16. Percobaan Takdir
Dengan pengakuan Revan, hampir membuat semua anggota Life Power mengerutkan dahi. Tak terkecuali Jekha. Saat Revan diberikan kesempatan untuk menjelaskan dirinya sendiri, ia benar-benar bingung dengan emosi yang Revan tunjukan, dengan perasaannya yang terbawa dalam gestur pemuda memelas itu.
Putus asa yang tersirat ketika dia menepuk dadanya sendiri begitu keras, mengungkapkan rasa bersalah lantaran telah membuat Jekha dan Life Power hilang kebebasan. Bahu Revan yang melemas saat menyadari terlalu terlambat untuk mengetahui bayangan hitam yang selalu melekat sejak dirinya kecil adalah tanda dia pemilik kekuatan. Rasa menyesal pemuda itu sangat pekat sampai Jekha bisa merasakan setiap napas Revan yang menampung beban.
"Aku benar-benar menyesal ...," ucap Revan memandang tanahnya berpijak. Kedua mata itu sayu kehilangan rasa percaya akan dirinya sendiri. "Aku tahu, tidak ada untungnya mendengar sesal dariku, semua itu tidak akan mengembalikan situasi kalian ke semula."
Revan menaikkan kepala, matanya langsung berserobok dengan milik Jekha. Dia mengangkat garis bibirnya tersenyum, tetapi mulutnya terlalu bergetar untuk mempertahankan itu. Apa lagi pada kata-katanya yang berikutnya. "Setelah ini, aku akan mendatangi Divisi itu dan menjelaskan kesalahanku, akulah yang harusnya dalam pencarian karena kekuatan yang tidak terkendali."
"Kamu yakin?" Jekha menginterupsi. Sinar ungu di badannya meredup perlahan begitu ia memajukan kaki satu langkah.
"Kakakku ... kehilangan dirinya sendiri saat dibawa Divisi Kekuatan Liar, tempat itu bukan sekedar rehabilitasi untuk orang yang kekuatannya melebihi kapasitas."
"Jekha benar, kamu datang ke Divisi Penangkapan Kekuatan Liar bukan hanya kekuatanmu yang hilang tapi jati dirimu juga," tambah Theo. Tidak banyak mata yang menyadari tangannya terkepal, selain Dyovor yang diam-diam mengamit tangan Theo.
"Kalian tidak ingin aku membebaskan Life Power dari pencarian ...? Aku yang membuat kalian seperti ini."
Dyovor mendesah. "Bukan itu yang kami harapkan ... terlebih kamu juga tidak tahu apa-apa."
"Life Power bertujuan untuk melindungi kehidupan anak-anak pemilik kekuatan yang akan dewasa, membimbing kekuatan mereka agar tetap terkendali di masa-masa riskan dan terhindar dari ancaman penangkapan Divisi itu," jelas Jekha tiba-tiba. Ia memalingkan wajah tak ingin melihat Revan yang tengah menatapnya. "Menyerahkanmu hanya memberi sedikit kemungkinan kami akan bebas tapi menyerahkanmu juga berlawanan dari tujuan Life Power."
"Lalu aku harus bagaimana untuk kalian? Yang bisa kulakuk-"
Namun, mendadak ember bekas proyek yang tak terpakai terbang menghantam kepala Revan. Sambaran ember mengenai pelipis Revan lumayan keras sampai membuatnya menengadah setelah terantuk. Ember tersebut jatuh begitu saja di depan kaki Revan. Beberapa cuap mengiringi nasib Revan yang menjadi bahan percobaan.
"Kak Revan benar-benar tidak punya insting mengendalikan kekuatannya," celetuk Jerri sambil meringis. Dia mengelus-elus pelipis seolah-olah merasakan sakit juga.
"Maaf aku menyerangmu tiba-tiba tapi dengan begitu aku bisa memastikan kalau kamu memang tidak tahu cara mengendalikan kekuatanmu," ujar Jekha melempar ember yang tergeletak hingga menabrak tembok.
Revan menelengkan kepala ke bawah, sedikit malu terantuk ember dengan tidak elit. Dia berkata pelan, "Ya, tidak apa-apa, ini masih belum apa-apa dibanding dengan yang kalian alami."
"Karena kami tidak bisa membiarkanmu mencoba kekuatan yang bisa mengendalikan ... orang lain, jadi satu-satunya yang bisa kita uji padamu hanya mengetes refleks kekuatanmu," timpal Dyovor menjelaskan.
Revan menatap semua anggota Life Power dengan lekat. Dia sedikit berharap di sudut hatinya saat Jekha membalas tatap, ruang yang mereka buka bersama masih tersedia. Dia membungkuk badan 90 derajat seketika lalu berkata, "Tolong bimbing aku mengendalikan kekuatan ini!"
Semua saling berpandangan, di antaranya Theo dan Dyovor yang di belakang Jekha, mereka sama-sama mengangguk. Theo berujar, "Kami bisa mengarahkanmu, hanya jika kamu tidak membahayakan kami semua saat mencoba kekuatanmu, kamu bisa menjamin itu?"
"Gunakan sedikit energi, jangan keseluruhan," ucap Jekha tiba-tiba.
Pemuda yang masih berdiri sendiri jauh dari yang lain mengangguk. "Aku akan mengusahakannya."
"Baik, pastikan itu!" perintah Jekha mutlak. "Kak, kalian yang mengajarkan?" Jekha melirik kecil pada dua kakaknya di belakang kemudian dibalas anggukan absolut.
Dalam sekejap, mata Dyovor melotot lalu mengeluarkan sinarnya yang keunguan. Theo di sampingnya membuka mulut, menyampaikan setiap langkah satu persatu diikuti Revan perlahan. Prosedur yang Theo sampaikan tak terlalu berbeda ketika pertemuannya dengan Jekha dan pemuda berambut coklat yang secara sengaja diam-diam mengarahkan Revan menguji kekuatan walau kali ini dia sadar hanya perlu memberi sedikit energi serta konsentrasi.
Theo sudah mengingatkannya, orang yang sedang sangat Revan pikirkan hanyalah Jekha saat dia merasakan melalu telepati sehingga setitik kekuatan itu akan berefek pada Jekha. Pemuda yang menjadi target melipat kedua tangan di dada meski dentuman di jantungnya tak setenang penampilan Jekha di luar. Raut wajahnya pun sedikit risau menantikan Revan mencoba lagi kekuatan. Namun, ia tiba-tiba berjengit ketika telapak tangannya berpindah tanpa perintah otaknya ke tempat di mana hatinya berada lalu mengusap-usap pelan.
Suara sorak-sorak terdengar di belakang begitu menyadari Revan telah menggerakkan tangan Jekha untuk mengelus dirinya sendiri. Mereka yang sudah menyiagakan diri bisa mengendurkan otot yang telah menegang, menanti kalau-kalau kekuatan Revan bergerak melebihi batas. Jekha tersenyum simpul, ia menatap Revan lapang seakan-akan ada cahaya yang meringankan aura muram pemuda tersebut.
"Baik-baik, semuanya tenang dulu," ujar Dyovor meredakan sorak-sorai Life Power. "Kita masih harus mencoba yang kedua kali."
"Iya! Setelah ini kita bisa menyelidiki siapa yang memberi Kak Revan pot dan menaruhnya di berbagai tempat di kota!" celetuk ria salah satu anggota Life Power. Namun, saat Revan mendengarnya dia mendadak termenung. Cahaya yang Jekha lihat sempat menerangi wajahnya langsung menggelap, matanya menyalang seakan-akan habis menatap hantu.
Perubahan drastis Revan yang terasa ribuan kilometer jauhnya mendatangkan seringai. Satu jentikan membuat pemuda itu bergelora sinar ungu. Ketika Revan mengangkat kepala, Jekha merasa pemuda berdarah Cina tersebut bukan lagi dirinya.
Kepala yang miring dengan mata menjegil, Revan mengeluarkan tawa. Semua menatap Revan tidak mengerti, tetapi detik berikutnya bunyi berdebum di tengah-tengah mereka mengacaukan.
Tembakan gravitasi dari Czou membuat sebuah kawah. Orang-orang yang berdiri di dekat Czou langsung terlempar. Jekha saat itu yang paling dekat, terguling sampai di kaki Revan sementara Czou sendiri sudah hilang kesadaran.
"Semuanya mundur lagi, buat jarak sejauh mungkin!" teriak Dyovor sembari merangkul Theo setelah jatuh.
Jekha mendongak susah payah melihat Revan, tetapi darah mengucur di sebelah mata menghalangi pandangannya. Bayangan kabur sosok pemuda itu hanya menampakkan senyum Revan yang masih miring. Suaranya yang berusaha keluar memanggil Revan tidak terdengar apa pun sama sekali.
Salah satu anggota Life Power kemudian berseru, "Gawat Kak! Ada suara kaki yang berlari ke sini! Sangat banyak!"
Namun, untuk kabur dari situasi Revan yang mengamuk juga tetap sulit. Mereka masih terpontang-panting sebab pening yang melanda kepala mengaburkan fokus mereka. Saat itu adalah masa yang sulit, mereka yang bisa berlari berusaha kabur, mereka yang kehilangan kendali tertinggal menunggu takdir.
Jekha kali ini tidak bisa berbuat apa-apa. Ledakan dari Czou memperparah lukanya yang masih belum sembuh sepenuhnya. Dia tergolek lemah menunggu takdir.
.
.
.
Bersambung
Baru juga seneng udah harus jajatohan lagi ☹
Oiya jangan lupa vote dan komen ya
Bentar lagi end doain konsisten amin
Sekian dan Terima kasih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top