42. Proses Pendewasaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


'Aku siap hidup denganmu, termasuk melalui semua rollercoaster kehidupan yang akan kita hadapi nanti.'

De Beste Imam

~Thierogiara

***

Andaru membawakan merchandise k-pop yang sudah dibelinya ke hadapan Zahra, Zahra hanya melihat ke dalam paperbag yang Andaru bawa kemudian mendorongnya kembali ke dapan Andaru.

"Aku nggak butuh itu!" kata Zahra enggan menatap Andaru.

Andaru tentu saja melongo, dulu dia sering mengantar Zahra untuk membeli benda-benda tak penting yang baru saja Andaru sodorkan. "Dulu kamu juga nggak butuh, tapi kamu tetep beli kan? Kenapa sekarang aku beliin malah nggak mau?" Andaru bertanya, tapi sepertinya apa yang ia katakana adalah sesuatu yang salah.

"Kok kamu gitu sih?! Kok kamu giniin aku?" Zahra bertanya balik, dia kesal, kenapa Andaru malah membuatnya semakin kesal? Kenapa Andaru sama sekali tak membujuknya dan mengembalikan mood-nya.

"Aku ngapain sih Ra, aku Cuma mau minta maaf itu aja, masalah yang tadi jangan dibesar-besarinlah, aku, kamu kita berdua ada dalam sebuah hubungan yang sakral, kita harus saling memahami Ra," jelas Andaru, sudah saatnya mereka lebih bisa menahan diri untuk menurunkan ego masing-masing.

"Kenapa harus kamu yang gendong?"

"Karena aku ketua kelas." Andaru berkata putus asa, kenapa Zahra masih belum bisa memahami dirinya?

"Kalau kamu ketua kelas emang kenapa? Apa itu bisa jadi alasan buat nyentuh cewek lain?" tanya Zahra.

"Ya maaf kalau menurut kamu itu salah."

Zahra memukul dada Andaru kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar, paperbag Andaru tadi masih saja diabaikan dan Andaru memilih menghela napas kemudian membawa paperbag tersebut ke kamar menyusul Zahra. Andaru kira Zahra sudah berubah, sudah lebih dewasa, namun ternyata masih sama, Andaru masih harus mengeluarkan tenaga ekstra agar Zahra bisa berdamai dengan hal-hal yang terjadi dalam pernikahan mereka.

Andaru masuk kamar meletakkan paperbag berisi marchendise yang ia bawa kemudian berpamitan.

"Aku mau kerja dulu, assalamualaikum," ucap Andaru.

Zahra tak membalas apa pun, gadis itu malah menutup dirinya dengan selimut, dia kesal, sangat kesal dengan Andaru, Andaru menyentuh cewek lain dan Zahra tak bisa terima itu.

***

Sepulang dari bekerja, Andaru memilih mampir ke toko buku, memilih-milih beberapa novel untuk Zahra, istrinya itu adalah penggila novel, semoga yang kali ini berhasil, Zahra bisa memaafkannya dan Andaru bisa hidup tenang.

Setelah memilih sekitar empat novel, Andaru membawanya ke kasir, semua novel yang Andaru pilih adalah cerita yang berbau islami, Andaru sengaja agar Zahra juga tetap bisa belajar meski menghabiskan waktu dengan membaca nove. Saat sampai di kasir, Andaru menyapukan pandangannya, sampai matanya berhenti di sebuah rak di mana series wanita muslimah yang dijamin surga terpajang.

Andaru kemudian berjalan mendekat dan mengambil seluruhnya kemudian membawanya ke kasir dan langsung pulang, Zahra baru hijrah, buku berjudul, Aisya, Khadijah, Fatimah, Maryam, Aminah tersebut pasti sangat berguna untuk Zahra.

Andaru membawa paperbag ke dalam kamar dengan langkah yang lebih cepat, dia sangat penasaran dengan ekspresi Zahra ketika mendapat hadiah darinya.

"Assalamualaikum," sapa Andaru.

Taka da jawaban, kamar juga tampak gelap, Andaru masuk saja meski tak ada respons dari Zahra, sudah hampir magrib namun istrinya itu masih tidur.

Andaru memilih ikut naik ke atas kasur kemudian memeluk tubuh Zahra, Andaru mencium wangi tubuh Zahra dari tengkuk istrinya itu, selalu membuat nyaman, wangi yang menguar dari tubuh Zahra selalu mampu membuat Andaru tenang.

Zahra bergerak, matanya langsung terbuka sempurna saat merasakan tubuhnya dipeluk seseorang, Zahra juga merasa geli di tengkuknya karena ada seseorang yang sedang bernapas.

Zahra menatap tangan yang memeluk tubuhnya, tangan Andaru, jam tangan laki-laki itu belum dilepas, Zahra menghela napas, dia memutuskan diam dan membiarkan Andaru menikmati pelukan itu, Zahra memang tak memiliki alasan untuk menolak karena bagaimanapun Andaru adalah suaminya.

"Maafin aku," ucap Andaru. Laki-laki itu masih setia dengan kegiatannya menghirup tubuh Zahra.

"Kamu udah bangun kan?" tanya Andaru. "Jawab Ra," ujar Andaru.

"Iya aku maafin," ucap Zahra akhirnya.

"Apa aku perlu berhenti jadi ketua kelas?" tanya Andaru.

Zahra menggeleng, gadis itu lantas memutar tubuhnya menghdap Andaru.

"Enggak, maafin aku yang kekanakan, aku nggak pernah siap sama konflik apa pun dalam rumah tangga kita," jelas Zahra.

Andaru menggeleng. "Nggak apa-apa, aku akan selalu tunggu kamu siap." Andaru mengelus rambut Zahra, Zahra selalu cantik, apalagi ketika dilihat dalam posisi sedekat ini.

"Kamu baik banget untuk aku yang kayak gini," ujar Zahra merasa bersalah.

Andaru mencium bibir Zahra, lama, agar istrinya itu berhenti menyalahkan diri sendiri.

***

Selepas isya Andaru membawakan susu pisang untuk Zahra, laki-laki itu mampir mini market selepas pulang dari masjid, susu pisang tersebut sedang viral karena diminum oleh seorang idol k-pop. Andaru yakin, Zahra juga pasti penasaran dengan rasanya.

"Assalamualaikum." Andaru menyapa masuk ke dalam kamar.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," balas Zahra yang berada di dalam kamar, gadis itu sedang duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Oh udah pulang, kirain masih mau ngobrol sama bapak-bapak kompleks," ujar Zahra kembali melanjutkan membacanya.

Andaru berjalan mendekat ke Zahra. "Ini aku bawain susu pisang, coklat sama beberapa cemilan buat kamu," ujar Andaru menyerahkan kantung plastic ke Zahra.

Zahra langsung meletakkan novelnya kemudian membuka apa yang Andaru bawa. "Wah makasih ya Ru," ujar Zahra antusias.

Andaru mengangguk, Zahra mengubah posisi duduknya yang semula selonjoran menjadi bersila, Andaru yang semula tidak sadar sedikit membelalakkan matanya karena ternyata daster yang Zahra kenakan sangat pendek, posisi bersila Zahra membuat paha gadis itu terekspose dan dengan susah payah Andaru menelan ludahnya, pandangan Andaru naik ke atas dan ternyata bahu Zahra juga terbuka sempurna. Andaru memilih memalingkan wajahnya, sekarang bukan saat yang tepat untuk terpesona.

"Ru mau?" Zahra menyodorkan susu pisangnya.

Andaru mengangguk kemudian mengambil alih kotak susu pisang tersebut.

"Oh iya, aku juga beliin sesuatu tadi sore." Andaru berjalan ke meja belajarnya kemudian mengambil paperbag berisi beberapa buku yang ia beli tadi.

"Apaan nih?" tanya Zahra, Zahra langsung mengeluarkan buku-buku yang Andaru beli.

"Ya ampun, aku pengen banget buku-buku ini, kok kamu tau sih?" tanya Zahra.

"Soalnya kan kamu emang suka baca novel, jadi aku inisiatif beliin kamu," terang Andaru.

"Tapi ini banyak banget, emangnya uang kamu nggak habis?" tanya Zahra, harga buku-buku tersebut sama sekali tak murah untuk ukuran anak sekolah seperti mereka.

"Nggak apa-apa, kalau kamu seneng aku juga seneng," ungkap Andaru.

Zahra menyingkirkan semua yang menghalangi mereka lantas memeluk tubuh Andaru. "Makasih, udah mau jadi bagian dari hidupku yang mau ngalah dan mau minta maaf," ucap Zahra.

"Terima kasih juga karena udah jadi istriku dan sosok yang aku cintai," ucap Andaru.

Zahra mengangguk terharus.

"Ra..."

Zahra melepas pelukan menatap Andaru.

"Iya?" tanya Zahra.

"Baju kamu terlalu pendek, aku takut khilaf."

"Nggak apa-apa kok kalau kamu khilaf."

***

Sumpah kayaknya aku nggak sadar pas nulis ini ya semoga kalian suka ya😄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top