Bab 19
Enjoy
•
•
•
Kelopak mata terbuka, menampilkan netra emerald yang indah. Ia menatap sekeliling. Para pohon dan draiad yang sedang bernyanyi serta menari.
Ia tersenyum riang. Lantas mengikuti kemana pohon mengarahkannya. Disana. Tepat diatas batu besar, sosok singa yang begitu indah sedang duduk menghadapnya.
Singa itu mengaum. Keras hingga dia terjatuh ketanah.
"Janette."
Suaranya membuat Janette takut. Tapi disaat bersamaan juga merasa senang. "Kau kah Aslan?"
Sang singa mengangguk. Ia tersenyum. "Aku benar-benar kagum padamu, nak. Kau mengalahkan Eva dalam pembuatan dan kreasi sihir. Membuat portal yang bisa memindahkan tiga makhluk menuju dunia lain merupakan hal yang hampir mustahil."
Janette menunduk. Dia tak yakin apakah itu hal yang perlu dibanggakan atau tidak. Masalahnya setelah dia tinggal di Narnia, dia malah tidak bisa mengembalikan Narnia lama.
"Janette, kau dan Evalyn sudah terlalu lama disini. Tidakkah kalian merindukan rumah kalian?"
Janette mendongak, kalau boleh jujur, dia merindukan makanan di rumah Profesor Digory. Dia merindukan ocehan Madam Macready.
Merindukan barang-barang lamanya, ibu dan ayahnya, teman-temannya, para Pevensie. Oh, mungkin Edmund tidak. Atau sedikit? Yah, mungkin hanya sedikit, sedikit sekali.
"Aslan, apa aku boleh pulang? Maksudku misiku belum tuntas. Narnia lama belum bisa ditemukan."
Angin menghembus pelan. Memainkan anak-anak rambutnya dan surai sang singa.
"Itu bukanlah tugasmu. Misi awalmu dan Evalyn sudah terlaksana. Biarkan orang yang sudah ditentukan untuk melanjutkannya."
Janette kembali membuka mata. Dia berada dihutan. Tapi tidak ada nyanyian dan tarian para pohon dan draiad. Hutan yang dia tempati saat ini sangat suram.
Apa itu tadi? Apa mimpi? Kenapa terasa begitu nyata? Kalau memang itu adalah hal yang nyata, apa maksud Aslan?
"Kupikir misi kita adalah mengembalikan Narnia lama. Tapi Aslan bilang kalau misi kita sudah berakhir."
Janette menengadah. Dia menatap langit malam bertabur bintang diatas sana. Ia langsung terpikir hal yang lain.
"Apa mungkin maksudnya adalah Caspian?"
Jika Janette menghubungkannya, dulu saat dia datang kesini dan bertemu Caspian pertama kali, sepertinya lelaki itu jatuh hati. Lalu saat mereka kembali lagi kesini, Caspian benar-benar menyukai Evalyn.
Tapi hasilnya Caspian menikahi Medavita atas paksaan Evalyn. Mungkinkah itu tujuan utamanya? Menghalangi Evalyn dan Caspian menikah?
"Tapi kenapa?"
Janette menggeleng. Tidak ada gunanya dia memikirkan hal yang sudah dikatakan Aslan. Yang penting dia harus membawa Evalyn pulang sekarang. Benar. Pulang kebumi.
Janette segera menaiki kudanya. Lantas berkuda dengan cepat menuju wilayah paling utara, Ettinsmore.
Nampak tiga raksasa berdiri disana. Ia menurunkan diri dari kuda. Berjalan menuju tiga raksasa yang kini sudah membungkuk.
"Selamat datang kembali, Ratu Janette."
Ia membuka tudung jubahnya. Menampilkan rambut merah yang berkilau. "Bagaimana keadaan?"
Satu raksasa itu berdiri. Mengikuti Janette berjalan di belakang. "Baik, Yang Mulia. Perkembangan bangunan kini telah hampir selesai. Pembuatan zirah dan alat perang pun telah hampir selesai."
Janette mengangguk. Sudah hampir dua tahun lebih dia berada disini. Semenjak pergi dari Telmar, Janette langsung mengukuhkan posisinya sebagai Ratu yang diagung-agungkan Ettinsmore.
Dia memberikan pengetahuannya membangun rumah, dan cara bertahan hidup dengan lebih bahagia dan keren pada raksasa-raksasa disini. Tidak ada lagi yang lain. Katanya minatour ada dibalik gunung yang lain.
Tapi Janette yakin. Seiring berjalannya waktu, para makhluk sihir yang lain akan kembali ke Ettinsmore seperti dulu. Saat dia pertama kali kesini beratus-ratus tahun lalu.
"Nardigan!"
Nampak lelaki berkulit putih dengan rambut dan mata hitam mendatangi Janette. Tubuhnya berbalut jubah berbulu dan topi yang juga berbulu. "Ada apa, Ratu?"
Janette meminta raksasa sebelumnya untuk memanggil semua orang. Dia ingin mengatakan sesuatu pada mereka. Lalu ia menghadap kearah Nardigan.
"Bersiap-siaplah. Kita akan kembali ke Telmar sesuai janjiku."
Benar. Saat Janette pergi ke perbatasan utara, dia mendapati pasukan Passarid yang hampir bentrok dengan para raksasa. Untung Janette datang dan langsung menunjukkan rambut merah berkilaunya. Membuat para raksasa langsung menunduk hormat.
Memang posisi Janette sebagai Ratu tidak pernah digantikan oleh siapapun untuk rakyat Ettinsmore. Bagi mereka, Janette adalah satu-satunya Ratu mereka dan sekaligus orang yang bisa mereka hormati.
Kini Janette berdiri didepan semua raksasa. Para Raksasa itu disuruh duduk agar Janette tidak begitu kewalahan menatap keatas.
"Rakyatku, Ettinsmore adalah negeri kalian. Tapi tidak bagiku. Aslan sudah menyampaikan perintah padaku untuk pulang. Tapi jangan khawatir. Aku akan segera kembali kesini untuk menuntaskan urusan kita. Mengambil Narnia yang telah dirampas!"
***
Evalyn menatap sendu dua orang yang telah memakai pakaian khusus orang-orang yang akan berlayar itu. Beberapa jam lagi mereka akan pergi meninggalkan Evalyn sendirian.
"Ev, jangan sedih. Aku berjanji akan kembali segera." Collin mencoba untuk menghibur sang puan.
Evalyn mengangguk. Tapi dia tidak mampu menahan air matanya. Setelah ini dia akan sendirian. Tujuh orang yang bisa dibilang sekutunya akan pergi sejauh mungkin. Evalyn sangsi mereka akan kembali.
Pasalnya ini lautan. Dulu saat dia pergi ke Prancis saja butuh waktu berhari-hari hingga tiba dengan selamat. Bagaimana mereka yang disuruh untuk mengelilingi lautan? Pastinya butuh bertahun-tahun.
Yorez menatap Evalyn lama. Dia menghapus air mata di pipi Evalyn. "Dulu aku berjanji didepan Caspian akan menjagamu dan Janette dari orang-orang jahat. Aku minta maaf tidak bisa melakukannya."
Kalimat itu entah kenapa membuat air mata Evalyn semakin mengalir. Yorez kini beralih menatap Pangeran yang hampir berumur dua tahun itu. Dia nampak mengantuk.
"Pangeran mirip seperti Ratu. Pendiam tapi kuat. Aku yakin dia akan tumbuh dengan baik." Yorez kini tersenyum. Dia mengambil Pangeran dan menyuruh Collin menggendongnya. Collin menerimanya dengan baik.
Sontak Yorez memeluk Evalyn, membuat sang puan bingung akan tingkahnya yang tiba-tiba.
"Bagaimana kutukanmu?" Bisik Yorez.
Evalyn balik memeluk. "Buruk. Aku hampir menggila setiap hari."
Yorez ikut mengagguk. "Kau sudah berusaha keras, Ev. Terima kasih. Sekarang pergilah. Tempat ini sudah tidak aman. Aku sudah meminta Cornelius untuk melindungi Pangeran agar kau bisa pergi dengan leluasa."
Dia mengendurkan pelukannya. Orang-orang yang melihat menduga kalau Evalyn dan Yorez ada hubungan mengingat beberapa bulan terakhir mereka memang terlihat makin dekat. Nyatanya itu semua hanya sandiwara.
Yorez kembali menghapus air mata Evalyn. "Jangan sedih. Saat kembali nanti akan kuberikan oleh-oleh. Nikmati hidupmu. Kita akan bertemu lagi nanti."
Evalyn hanya mengangguk. Meski hatinya masih ragu apakah harus pergi sari Narnia atau tidak. Dia kembali mengambil Pangeran dari gendongan Collin.
Dua lelaki itu melambai dan menaiki kapal. Berlayar hingga keujung samudera.
***
Raja menghilang. Benar-benar menghilang. Tidak ada yang tahu kemana. Evalyn dan Pangeran yang telah berumur dua tahun lebih tidak tahu harus melakukan apa.
Mereka benar-benar sendirian. Mungkin ada Cornelius. Tapi lelaki setengah dwarf itu tidak bisa membantu banyak.
Seisi istana meminta Miraz untuk menjabat sebagai raja. Tidak ada yang akan menentang. Tentu saja karena Miraz sudah mengganti semua pekerja istana.
Miraz kini berjalan dengan angkuhnya. Semua orang menunduk setiap jalan. Dia diikuti para pengawalnya sedang berjalan menuju menara pojok sana.
Nampak Evalyn yang sibuk menggendong dan berbicara dengan Caspie sambil berjalan dari arah sebaliknya.
Keduanya berhenti dan menunduk hormat pada Miraz. Miraz mengangguk. Dia tersenyum lembut pada Evalyn.
"Apa boleh kita bicara?" pintanya.
Evalyn masih menunduk. Tak minat menatap penghianat didepan. "Apa gerangan yang Baginda inginkan dari pengasuh pangeran yang tidak punya apa-apa ini?"
Miraz menyuruh para pengawalnya pergi. Setelah hanya tersisa dia, Evalyn dan Caspie di lorong itu, dia langsung melontarkan niatnya.
"Menikahlah denganku, Evalyn. Aku akan memberikanmu seluruh Narnia sebagai gantinya."
***
Janette terdiam. Dia menatap gerbang didepan sana. Seluruh pasukan Passarid ada dibelakangnya.
"Jangan, Lady. Saranku adalah kami tidak kembali kesana. Kami hanya akan dianggap sebagai penghianat. Begitupun denganmu."
Nardigan bicara. Kalimatnya diikuti sahutan setuju yang lainnya. Memang resiko besar bagi mereka untuk masuk ke wilayah Telmar.
Mustahil orang yang sudah dianggap mati kembali hidup. Mereka hanya akan dianggap sebagai pemberontak yang sengaja memecah belah negara.
Terutama Janette. Dia menghilang dua tahun lebih. Dia bisa disebut sebagai dalang pemberontakan.
"Kakakku ada didalam sana. Sendirian dengan seseorang yang harus dia lindungi."
Janette menunjuk menara yang terlihat dari luar gerbang.
Nardigan menghela napas. "Aku ada cara. Bagaimana kalau memanggil Cornelius?"
***
Evalyn dituduh sebagai pemberontak. Katanya dia menampar Raja saat Raja meminta untuk bicara dengannya. Padahal Miraz menampar dirinya sendiri dan bilang kalau Evalyn yang menamparnya.
Tidak ada saksi mata saat itu. Tentu saja orang-orang akan lebih percaya pada Miraz yang seorang Raja.
Tidak ada yang mau menanyai Pangeran. Anak itu bahkan baru bisa jalan. Mana mungkin mengerti sesuatu tentang seperti itu.
Evalyn langsung dimasukkan kedalam penjara bawah tanah atas perintah Miraz. Dia dikurung, juga dirantai.
Evalyn bisa saja teleportasi untuk keluar dari istana dan pergi selama-lamanya. Tapi bagaimana dengan pangeran? Anak lelaki yang sudah dia anggap sebagai anak sendiri itu tidak bisa Evalyn tinggalkan.
Kalau boleh, dia ingin membuat Pangeran membenci Miraz selamanya. Jadi saat Pangeran besar nanti, dia akan menjadi Raja dan menghukum mati Miraz.
Tapi sepertinya tidak bisa. Para bangsawan baru dibawah Miraz itu sepertinya sedang merundingkan hukuman apa yang bisa mereka berikan pada pengasuh Pangeran.
Hukuman paling ringan mungkin hukuman mati. Paling berat, disiksa seumur hidup. Jika Evalyn boleh memilih, lebih baik dia langsung mati saja.
"Aku lelah. Mati mungkin lebih baik."
"Tidak boleh begitu, Ev."
Evalyn mendongak, didapatinya sosok pendek dengan tudung hitam. Itu adalah Cornelius dengan wajah yang berbinar. Evaly tidak mengerti. Kenapa makhluk setengah dwarf ini selalu kelihatan senang setiap mereka bertemu.
"Oh, Cornelius. Apa kau datang untuk menemaniku di akhir hayatku?"
Sang dwarf menggeleng. "Tentu tidak, Ev. Aku kesini memberikanmu kabar gembira! Didepan sana ada Janette yang menunggumu. Lalu pangeran Caspian akan dicarikan pengasuh baru.
"Percaya padaku Ev. Demi Aslan aku akan berusaha sekuat tenaga agar pengasuh baru pangeran merupakan orang yang memiliki impian yang sama dengan kita. Mengembalikan Narnia lama."
Netra emerald Evalyn melebar. Rupanya Janette benar-benar masih hidup.
"Ev, dengar. Aku tahu kau adalah penyihir hebat. Kami masih membutuhkanmu. Pergilah ketempat yang aman. Saat ini kau hanya akan mati sia-sia.
"Jika kau pergi, lalu saat kau kembali, aku akan memastikan posisi Pangeran Caspian lebih kokoh. Dan bersama-sama, kita akan habisi Miraz dan mengembalikan Narnia lama."
Evalyn nampak terdiam sebentar mendengarnya. Kalimat Cornelius terdengar lebih masuk akal baginya ketimbang mati karena tuduhan yang tidak dia lakukan.
Lantas dia mengangguk. Mundur satu langkah demi dua langkah yang baru terdengar lebih baik.
Evalyn tersenyum dia melambaikan tangan. Bunyi gemerincing besi rantai menghilangkan keheningan.
"Pergilah, Cornelius. Aku tidak ingin orang-orang menuduhmu mengeluarkanku dari sini."
Cornelius menggeleng. "Aku sudah membuat mereka semua tidur. Jadi jangan khawatir. Tidak ada yang melihatku kesini, dan tidak ada yang akan melihatku nanti."
Evalyn mengangguk. Lantas langsung berteleportasi menuju gerbang depan.
Disana, ada Janette dengan selusin pasukan dibelakangnya. Evalyn langsung meraih adiknya, memeluknya erat. Menyalurkan rasa rindu dan kepedihan yang mereka rasakan selama ini.
"Ev, ayo pulang."
***
Suasana desa tempat mereka tinggal begitu indah. Apalagi dimusim panas ini. Mereka juga kini telah menjadi gadis sepuluh dan sembilan tahun kembali.
Sudah liburan musim panas, artinya hampir setengah tahun sejak Evalyn dan Janette kembali dari Narnia. Dan itu artinya para Pevensie akan kembali lagi kesini. Kerumah Profesor Digory.
Evalyn menyusun apel di keranjang. Sedangkan Janette memetik apel dari pohon belakang rumah Profesor. Semenjak dari Narnia, dua ginger ini tidak bisa diam ditempat.
Jika pekerjaan dari Profesor Digory sudah selesai, mereka akan meminta pada para pelayan agar diberikan pekerjaan. Mungkin karena kebiasaan mereka di Narnia adalah melayani Medavita.
Bunyi tapak kuda memenuhi pendengaran keduanya. Evalyn menengadah menatap Janette yang masih diatas pohon.
Janette langsung turun dari pohon dan menarik tangan Evalyn untuk menuju ke pintu depan. "Itu pasti kereta kuda Madam Macready!"
Memang benar. Disana ada Madam Macready dan empat Pevensie sedang turun dari kereta kuda. Merapikan barang-barang mereka.
Peter yang paling pertama menyadari keberadaan dua Charnie. Netra emerald Evalyn dan netra biru Peter bertemu. Keduanya saling tersenyum.
Evalyn tertawa. Dia langsung berlari menuju empat para Pevensie itu. Peter sudah merentangkan tangan. Tapi rupanya Evalyn malah memeluk Susan yang tentu saja menyambutnya. Membuat Peter hanya bisa menggaruk kepalanya.
Edmund menyenggolnya. Peter bisa melihat seringai mengejek pada senyuman Edmund.
Janette pun langsung menerjang Lucy. Keduanya terjatuh dan berguling-guling dilantai. Lalu tertawa keras. Membuat yang lainnya hanya geleng-geleng kepala.
"Bagaimana sekolah kalian?" Evalyn bertanya. Dia ikut membantu mengangkat koper Susan. Mereka masuk bersama-sama kerumah Profesor.
"Sekolah terasa membosankan karena kau tidak ada disana, Ev." Peter yang menjawabnya.
Edmund menginjak kakiknya. Membuat sang kakak merasa sakit, tapi ditahan. "Kurasa sekolahku jauh lebih menyenangkan karena tidak melihat Janette dalam jangkauan mataku."
Janette melepaskan topi sekolah Susan yang tadi dia coba-coba. Dia melempar topi itu pada Edmund dengan kesal. "Aku juga sangat bahagia karena tidak pernah melihat Edmund Pevensie di mataku."
Susan mencubit pipi Janette keras. "Itu topiku! Ambil kembali!" Dengan patuh Janette mengambilnya lalu memasangnya di kepala Lucy.
"Kalian akur sekali, yah. Edmund, Janette." Evalyn tertawa. Ia memasang sengum kucing. Dikepalanya jelas sekali ada rencana yang begitu menarik.
Dua orang yang disebutkan itu tentu saja mengelak. Membuat yang lainnya tertawa
•
•
•
TBC~
Akhirnya mereka pulang kampung. Pasti klen kangen Peter dkk kan. Saya juga. Mari kita menceritakan tentang kebersamaan mereka. Dah bosan aku sama Caspian wkwk
______________________________________
5 Februari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top