14. Peningkatan Hubungan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


'Beberpa hal yang membuat nyaman terkadang justru tak bisa dimiliki.'

De Beste Imam

~Thierogiara

***

Sehabis isya Andaru dan Zahra baru sampai ke rumah, rumah sepi membuat keduanya saling menatap. "Ke mana semua orang?" tanya Andaru.

Zahra menggeleng. "Man ague tau, kan kita di warnet daritadi," ujar Zahra lantas berjalan menuju kamarnya.

Sampai di kamar Zahra ternyata ada sebuah nota temple yang bertuliskan, 'Umi sama Abi lagi ke rumah Oma, jaga diri baik-baik Abi Umi pulang selasa sore.'

Zahra menghela napasnya kemudian langsung membuka pintu kamar dan masuk. "Jadi kita berdua aja di rumah?" tanya Andaru mengikuti Zahra masuk ke dalam kamar.

"Iyalah apalagia." Kata Zahra memperbaiki ikatan rambutnya.

"Bang Fatih sama Bang Al?" tanya Andaru.

"Bang Fatih kayaknya ikut dia kan cucu kesayangan Oma, Bang Al terbang palingan." Zahra mengedikkan bahu, ditinggal di rumah sendirian adalah hal yang lumrah untuk Zahra, dia sudah terbiasa sebenarnya di rumah sendirian, namun karena sekarang ada Andaru jadi Zahra tak benar-benar sendiria. Para asisten rumah tangga juga ada sebenarnya, namun ranah mereka biasanya di dapur dan Zahra juga jadi makan terbang karena meski ada beberapa asisten rumah tangga yang bertugas mengurus rumah, urusan masak memasak tetap dilakukan oleh uminya.

Zahra masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi, sementara Andaru turun ke bawah untuk mandi di kamar mandi lantai satu, dia juga tak ambil pusing dengan dirinya dan Zahra yang hanya tinggal berdua, dia adalah menantu sekarang, rumah itu bisa dikatakan adalah rumahnya juga.

Selesai mandi Zahra turun ke bawah dan langsung bergabung dengan Andaru yang sedang memakan apel di meja makan. "Laper nggak lo?" tanya Zahra.

Andaru mengangguk. "Laper sih," kata Andaru, bagaimana tidak? Mereka sudah membersihkan gudang sampai sedemikian rupa, niatnya tadi mau makan di luar namun Zahra merasa tak nyaman karena tubuhnya lengket berkeringat.

Zahra berjalan menuju kulkas. "Cuma ada indomie, telor, sosis, ck males banget makan ginian," keluh Zahra, dia sudah sering kali makan makanan instan, rasanya hampir mau muntah kalau makan itu lagi itu lagi.

"Makan sate di depan gang aja yuk," ajak Andaru.

Zahra berpikir sejenak, ide bagus. "Yuk deh, daripada mati kelaperan, tunggu sebentar gue ambil cardigan dulu." Zahra berjalan melewati Andaru.

"Ambil hijab sekalian dong," sindir Andaru.

"Nggak! Rambut gue masih basah!!!"

Andaru hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah biasa Zahra membangkang dan tak mendengarkan omongannya, kalau orang tua Zahra saja mempercayakan Zahra pada Andaru, maka Andaru harus percaya diri kalau suatu saat Zahra pasti akan berubah karena pengaruhnya.

Lima menit kemudian Zahra kembali denggan cardigan rajut berwarna mocca, Andaru langsung bangkit lantas berjalan di sisi Zahra sama-sama menuju garasi. Naik motor sekitar tujuh menit mereka sampai ke tempat tukang sate kaki lima depan gang kompleks perumahan. Andaru sudah biasa makan di sana, tidak tahu kalau Zahra.

"Makan di sini aja?" tanya Andaru. Zahra menjawabnya dengan anggukan, dia terlalu malas mencuci piring.

"Ayam, kambing atau sapi?"

"Ayam aja," jawab Zahra, Andaru lantas membuat pesanan pada sang pedagang kemudian kembali ke Zahra dan duduk di sebelah gadis itu.

Keduanya hanya diam, Zahra sibuk memandang jalanan yang banyak dilalui kendaraan bermotor sementara Andaru bermain ponsel.

"Malem gini ternyata dingin juga ya." Zahra merapatkan kardigannya ke tubuhnya. Andaru menoleh untuk menatap Zahra dan memastikan istrinya itu baik-baik saja.

"Abis keramas, makanya dingin." Tanpa Zahra duga Andaru mengambil tangan kirinya kemudian menggenggamnya.

"Biar nggak terlalu dingin," ujar Andaru mengonfirmasi tindakannya itu, Zahra menatap tangannya yang digenggam Andaru, rasanya sangat mustahil namun ini nyata, Zahra masih saja menganggap Andaru adalah temannya yang selalu menjaganya di manapun berada namun kini cowok itu malah menjadi suaminya, menjadi pelindung Zahra yang sesungguhnya.

Perubahan lain Andaru yang sangat Zahra sadari adalah Andaru semakin lembut, cowok dingin itu memiliki semakin banyak kepedulian akan dirinya.

Pandangan Zahra menyusuri tangan Andaru kemudian sampai wajah cowok itu, dulu Zahra adalah yang paling gencar membagikan nomor ponsel Andaru ke cewek-cewek yang menyukai cowok itu, dulu Zahra sangat sering membohongi Andaru tentang lakasinya hingga Andaru kesasar dan berputar-putar di suatu tempat, pokoknya ada banyak kejahilan yang Zahra lakukan hanya cowok itu banyak diam, Andaru tak pernah marah, dia selalu patuh dengan tugasnya, orang tua Zahra menugaskannya menjaga Zahra maka Andaru melakukan tugasnya dengan baik tanpa pernah kesal dengan Zahra.

"Kenapa sih lo memutuskan untuk jadi cowok baik-baik?" tanya Zahra penasaran.

"Menjadi baik itu bukan keputusan, tapi kewajiban, aku selalu yakin kalau kita baik akan bertemu juga dengan orang-orang baik," terang Andaru tersenyum menatap Zahra, poin yang membuat Andaru terlihat sangat menarik sebenarnya terletak pada senyuman itu.

"Iya deh, Cuma gue doang kayaknya yang lo temuin yang nggak baik," ujar Zahra menundukkan pandangannya, kemudian tangannya terasa di remas Andaru.

"Jodoh adalah cerminan diri yang baik akan bertemu yang baik pula, namun bukan tidak mungkin yang tidak baik bertemu dengan yang bisa memperbaiki, semua orang memiliki waktu yang tepat untuk berubah," jelas Andaru berusaha menguatkan Zahra melalui genggaman tangannya. "Lagian yang bilang kamu nggak baik siapa? Sini bawa ke hadapan aku biar aku kasih tau kalau Allah udah hadirkan bidadari ke hidupku," lanjut Andaru.

Sebuah senyum tak jelas terukir di bibir Zahra.

"Tapi boong, hahaha!" Andaru tertawa puas bak seseorang tak ada ahlak.

Zahra langsung mencubit punggung tangan Andaru dengan tangannya yang bebas.

"Bercanda sayang," kata Andaru mendengar itu tanpa sungkan Zahra menempelkan kepalanya ke lengan suaminya, dia sudah banyak kali melalui perjalanan pacaran dengan berbagai jenis cowok, dia juga sudah biasanya berada di sisi Andaru, namun dengan perubahan status mereka, ternyata rasanya ikut berubah. Zahra jadi mengerti apa itu butterfly effect.

***

Paginya, Andaru yang biasanya bangun duluan daripada Zahraa malah dibangunkan oleh Zahra. "Ru,bangun emang nggak salat?" Zahra menepuk-nepuk bahu Andaru.

Perlahan Andaru membuka matanya, senyum langsung merekah setelah sadar wajah Zahra sangat dekat dengan wajahnya. Andaru menarik Zahra masuk ke dalam pelukannya.

"Gila lo?! Mau gue tonjok?!!" ancam Zahra, semuanya sangat tiba-tiba, ini sangat membuatnya terkejut.

"Tumben bangun cepet," ujar Andaru dengan suara seraknya.

Zahra menatap mata Andaru yang balas menatapnya, wajah mereka sangat dekat hingga Zahra bisa merasakan napas Andaru mengenai wajahnya. "Kita kan mau sekolah, gue harus masakin sarapan buat lo, umi lagi nggak di rumah," terang Zahra yang kemudian menempelkan kepalanya ke dada Andaru karena cowok tersebut tak kunjung melepaskannya.

"Baik banget istriku," kata Andaru sembari memjamkan mata. Zahra yang malas bertengkar sepagi ini memilih menyamankan dirinya dan ikut memejamkan matanya. Ini adalah pertama kalinya Andaru memeluk Zahra dan rasanya sangat nyaman.

Sadar kalau mereka dalam posisi itu terus malah akan semakin membuat nyaman, Zahra kembali membuka matanya dan mengangkat kepanya, dua mencubit pipi Andaru.

"Ru, kalau lo nggak bangun bisa-bisa telat ke masjidnya," ujar Zahra gemas, biasanya Andaru bangun sendiri dan matanya langsung segar kenapa sekarang seperti ini?

"Hmmm." Dan Andaru hanya bergumam.

"Ayo dong, entar kita telat juga ke sekolahnya." Zahra masih belum juga melepaskan pipi Andari, Andaru malah menyamankan dirinya bahkan mengubah posisi menjadi menyamping kea rah kanan sambil masih memeluk tubuh Zahra hingga membuat Zahra kaget setengah mati.

"Bilang sayang dong," pinta Andaru terdengar manja, sumpah ini adalah pertama kalinya Zahra mendengar hal memalukan seperti itu keluar dari mulut seorang Andaru.

"Lo tuh kenapa sih?" tanya Zahra heran.

"Minta bilang sayang sama istri sendiri emang salah?" Andaru malah balik bertanya.

"Bangun yuk sayang, entar kamu terlambat ke masjidnya, kayaknya udah mau adzan tuh, sayaaang, sayang Andaruuu." Karena malas berdebat Zahra mau saja menuruti permintaan aneh Andaru.

Andaru tertawa mendengar itu, matanya langsung terbuka lebar kemudian mengecup sekilas bibir Zahra lalu langsung lari ke kamar mandi. Zahra tertegun di tempatnya, sepagi ini dua kali dia dibuat terkejut oleh Andaru.

"Andaru!!! Lo kok jadi gini sih! Suka-suka lo aja ya! Gue nggak terima!!" teriak Zahra, namun Andaru hanya menanggapinya dengan tertawa di dalam kamar mandi.

***

Andaru turun ke bawah untuk sarapan setelah Zahra mengiriminya pesan kalau sarapan sudah siap. Zahra yang tadi pagi berteriak-teriak tak terima sepertinya sudah melupakan apa yang terjadi karena sibuk memasak.

"Masak apa kamu?" tanya Andaru menarik kursi.

"Goreng nugget, terus ada nasi goreng sosis juga. Lo cobain deh." Zahra membalik piring yang ada di hadapan Andaru lantas menuang nasi ke atas piring itu.

Gadis yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya itu lantas mendudukkan dirinya di kursi sebelah kursi Andaru. "Gimana?" tanyanya menunggu respon Andaru.

"Enak banget," puji Andaru.

"Kan gue sih udah percaya sama diri gue sendiri tadi," kata Zahra yang latas mengambil makannya sendiri.

"Tapi ada yang lebih enak," celetuk Andaru membuat Zahra menghentikan pergerakannya.

"Apa?"

Andaru menunjuk pipinya sendiri meminta Zahra untuk menciumnya.

"Ogah." Karena Zahra menolak maka Andaru yang menarik kepala cewek itu kemudian mendaratkan ciuman ke pipi Zahra.

"Sumpah, lo berubah," kata Zahra menggelengkan kepala tak habis pikir.

***

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jangan lupa vote & comment.

Udah baper?

Wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top