Entry #32
4 Juni 2020
Dear diary,
Saat melihatku, kau memintaku untuk tinggal di sekolah saat jam pulang.
Seketika itu juga aku bingung apakah harus meratapi hidupku atau berterima kasih pada nasibku karena kau mengingat wajahku.
Saat waktunya tiba, kau mengajakku untuk pergi ke atap. Dengan diam aku mengikutimu.
Maksudku dengan 'diam' ialah dengan menahan diri untuk tidak mengeluarkan makan siangku karena gugup. Perutku yang sakit menjadi melilit memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sesampainya diatap, kita berdua diam. Aku diam karena tahu aku dalam masalah, tapi aku tidak mengerti kenapa kau diam. Mungkin kau sedang mengatur kata-katamu untuk bertanya tentang kejadian hari Minggu yang lalu.
"Hari Minggu lalu, kau pergi ke toko bunga, bukan?"
Tanyamu pelan. Aku tidak berani menatap matamu balik karena gugup setengah mati. Jika kau mendekat lebih dari jarak kita sekarang, mungkin aku akan meleleh seperti es krim di musim panas.
"Iya."
Jawabku singkat. Suaraku agak kecil, tapi kau melihatku mengangguk. Mungkin itu cukup untukmu, karena kau melanjutkan pertanyanmu.
"Apa yang perempuan itu katakan padamu?"
Kali ini, aku memberanikan diri menatapmu sejenak. Ini kesempatan emas yang patut kunikmati. Tatapan matamu tajam, tapi entah mengapa penuh kekhawatiran dan sedikit kesedihan.
"Tidak banyak. Dia hanya bilang dia adalah ibumu."
Setelah itu kau berhenti. Berhenti bertanya, berhenti melihatku, berhenti menghadapku.
"Maaf, tapi aku sedang ingin sendiri sekarang. Terima kasih sudah memberitahuku"
Dan setelah itu, aku pulang dengan ribuan pertanyaan yang tidak terjawabkan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top