21. Embusan Akhir

Jekha bersandar di sebelah lampu jalan sembari menengadah tangan. Pematik api yang melayang tenang di atas tangannya sedikit goyah saat Revan berbicara. Namun, ia tidak sempat mengikuti percakapan yang pemuda itu buat ketika suara-suara terdengar di earphone-nya. Jekha memasukkan korek api ke dalam saku kemudian maju memegang pundak Revan.

"Nyalakan," perintahnya singkat.

Tangan Revan sama sekali tidak menyentuh badan lampu jalan meski dia mengarahkan telapaknya ke sana. Pancaran cahaya ungu meresap ke dalam tiang lampu sampai nano detik berikutnya sinar lampu menyinari sekitaran Jekha, Revan dan Theo yang berada di bawah.

"Semua sudah siap," ujar Jekha melalui mikrofon yang bersembunyi di balik kerah. "Heliks mundur, masuk arena dimulai."

Earphone Jekha kembali mendengungkan suara-suara begitu intruksinya selesai. Ia mengangkat mata ke depan melihat ujung gorong-gorong yang beberapa hari lalu menjadi rute pelariannya. Malam ini, Jekha harus kembali lagi ke dalam sana untuk menghentikan awal kekacauan yang terjadi.

Berdasarkan letak kediaman klan Ri yang berada di bawah kaki bukit, penyusupan terfokuskan di area terdalam pondok dekat hutan di mana kemungkinan inang tanaman Pellionia Repens berada. Tiga titik pertahanan ditempatkan dari tengah kediaman Revan sampai pintu keluar untuk melumpuhkan jalur pelarian mereka. Satu kelompok lain memposisikan lokasi langsung ke dalam area klan sebagai tim penyerangan dan Jekha bersama Revan serta Theo yang melakukannya.

Life Power yang sekarang berjumlah tiga belas tambah Heliks yang notabenenya bukan pemilik kekuatan perlu menyiasati ketimpangan orang dalam melawan seluruh klan. Setiap kelompok memiliki tipe bertahan, tipe penyerang dan bukan dari keduanya sebagai pengamat situasi.

Namun, dalam jangka waktu yang sangat riskan di mana klan Ri bisa melaporkan mereka atas tuduhan penculikan Tuan muda Ri dan kekacauan pemilik kekuatan lepas kendali yang semakin marak, ada hal yang terasa janggal. Heliks telah memantau kediaman Ri secara diam-diam pasca kaburnya Jekha, Revan serta Czou, tetapi yang dia dapatkan tidak ada pergerakan apa pun dari klan Ri. Jekha menduga klan Ri menunggu Life Power kembali datang dan melakukan penyerangan sehingga mereka hanya tinggal menanti pasukan bonekanya masuk ke jebakan.

Memang kembali datang ke sana sama dengan masuk kandang singa secara sukarela, tetapi untuk menyelesaikan semuanya mereka tetap harus pergi.

Jekha sudah memastikan Heliks mundur dan menjauh dari kawasan klan Ri sebelum penyerangan. Mengantisipasi pemuda yang tak memiliki kekuatan itu tidak terlibat jauh dalam bahaya yang sesungguhnya. Ia kemudian menghela napas sebelum memasukkan badannya dalam gorong-gorong di belakang Revan. Semua anggota Life Power sudah terbagi di posisinya masing-masing dalam penyerangan ini, Jekha serta timnya masuk langsung ke jantung kediaman, Jerri Mike menorobos dari sisi berlawanan ke tengah pondok sementara Czou Jemija Dyovor mengambil posisi di sekitar gerbang dalam klan Ri.

Perjalanan ini harus segera berakhir, batin Jekha ketika keluar dari mulut gorong-gorong.

Jekha menatap sebilah pisau yang tersampir apik di pinggang Revan. Pisau yang akan digunakan untuk menyegel kekuatan inang tanaman Pellionia Repens. Namun, ia masih merasa ragu harus menggunakan darah dalam menuntaskan permasalahan ini meski Jekha menyadari juga sudah banyak darah yang ia dan Life Power torehkan sejak kekacauan terjadi.

"Lewat sini," bisik Revan sambil mengarahkan Jekha dan Theo berbelok kiri. Sejauh ini penyusupan mereka belum terendus, suasana kediaman klan Ri masih sangat tenang. Jekha sedikit berharap mereka bisa menyelesaikan penyegelan kekuatan Pellionia Repens tanpa harus bertarung menghadapi siksaan Tetuanya Revan.

Namun, tiba-tiba Theo menahan pergelangan tangan Jekha dan Revan, dia menarik mereka merapat dengan tembok. Beberapa saat kemudian dua orang pelayan yang entah bertolak dari mana lewat di belakang tembok yang menyembunyikan mereka. Theo pun langsung mengembuskan napas lega setelah dua orang itu lewat. "Aku merasakan suara mereka dari telepatiku."

"Kemampuan yang keren!" Revan kelepasan terpesona, dia langsung mengalihkan wajahnya yang memerah. Theo dan Revan sebenarnya belum terlalu berbaikan, tetapi kekuatan mereka berkoordinasi dengan baik sehingga terpaksa berada di tim yang sama. Terlebih Theo diam-diam mengawasi Revan melalui telepatinya, mewanti pemuda berdarah Cina tidak lagi menyia-nyiakan kepercayaan mereka.

"Ayo lanjut lagi," interupsi Jekha menghilangkan canggung yang tiba-tiba menyelimuti.

Jekha berlari mengikuti Revan di belakang dengan wajah yang menyimpan berjuta kekhawatiran. Sejujurnya menemukan tempat yang ada inang Pellionia Repens merupakan taruhan yang mereka prediksi. Belum ada kejelasan tempat yang mereka tuju benar-benar terdapat Pellionia Repens. Jekha hanya berharap perkiraan Revan tentang taman pemujaan leluhurnya adalah tempat yang tepat.

Revan berbelok lagi ke arah kiri dan Jekha masih setia mengikuti. Akan tetapi, saat Jekha menyusul melewati belokan antar dua tembok, ia melihat Revan menghentikan larinya.

Seharusnya Jekha tahu tidak akan semudah itu untuk mereka berlari-lari di kediaman orang-orang Ri yang penuh kekuatan istimewa. Seolah-olah memberi ketiganya penyambutan, kakek Revan tersenyum berdiri di tengah-tengah sembari mengipaskan dirinya. Saat menutup kipas dan membiarkannya terbang ke atas tanpa Jekha perhatikan mendarat di mana, Ri Xue, Kakek Revan berkata, "Akhirnya kalian datang juga, maaf klan Ri sangat tidak sopan tidak membuat sesuatu yang megah untuk menyambut para pasukan pemberani ini."

"Tetapi sepertinya kita akan mengadakan perjamuan besar."

Ri Xue mengangkat lengan kanannya tinggi. Isyarat itu mendatangkan para penjaga klan Ri dengan anak-anak Life Power yang berada dalam tahanan mereka.

Jekha menggertakkan gigi kesal. Pantas saja setelah mereka semua memasuki kediaman Ri tidak ada lagi laporan informasi dari tiap titik yang berjaga, mereka sudah diambil alih!

Jerri, Mike, Jemija, Dyovor bahkan Czou tampak berjalan tanpa nyawa ke dalam taman penuh warna ungu mendominasi. Setiap orang ditahan satu penjaga yang meletakkan tangan mereka di dua sisi kepala anggota Life Power. Jekha yakin perlakuan itu adalah gerakan siaga yang klan Ri canangkan jika Jekha serta Theo berbuat sesuatu.

Revan lantas maju sembari berteriak, "Apa yang Zēngzǔfù mau lakukan? Hentikan ini Kek, aku tidak mau!"

Namun, Revan hanya terhempaskan ke belakang Ri Xue tanpa sedikit pun diperdengarkan ucapannya. Dalam waktu yang sangat sedikit, Jekha segera menarik pisau Revan dari sarungnya saat pemuda itu terdorong, ia berniat mengarahkan pisau tersebut menggores kulit Revan. Akan tetapi, kekuatan yang lebih besar membelokkan arah pisau ke atas, mematahkan kekuatan telekinesis Jekha.

"Usaha yang bagus anak muda, tapi jangan macam-macam atau teman-teman manismu akan menjadi gila," ujar Ri Xue mengayunkan tongkatnya tajam ke bawah. Pisau yang tadi melayang di atas pun terjun dan menancap di atas tanah rerumputan. Bersamaan dengan itu, anggota Life Power yang menjadi tahanan menggeliat tak tenang, ingin menggapai kepala mereka yang serentak sakit, tetapi pergerakannya terkunci.

Jekha hendak maju mengkonfrontasi Ri Xue secara langsung, tetapi Theo menahan pundaknya. Lelaki itu menggeleng dan bersuara di benak Jekha, "Jangan! Mereka masih membutuhkan kita, aku yakin mereka tidak akan membuat yang lain sampai tidak berdaya atau kehilangan kemampuan, sekarang hanya kita yang bisa diandalkan, tetap hati-hati."

"Aku akan mencari informasi dari pikiran mereka yang mana inang Pellionia Repens."

Jekha berdeham menyetujui. Di belakangnya anggota Life Power tertahan, pelarian mereka sudah pasti telah tertutup, sementara di depan ada Ri Xue dan Revan yang berada dalam genggaman dua orang. Aku dan Kak Theo dikepung!

Tapi jika aku bisa mencapai Revan dan pisau di sana, ada kesempatan untuk langsung melumpuhkan Kakeknya, batin Jekha memperhitungkan siuasi.

Apa aku harus menggunakan .... Jekha meraba sisi saku celana kanan, meremat benda yang membentuk persegi di dalam sana. Ia menelan ludahnya susah payah lalu memfokuskan tatapan pada kakek Revan.

"Hei, Kakek tua! Ayo bertarung, jika aku menang Anda harus melepaskan teman-temanku termasuk juga Revan," tantang Jekha. Matanya melirik Theo di belakang yang langsung mengangguk, pemuda itu pasti telah mengetahui dari pikirannya bahwa ia berencana mengalihkan perhatian Ri Xue selagi Theo mencari Pellionia Repens.

"Dan jika kamu kalah?"

Jekha menelan ludah tidak nyaman. Ia agak tak ingin mengucapkan ini, tetapi jika tidak, orang tua itu tidak akan tergiur. "Kami tidak akan memberontak saat Anda menjadikan kami semua pasukan boneka."

"Baiklah anak muda, kamu yang menawarkan," terima Ri Xue sembari menyeringai.

Pendar ungu pekat langsung bercahaya di sekitar Jekha. Saat ia mencondongkan badan bersiap melayangkan serangan, Ri Xue lagi-lagi mengayunkan tongkatnya dengan santai ke samping. Bunyi debum dan erangan sakit Theo yang terlempar ke sisi taman sampai menghancurkan sebagai tanaman yang dia tabrak mengalihkan perhatian Jekha.

Jekha mau mengejar Theo memastikan tidak ada luka fatal, tetapi mendadak tubuhnya Ri Xue layangkan. Badan Jekha melengkung seolah-olah ingin menjauhi nyeri yang menghantam punggungnya saat dihentakan ke bawah cepat.

Jekha meringkuk seperti tengah menderita kesakitan parah, tetapi ia diam-diam menatap pada benda di genggaman Ri Xue. Memanfaatkan kakek tersebut yang merasa menang, Jekha menyelundupkan serangan. Tongkat panjang berwarna coklat itu Jekha tarik dari tangan Ri Xue dan langsung memukulkannya ke dagu. Jekha tidak peduli jika gigi kakek tua ternyata rontok akibat pukulannya.

Revan di sisi lain terus memberontak lepas. Padahal pengaruh pengendali di kepala Revan sudah hilang, tetapi pemuda tersebut tidak bisa utuh menggunakan kekuatannya karena tekanan yang lebih kuat dari para Tetua.

Ri Xue meludahkan darah amis yang menetes di sela giginya. Matanya mulai menatap Jekha bengis. "Boleh juga kamu anak muda, sepertinya kekuatan jenderal kami tidak terlalu sia-sia di tubuhmu," ucap Ri Xue tidak melepas pandangannya pada Jekha.

Jekha membalasnya dengan berdecak sinis. Namun, mendadak badan Jekha tidak terkendali dan berlari ke arah Theo.

"Tapi kamu tetap tidak akan lepas dari Dewa pengendali!"

Pergerakan Jekha dikendalikan sepenuhnya oleh Ri Xue, Kakek itu berniat membuatnya menyerang Theo. Ia sudah mengirimkan pesan di benaknya untuk Theo berlari, tetapi kecepatannya kalah ketika dirinya sudah di depan Theo menodongkan ujung lancip tongkat ke leher Theo.

Bunyi debum lain terdengar di belakang Ri Xue, Revan telah melemparkan kedua orang yang mengekangnya dengan kekuatan psikokinesis. Tuan muda itu langsung mengirimkan gelombang angin yang membuat Ri Xue oleng.

"Jika Kakek menginginkan klan Ri yang jaya, tidak harus seperti ini jadinya!"

"Lalu harus bagaimana? Kamu tidak lihat Ri'er? Mereka semua mengambil kekuatan milik leluhurmu! Seharusnya Kakek tidak pernah membiarkanmu sekolah di tempat berandal itu." Revan diterbangkan seperti layangan sampai menabrak pohon rambat penuh sulur daun. Darah memaksa meluap saat punggungnya membentur batang pohon tersebut.

Gemersak daun karena tubuh Revan yang merosot dari pohon merasuk ke pendengaran Theo. Dia masih menahan sekuat tenaga tusukan dari Jekha yang dikendalikan mendadak mengerti. Sekeliling Theo memancarkan keunguan, dia membawa masuk Jekha ke dimensi di mana tidak ada yang bisa menginterupsinya dan Jekha.

"Jekha, pohon di belakang Kakeknya Revan!" teriak Theo di bawah alam sadar.

"Aku mengerti kak! Tapi bagaimana aku lepas dari kendali ini dan ke sana?"

"Aku akan merasuki pikiran Kakek Revan sebentar, kamu bisa memanfaatkan itu mendekati pohonnya!"

Theo mengangkat dua kaki dan menendang dada Jekha hingga terlepas darinya. Tanpa membuang waktu, Theo segera menatap Ri Xue dan tubuhnya kembali berpendar keunguan, membawa kakek itu ke dalam dimensi telepatinya.

Jekha bangkit dengan susah payah, masih ada kendali Ri Xue yang menahan kecepatan gerakannya. Akan tetapi, Jekha melawan tekanan tersebut secara paksa. Akal gila Jekha menuntun dirinya menaiki tongkat dan menerbangkan diri di atasnya ke tempat Revan serta pohon yang dimaksud Theo.

Jekha mendarat sampai berguling-guling di dekat Revan. Tangannya menggapai mulut Revan yang mengeluarkan darah. "Maafkan aku Revan ...," gumam Jekha mengusap darah Revan perlahan.

Revan membalas sambil tersenyum kecil. "Tidak apa ... lagi pula aku setuju."

Sisa darah yang telah di tangan Jekha, ia oleskan di ujung tongkat. Dengan sekuat tenaga Jekha menusuk batang pohon tersebut sampai dalam. Embusan kabut mendadak turun dari langit dan menyapu mereka semua. Jekha merasakan pergerakannya tidak berat lagi.

Efek peningkat kekuatan yang mengendalikan mereka telah lepas.

Life Power tersadar setelah mendadak bebas dari pengaruh yang menahan kendali tubuh mereka. Jerri dan Czou yang sadar akan situasi langsung menjauhkan para penjaga. Mereka mengumpulkan anggota lain segera mungkin dalam perlindungan.

Dyovor juga segera mendekati teman-teman yang terkapar akibat pertarungan ini, termasuk Theo yang masih terjerembab di antara tanaman. Pemuda itu bertepatan datang ketika sosok Theo keluar dari dimensi telepati.

"APA?! KALIAN BERHASIL MEMATAHKAN EFEKNYA?!" Ri Xue berteriak frustrasi saat sadar semua anak muda yang ditawan telah menggandakan pertahanan. Ketika kakek tua itu membalikkan badan menatap pohon leluhurnya, dia langsung dihadapkan Jekha dan Revan yang sudah berdiri mengarahkan tangan kepadanya. Mereka berdua mengangguk bersamaan sebelum pancaran sinar ungu yang amat pekat langsung membanjiri tubuh Ri Xue hingga dia berlutut di tanah dan tertekan pengaruh kekuatan gabungan Jekha dan Revan.

Sejak Ri Xue telah dilumpuhkan, sisa pendukungnya tidak berani lagi menentang intimidasi kekuatan Jekha dan Revan.

曾祖父 - Zēngzǔfù+
Kakek agung/Kakek besar+

.

.

.

AKHIRNYAAAAA

MAAFKAN INI BERANTAKAN BETUL 😭
TAPI SEMOGA MASIH KUAT PERBAIKINYA
masih ada satu penutup lagi tungguin yaaaa

Jangan lupa vote dan comment

Sekian dan Terima kasih

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top