Bab 18

Enjoy


Merawat bayi bukanlah hal yang mudah. Terutama jika merawatnya seorang diri seperti Evalyn. Iya. Seorang diri.

Tiga hari selepas Ratu dikubur, Janette menghilang hanya dengan meninggalkan surat singkat. 'Aku akan mencari rakyatku. Kau tunggulah disitu.' Hanya itu isinya.

Karena Janette sudah terlanjur pergi, Evalyn tidak ada pilihan lain selain merawat Pangeran Caspian 10 sendiri.

Hal yang paling disukai Evalyn adalah Pangeran yang tak rewel. Bayi itu nampak begitu tenang dan jarang menangis. Bahkan lebih sering tertawa.

Evalyn mengelus jemari kecil yang menggenggam jarinya. Bayi dengan pipi bulat dan merah itu begitu menggemaskan dimata Evalyn. Anak ini adalah hiburan baginya.

"Pangeran harus tumbuh sehat. Harus hidup dengan bahagia." Ia lantas mengecup dahi sang bayi. Sang pangeran hanya tertawa. Membuat Evalyn tertawa gemas.

Hal yang cukup mengesalkan untuk Evalyn adalah kebodohan Raja. Rajanya itu memerintahkan untuk menutup Paviliun Ratu dan memberikan Pangeran kamar di menara paling ujung.

Yang mana menara itu telah lama kosong. Kondisi perabotannya juga tidak bisa dibilang layak. Tapi Evalyn tidak bisa mengeluh. Dia hanya bisa memperbaiki ruang kamar dengan sihir secara diam-diam.

Sekarang, istana Telmar bukan lagi tempat yang aman. Selepas Janette pergi, banyak pengikut Caspian yang meninggal.

Bangsawan Passarid dikirim ke perbatasan utara, dengan dalih untuk mengecek kabar yang bilang kalau ada makhluk sihir disana. Dan diminta untuk bersatu dengan Narnia.

Tapi tidak. Tidak ada satupun yang kembali dengan selamat. Malah Alvenir –salah satu pemimpin pasukan militer Telmar– dihukum mati karena dituduh membantai pasukan Passarid. Karena kebetulan, disaat yang sama, Alvenir dan pasukannya memang tidak ada ditempat.

Padahal dari penelusuran Evalyn, Alvenir saat itu dikirim oleh Miraz menuju wilayah timur untuk mencari jalan menuju Archenland.

"Nak. Tidak ada yang bisa disalahkan dalam situasi kita sekarang. Oh, mungkin ada satu orang. Dia adalah Miraz. Aku yakin ini ulahnya."

Bayi itu kini tertidur dengan tenang. Membuat Evalyn hanya bisa menikmati ketenangan sekaligus kegelisahan yang senantiasa muncul.

Tok tok.

Pintu diketuk. Evalyn memperbolehkan siapapun diluar sana untuk masuk. Nampak Miraz dengan senyum ramahnya yang akhir-akhir ini dia tunjukkan. Evalyn tak yakin apa tujuan lelaki ini. Yang jelas itu bukanlah sesuatu yang baik.

"Hai, Ev. Bagaimana Pangeran?"

Evalyn menggendong pangeran. Dia menatap datar sang empu. "Seperti yang kau lihat. Kupikir Kepala pengawal bertugas untuk melindungi Raja?"

Miraz mengulum bibir. "Yah, Raja yang memerintahkanku kesini sebagai ganti karena beliau terlalu sibuk."

Evalyn memutar bola matanya malas. Omong kosong. Evalyn yakin semua ini pasti akal bulus Miraz. Entah bagaimana caranya, lelaki itu pasti membuat Caspian tidak bisa keluar dari ruangannya.

"Ev?" Miraz memanggil.

Evalyn hanya melirik sekilas. Lantas memilih untuk menatap dinding batu yang tidak ada menariknya. Tapi setidaknya lebih baik ditatap ketimbang wajah Miraz yang membuatnya muak.

"Mau jalan-jalan?"

***

Seluruh pasang mata menatap. Bagaimana tidak? Kepala pengawal dan pengasuh Pangeran berjalan berdua di kebun istana. Tentu saja orang-orang nampak penasaran.

Biasanya Evalyn paling menghindari lelaki. Tapi kali ini dia menerima ajakan Miraz untuk jalan-jalan. Alasannya? Dia hanya ingin mengorek informasi dsyri Miraz.

"Istana cukup damai." Miraz memulai pembicaraan. Tapi Evalyn tetap diam. Wajahnya dibuat sedatar mungkin dan jaraknya dengan Miraz dibuat sejauh mungkin. Sekitar dua meter.

Miraz tersenyum maklum. Dia mengarahkan Evalyn menuju salah satu pojok istana. Disana ada kursi yang langsung menghadap ke taman.

Keduanya duduk disana. Miraz meminta Evalyn agar dia dapat menggendong Pangeran. Dengan ragu Evalyn memberikan sang bayi untuk digendong Miraz.

"Aku selalu menginginkan kedamaian ini." Miraz kembali bicara. Dia menatap langsung pada taman bunga yang telah mekar.

"Beberapa hari lalu aku mendapat pergerakan bangsawan yang bentrok dengan Raja. Ada beberapa yang rupanya mengadu domba kita semua."

Evalyn mengerling. Nampak tertarik atas apa yang dikatakan Miraz.

"Ev, jika salah langkah, kedamaian ini bisa menghilang. Ayo kita bekerja sama agar melindungi kedamaian yang telah dicapai Raja."

***

Tujuh bangsawan benar-benar dibuat kelelahan. Akhir-akhir ini Raja banyak memberikan mereka pekerjaan. Terutama Collin dan Yorez. Keduanya kini merapikan meja dan bersiap untuk pulang.

"Menurutmu ada apa dengan Caspian?" Collin bertanya.

Yorez menggeleng tak tahu. Di kepalanya ada hal yang lebih penting tentang hal yang dia lihat beberapa hari lalu. Dia dengan segera keluar dari ruangan rapat menuju menara. Collin ikut dibelakangnya dengan penasaran.

Yorez tak pernah mempermasalahkannya. Dia dan Collin adalah rekan yang paling kompak sekompak Janette dan Evalyn. Lebih mudah baginya menyelesaikan sesuatu jika ada Collin disebelahnya.

Keduanya berjalan menuju menara. Orang-orang menyebutnya menara yang terasingkan. Pasalnya enam kamar disana kosong bertahun-tahun dan ketika Pangeran dan Evalyn yang menempati, tak ada yang pernah mengunjungi mereka.

"Kenapa kita mengunjungi Evalyn?" Kini Collin bertanya. Yorez mengangkat sebelah tangannya menyuruh sang empu diam. Dia mengetok pintu kamar Pangeran.

Evalyn keluar dengan wajah datarnya. Wajahnya langsung berubah sumringah kala menatap dua orang itu. Dia langsung mempersialahkan keduanya masuk dan duduk di kursi tamu.

"Syukurlah kalian yang datang. Aku akan membuat teh."

Yorez menahan tangannya. "Apa maksudmu syukurlah? Kau menduga kami orang lain?"

Wajah Evalyn berubah sendu. Dia mengangguk. "Aku pikir kalian Miraz. Tapi saat mendengar suara Collin aku jadi curiga. Syukurlah kecurigaanku benar. Bukan Miraz yang datang."

Collin memincingkan mata. "Jadi Miraz sering datang kesini?"

Segera Evalyn mengangguk cepat. "Setiap hari. Sampai membuatku muak. Dia selalu memintaku untuk bekerja sama dengannya."

Evalyn yang baru hendak berbalik untuk membuat teh, kembali dipaksa Yorez menghadap kearahnya.

"Kau tidak bersekutu dengannya, kan?"

Evalyn kembali mengangguk cepat. "Aku tidak akan pernah bersekutu dengannya! Aku yakin dia punya niat buruk."

Memang benar. Sejak hari itu Evalyn selalu menolak Miraz yang selalu datang mengajaknya. Dia tidak mau dan tidak akan pernah mau.

Yorez menatap Collin dan keduanya mengangguk. "Syukurlah kalau tidak. Di istana ini yang waras hanya kita dan bangsawan lain." Kata Collin.

Kini wajah ketiganya menyendu. Sudah banyak yang berhasil disingkirkan Miraz. Yang tersisa dipasukan cukup sedikit. Sementara para bangsawan hanya tujuh bangsawan.

"Raja mulai aneh. Dia menyuruh kami melakukan banyak pekerjaan sekaligus." Kini Yorez yang bicara.

Evalyn mengernyit. "Aneh? Apa dia terkadang melakukan sesuatu yang jarang dia lakukan?"

Yorez mengangguk. "Terkadang Raja akan memilih untuk meminum anggur ketimbang teh. Semua orang juga tahu, sejak kecil Raja adalah pecinta teh."

Netra Collin melebar. "Benar! Aku merasa Raja terkena sihir jahat." Dia menatap Evalyn serius.

"Dari mana kau tahu?"

Collin mengepalkan tangan. "Aku pernah melihatnya. Sihir jahat itu."

Yorez mengernyit. Dia menyelipkan rambut Evalyn –yang memang nampak berantakan– kebelakang. "Ibu Collin terkena sihir jahat para penyihir saat dia masih kecil."

Collin memasang senyum pahit. Dia mengangguk. "Penyihir itu menyibir ibuku. Butuh sebulan sampai aku bisa tahu. Saat itu ibuku mencoba untuk mencekikku. Tapi entah bagaimana ibuku menolak. Dia memilih mencekik dirinya sendiri dan mati begitu saja. Penyihir itu lalu datang membawanya."

Evalyn mengangguk. Beberapa sihir jahat memang mengerikan. Dia tak menyangka sihir masih digunakan saat ini.

"Para penyihir jahat memang biasanya berkeliaran. Tapi jarang yang akan mengincar Raja. Lagipula apa untungnya? Katanya kan mereka hanya mengincar jiwa-jiwa yang tertesat. Sedangkan para Raja cenderung cukup waras walau mereka pecinta uang." Yorez bersedekap.

Yang lain mengangguk. Tapi kedua lelaki itu menatap Evalyn. "Ev, kau kan penyihir."

Evalyn mengangkat sebelah alisnya. "Lalu?"

"Kenapa tidak kau saja yang cek apakah Caspian terkena sihir atau tidak?"

***

Salah satu dayang istana datang dan membawa surat. Itu adalah surat dari istana utama. Raja memanggilnya. Atau memanggil Pangeran, mengingat Pangeran adalah anaknya.

Evalyn langsung mempersiapkan sang Pangeran agar bisa bertemu sang ayah dengan lebih layak.

"Pangeran, kau akan bertemu ayahmu. Ini yang pertama kalinya setelah berbulan-bulan lamanya. Ayahmu jahat sekali, yah. Memang. Dia adalah ayah yang jahat."

Dia menggunakan gaun yang sederhana. Menunjukkan bahwa dia adalah pengasuh Pangeran. Lantas menggendong sang bayi, membawanya menuju istana utama.

Caspian ada disana. Diruang kerja Raja, dan sedang sibuk menatap hutan dari balik jendela.

"Bagaimana kabarmu?" Caspian menggoyangkan sloki yang berisi wine miliknya.

"Atas berkat dan belas kasih Raja, saya hidup dengan baik, Raja." Evalyn menunduk. Sesuai tata krama kerajaan.

"Belisar, Uvilas, Arlian, Erimon, pasukan Passarid. Selusin rakyatku. Semuanya telah pergi." Nampak Caspian menggenggam erat slokinya.

Evalyn tak berani bicara. Dia masih menggendong pangeran yang sibuk memainkan rambut panjangnya yang jatuh mengenai wajah Caspie.

Nampak genggaman Caspian pada sloki ditangannya mengerat. "Menurutmu apakah ini sengaja, atau kebetulan belaka?"

Evalyn terdiam. Dia merasa ragu untuk mengatakannya. Dia ragu Caspian akan menuduhnya berbohong karena lelaki itu pasti tidak punya bukti.

Prang

Caspian melempar sloki itu pada dinding. Sloki itu pecah menjadi kaca yang mampu melukai kulit. Keduanya terdiam.

Evalyn mengernyit. Perlakuan kasar Caspian benar-benar aneh. Evalyn yakin Caspian tidak pernah seperti ini. Lelaki itu adalah pria yang lembut pada perempuan.

Gejala orang yang terkena sihir jahat salah satunya adalah perubahan perilaku. Caspian kini nampak berbeda.

"Ada laporan yang mengatakan kalau kau terlihat dipasar gelap. Ada juga yang bilang gadis berambut merah adalah penyihir jahat. Apa yang harus kulakukan, Ev? Kau tidak akan menghianatiku, kan?"

Evalyn masih diam. Dia meneliti segala kelakuan Caspian. Lelaki itu kini berjalan meraih botol wine dan meminumnya beberapa teguk.

Ah, begitu rupanya. Lelaki itu mulai kehilangan kewarasannya. Istrinya meninggal saat dia tidak benar-benar memperlakukannya dengan baik. Pengikutnya mulai saling menyalahkan hingga dia dengan terpaksa membantai beberapa dari mereka.

Caspian tidak terkena sihir. Dia hanya mulai tidak waras. Itu adalah kesimpulan sementara Evalyn. Tapi sepertinya dia akan menyesali kesimpulan itu.

"Caspian, kau harus tahu kalau kau tak sendirian. Ada aku dan tujuh bangsawan di belakangmu. Kami akan selalu menuruti apapun perintahmu. Karena kau adalah Raja kami."

Caspian menyimpan botol wine-nya. Kini dia menatap Evalyn, membuat sang puan sadar akan wajah Caspian yang kini nampak awut-awutan.

Lelaki itu menyeringai. "Begitu? Kau benar-benar akan menurutiku?"

Oh, Evalyn salah. Caspian memang terkena sihir jahat. Parahnya ini sohir jahat tingkat tinggi. Benar. Evalyn tahu karena Eva sendiri yang membuatnya.

Eva menyebutnya Corrupting Cursed. Sihir jahat yang berbahaya yang bisa memberikan sihir pada orang lain seperti parasit.

Gejalanya sama seperti sibir jahat biasa. Yang terkena sihir jahat akan bersikap aneh sampai dia berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan penyihir.

Yang membedakan adalah, siapapun yang terkena Corrupting Cursed dan tidak melakukan perintah penyihir yang memberi sihir, dia bisa memberikan sihir jahat kepada orang yang diinginkan.

Sialnya, Caspian sudah memberikan sihir jahat itu pada Evalyn. Sejak dia bilang akan menuruti Caspian, sihir jahat itu sudah berpindah. Evalyn kini tahu. Dia harus membunuh Caspian.



TBC~

Waduh, Janette menghilang gaes... Dia nyasar kemana lagi yah kira-kira?

Btw sihir jahat itu kyk 'suruhan' dari penyihir jahat gitu. Jadi itu si penyihir kyk hipnotis org, trus dia nyuruh2 hal jahat.

Trus yg kena sihir jahat harus kerjakan apa yg disuruh. Klo nggak diselesaikan sampai batas waktu tertentu ya mereka bakal mati.

______________________________________

30 Januari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top