19. Waktu Percaya Usai
Setiap detik seperti menentukan nasib. Waktu itu seakan-akan mau meledak jika langkahnya tertebak. Namun, siapa duga sedikit waktu yang Jekha miliki dalam pelarian, ia curi untuk mencari-cari hal yang tak pasti.
Setidaknya itulah yang Revan pikirkan ketika pemuda iris keabuan tersebut memintanya pergi ke perpustakaan klan Ri. Balasan Jekha cukup mengejutkan walau ucapan itu menjelaskan ketidakpercayaannya pada Revan.
"Kalau kamu mampu mengeluarkan sekumpulan huruf berisi informasi kekuatan dari pemiliknya seperti kakekmu, kita bisa langsung pergi dari sini, tapi Van ... aku yakin, kamu tidak bisa."
"Perpustakaan keluargamu-ah, tidak! Ini kekuatan suci leluhurmu, paling tidak berada di tempat yang sangat rahasia atau yang terlarang di mana selain klan intimu tidak ada yang tahu, ada tempat seperti itu di sini?" tambah Jekha menanyainya lagi.
Revan memandang Jekha sulit kemudian dia berbalik sembari menaikkan sedikit Czou dalam gendongannya. "Ikut aku ke sini!"
Melalui jalan berliku di kediaman klan Ri, Revan menjelaskan rute mereka kabur. Antisipasi jikalau jalan tikus yang mereka ambil sudah terkepung. Akan tetapi, selama perjalanan itu Jekha tidak bisa terlalu fokus dan menatap kepala kecil Revan waspada. Walau akhirnya tuan muda Ri benar menuntunnya ke tempat seperti perpustakaan, ada mekanisme lift kayu ke bawah yang hanya terbuka dengan sentuhan tangan Revan.
Perpustakaan terlarang klan Ri.
Seperti sebuah perpustakaan pada umumnya, tempat itu penuh dengan buku-buku. Setelah menyimpan Czou di tempat yang mudah mereka capai, Jekha tidak membuang waktu menyusuri setiap rak buku.
Namun, baru rak terdekat yang ia datangi, Jekha sudah merasa frustrasi lantaran semua tulisan di sampul buku bertuliskan mandarin. Tangannya segera meninju rak-rak kayu tua di depan hingga bergetar. Akan tetapi, getaran itu berlangsung cukup lama sehingga Jekha merasa was-was dan melihat ke atas, mengira tempat mereka kabur sudah diketahui.
Getaran akibat tinjunya memang berlangsung lama dan Jekha terkesiap ketika mendapati seluruh buku di rak mulai mengambang karena telekinesisnya. Seolah-olah ada bohlam kuning di atas kepala, Jekha merasa tercerahkan karena pengaruh telekinesis yang mengenai buku, memberi tahunya isi dalam buku secara sekilas langsung dengan bahasa yang ia mengerti.
Jekha lantas mengambil posisi berdiri di tengah-tengah kumpulan rak dan merentangkan tangan. Perlahan buku-buku itu kembali mengambang, ia memejamkan mata berkonsentrasi pada isi buku yang masuk ke dalam kepalanya cepat. Hanya dengan satu kunci kata yang Jekha harap tertemukan, kekuatan. Satu area bersinar lebih terang di sisi kiri, Jekha pun dengan tergesa menghampiri lokasi tersebut.
Revan yang baru ia sadari ternyata hampir berdiri di dekat sana tengah memperhatikan Jekha dengan saksama. Ketika Jekha datang, pemuda itu langsung bertanya, "Di sini yang kamu cari?"
"Buku apa yang kamu cari?" tanyanya lagi. Sejak permintaan Jekha untuk pergi ke tempat seperti ini memang ia hanya menyinggung soal ketidakmampuan pemuda tersebut mengeluarkan informasi berisi kata-kata yang muncul di hadapannya seperti yang Kakek Ri Xue lakukan. Sialnya, Jekha masih harus bergantung pada Revan, mengartikan buku-buku di sekitar yang sesuai dengan apa yang ia cari.
Jekha pun menghela napas sebelum berkata, "Apa pun tentang kekuatan klanmu."
Mata Revan melebar saat mendengarnya. Jekha kira mungkin Revan telah menerka niatnya yang ingin membongkar rahasia kekuatan klan Ri ke pihak kepolisian ataupun Divisi Penangkapan Kekuatan Liar. Revan berputar kaku menghadap rak-rak, dia memegang satu per satu buku masih dengan mata yang membeliak dan tangan gemetar.
"Kalau kamu tidak sanggup mencarinya, minggir saja," celetuk Jekha sembari mengeluarkan ponsel dan mencari aplikasi pemindai yang menerjemahkan bahasa asing.
Revan beranjak dari kegiatannya mencari buku dengan ragu. Dia menunduk gugup. "Ma-maaf aku bukannya tidak ingi-"
Perkataan Revan terhenti karena dia membentur rak saat berjalan mundur sampai tersandung ke belakang. Rak-rak tersebut tidak menahan tubuh Revan yang jatuh melainkan terdorong beberapa senti, kemudian ada sesuatu yang mendesak kakinya naik ke atas. Ketika dia menggeser kakinya, sebuah rak kayu mini perlahan muncul ke atas.
Rak itu berbeda polesan dari yang lain, tetapi Revan mengerti motif yang ada di rak tersebut mirip tempat pemujaan pada leluhur klan Ri. Rak kayu yang terbalut cat ungu dengan garis horizontal melintang di tiang-tiangnya. Tatapan Revan langsung teralih pada satu buku yang tersimpan dalam rak tersebut.
Jekha hampir tidak mengerjap saat menatap kemunculan rak buku ini. Ia merasakan dari intuisi telekinesisnya bahwa buku ini yang tadi berpendar paling kuat. Lantas ia menunjuk dengan mata membelalak. "Buku ini!"
Revan juga mengangguk, mulutnya menggumamkan rangkaian kalimat, "Dewa Pengendali Segala, kekuatan dari Suku Bayangan."
"Kita bisa pergi sekarang! ujar lagi Revan menunjukkan urgensinya. Akan tetapi, saat hendak berlari menuju tempat Czou terbaring, Jekha merenggut buku itu dari genggaman Revan. Dia memang sangat terkejut lantaran Jekha benar-benar mengambilnya tanpa permisi, tetapi Revan memikirkannya lagi, perbuatan yang telah klannya lakukan sampai Jekha dan Life Power seperti itu atau niat kakeknya yang busuk.
Memang pantas, batin Revan getir.
Sesuai yang telah mereka rencanakan atau tepatnya Revan usulkan, mengambil jalan kabur lain dari kediaman Ri yang sungguh besar ini. Revan sudah menduga beberapa jalan rahasia-yang tidak begitu rahasia di antara pelayannya telah terkepung di perhentian akhir. Kediaman klan Ri berada hampir di kaki bukit, untuk kembali ke kota setidaknya perlu jalan menurun, tetapi Revan memutuskan mereka perlu mengambil jalan memutar.
Sejujurnya mendaki lebih tinggi lagi akan membuat mereka sampai di kuil khusus klan inti Ri datangi. Namun, baru memasuki hutan dan semak, Jekha melayangkan potongan batang kayu ke ujung jakun Revan lalu berkata, "Kamu mau membawa kami kemana?"
Revan melirik dengan sudut mata, ujung patahan kayu lancip hampir menggores kulitnya. "Ada selokan sebesar badan kita tertutupi semak dekat sini, kita akan keluar di perempatan jalan sebelum kawasan klan Ri."
Perlahan kayu itu mundur dari Revan hati-hati. Jekha berdeham pelan seolah-olah memperbolehkannya menuntun jalan lagi.
Benar saja kala kegelapan dari gorong-gorong mulai terganti oleh titik cahaya lampu perumahan yang ada di akhir selokan. Jekha menemui dirinya berada di perempatan jalan benar-benar sebelum memasuki kawasan klan Ri. Setelah meyakinkan diri, tak ada satu pun yang terlihat mengikuti dan tidak ada jejak yang tertinggal, Jekha serta Revan yang menggendong Czou menjauh dari sana.
Namun, dua sosok bayangan perlahan keluar dari persembunyian. Jekha sudah mempersiapkan diri melakukan perlawanan sebelum suara lirih yang ia kenal menyebut namanya. Ia membuka lebar-lebar matanya memastikan sosok itu.
"Jerri ...?"
"Kami mencarimu Kak," ujar Jerri yang mulai tersinari lampu jalan.
Ketika mereka saling mendekat, mendadak Jerri dan satu lagi orang di belakang memendarkan keunguan di sekeliling tubuh mereka. Jekha mengikuti arah tatap Jerri yang menajam ke belakangnya pada Revan.
Orang di belakang Jerri menyusul dan langsung berbicara, "Jekha! Kami kira kalian tertangkap divisi itu, tapi karena perbuatan orang di belakangmu kami juga curiga, kamu dan Czou dibawa pengkhianat ini!"
Jekha terperangah melihat Mike yang sudah bisa berjalan dan menunjuk Revan dengan benda metal yang baru saja dia ambil di jalan. Akan tetapi, Jekha segera tersadar, ia menghalangi Revan yang masih menggendong Czou dengan lengannya.
"Mike ... jangan sekarang, waktunya-"
"Kak ... jika bukan karenanya lagi mengamuk, orang yang kita kirimkan untuk mencari kalian di divisi tidak akan ditangkap!" potong Jerri dengan napas pendek-pendek.
Namun, Jekha menggeleng tegas, ia langsung menarik pergelangan Revan yang menganggur. Menorobos di tengah-tengah Jerri dan Mike sambil berkata, "Jangan sekarang, kita tidak punya waktu membahasnya!"
"Bawa kami ke markas!"
Mau tak mau Mike dan Jerri menuruti perkataan Jekha. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi meski hanya melihat dari penampilan Jekha dan Czou yang kacau, pasti sudah banyak yang terjadi. Dua pemuda itu mengarahkan Jekha dan Revan ke dalam basemen sebuah bangunan tak terpakai sisa-sisa perang. Sungguh tidak berbeda jauh dari lorong kereta bawah tanah yang sudah rusak, bangunan itu pun hanya berisikan tembok keropos dan gumpalan debu.
Prioritas mereka setelah sampai adalah segera memberikan Czou pengobatan. Karena luka yang dialami pemuda itu sangat parah sejak Revan mengamuk lagi. Jekha juga segera mendapat pengobatan meski sebagian rasa sakitnya sudah terlalu menyatu dengan kulit sampai-sampai ia tidak merasakannya lagi.
Saat semua anggota Life Power yang tersisa teralihkan dengan kehadiran Jekha dan Czou, Revan tiba-tiba berlutut jauh sebelum mendekati kumpulan remaja itu.
Pemuda yang berdarah Cina menundukkan kepala dalam, menumpu seluruh badan pada lutut di atas beton yang bercampur kerikil. Jekha hanya memutar setengah badan untuk melihatnya, sorot mata yang ia tunjukan pada Revan begitu datar sampai-sampai menggetarkan tubuh pemuda yang sedang berlutut itu.
Mungkin Jekha bergantung padanya hanya untuk keluar dari klan Ri. Mungkin Jekha membuang kepercayaan setelah memanfaatkan dirinya karena Revan selalu mematahkan rasa itu.
Jekha tidak mungkin memiliki alasan untuk percaya padanya lagi.
.
.
.
Bersambung
Sebenernya bingung gak sih jadi Jekha atau pun Revan, mau percaya atau ngga tapi mereka cuma bisa bergantung satu sama lain :(
Aku juga lieur deng
Oke jangan lupa vote and comment
Sekian dan Terima kasih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top