap lelaki itu sambil tersenyum kecil, lalu pergi ke tempat wudhu.

****


Lelaki itu tersenyum, melihat wanita yang menabraknya tadi yang kini tengah selesai mengambil air wudhu.

Lelaki itu adalah Zikri, seorang qori yang membuat Zulfa berdecak kagum akan suara merdunya.

MasyaAllah. Karena akhlak itu yang berhasil membuat namamu semakin beku di hati ini.

Zikri melangkahkan kakinya ke tempat wudu laki-laki, karena dia rasa sudah cukup memerhatikan orang yang dia cintai diam-diam dari kejauhan.

****

Zulfa Salsabila Putri, dirimu berhasil membuatku jatuh cinta dengan mudahnya padamu. Dirimu yang membuatku berzina pikiran. Semoga aku bisa menghalalkanmu secepatnya.

Zikri tengah duduk di kasurnya yang empuk. Lelaki itu tersenyum memikirkan kejadian tadi siang di dekat area parkir.

Dia mengambil salah satu buku dan sebuah pulpen yang terdapat di nakas. Dia menulis nama lengkap Zulfa di sana.

Dia sangat berharap pada Allah agar Zulfalah yang menjadi penyempurna agamanya.

****

Setelah selesai mengerjakan salat isya, Zulfa turun ke dapur yang berada di lantai dasar untuk membuat susu coklat kesukaannya.

Rumah Zulfa tidak terlalu besar, namun karena arsitektur rumah dan perpaduan warna yang bagus terlihat rumah itu cukup luas. Rumah Zulfa memiliki dua lantai, kamar Zulfa dan adiknya berada di lantai atas. Hanya dapur, ruang tamu, ruang keluarga, dan kamar orang tuanya saja yang berada di lantai bawah.

"Zulfa!" panggil Abram-ayahnya Zulfa.

Merasa namanya dipanggil, Zulfa langsung menghampiri ayahnya yang sedang berada di ruang keluarga bersama ibu dan kedua adik lelakinya, dengan membawa sebuah gelas berisi susu coklat yang baru dibuat untuknya.

"Gimana tadi kajiannya?" tanya Abram pada Zulfa yang duduk di sampingnya.

"Alhamdulillah, lancar seperti biasa, Yah!"

"Kamu udah punya calon belum?" Zulfa yang sedang meneguk susu coklat, tiba-tiba tersedak mendengar pernyataan ayahnya yang mengagetkan.

"Astaghfirullah, pertanyaan Ayah ngagetin, ya?"

Zulfa tak langsung menjawab pertanyaan ayahnya, dia masih merasakan adanya air yang masuk hidung.
Zulfa berbatuk pelan, untuk menetralkan kadar air yang masuk hidung.

Setelah Zulfa merasa tak ada lagi air yang masuk hidung, dia hanya menggeleng.

"Belum ada?"
"Iya, Yah. Belum," Zulfa menundukkan kepalanya sedikit.

"Kapan Kak aku punya Kakak ipar?" tanya Rafi-adik bungsu Zulfa yang duduk di samping ibunya.
"Iya kak, kapan?" tanya Rafa-kakak kembar Rafi.

Zulfa menatap kedua adiknya itu, "Anak kecil nggak boleh kepo tau!"

"Ish. Siapa yang anak kecil coba? Kita kan udah kelas 8 lho kak. Iyakan, Fi?" tanya Rafa yang tak terima dibilang anak kecil.

Rafi hanya mengangguk mendengar perkataan kakak kembarnya yang tak berhenti mengoceh itu.

"Kalian kepo banget sih!" Zulfa mencubit pipi kedua adiknya itu karena gemas.
Kedua adiknya hanya berontak karena tak mau dicubit.

"Udah deh Kak! Sakit tau!" Rafi menahan tangan Zulfa yang tak henti-henti mencubit pipinya.
Rafa mengangguk, dia juga menahan tangan Zulfa.

"Jadi cowok itu harus kuat. Biar nggak galau pas patah hati!" Zulfa menurunkan tangannya dari kedua pipi adiknya.
"Hati itu nggak punya tulang, Bu guru!" ucap kedua adiknya serempak.
Zulfa adalah seorang guru bahasa Indonesia di SMP tempat pamannya mengajar.

Rafa dan Rafi menyilangkan kedua tangannya. Menatap wajah sang kakak dengan kesal.

Kebiasaan kedua adiknya jika sedang kesal pada Zulfa, adalah menatapnya dengan posisi tangan keduanya yang menyilang.

"Iya deh, terserah kalian! Kakak mau tidur!" Zulfa memalingkan pandangan dari kedua adiknya lalu dia membawa gelas kosong yang berada di meja, lalu izin pada orang tuanya untuk pergi ke kamar duluan.

"Huuh, kalah!" celetuk Rafa yang melihat Zulfa menuju dapur.

"Nggak kok!" balas Zulfa tanpa berhenti.

Zulfa pada kedua adiknya sangat baik, terkadang sangat menyebalkan menurut mereka.

****

Zulfa meraih HP-nya yang berada di nakas. Dia membuka kata sandi HP-nya dan langsung duduk di kasur.

Zulfa mendengarkan beberapa sholawat yang diiring tabuhan marawis dari HP. Dia juga ikut bersholawat.
Suara Zulfa cukup bagus, dia pernah menjadi juara 1 MTQ tingkat kabupaten pada saat SMP.

Zulfa menghentikan lantunan sholawat yang keluar dari mulutnya. Dia memikirkan pertanyaan Abram yang bertanya, apakah dirinya sudah mempunyai calon.
Zulfa harap, dia bisa segera mempunyai pasangan di usia 23 tahun ini.

****

1. Ikhwan = Laki-laki
2. Afwan = maaf 
3. Laa ba'sa = tidak mengapa

Assalamu'alaikum!
Afwan, baru bisa update.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
Ajak orang lain buat baca.

~03 April 2019~

🌸Jazakumullaahu Khayran🌸

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top