11. Tentang Sesuatu yang Kamu Tidak Tahu
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
'Kamu tak perlu mengerti soal perasaanku, hanya saja ketika akad terucap saat itu artinya aku siap bertanggung jawab.'
~Andaru
De Beste Imam
~Thierogiara
***
"Andaru sama Zahra mau pindah," ujar Andaru, seketika semua orang yang baru saja selesai melaksanakan sarapan pagi tersebut menoleh menatapnya, semua memasang tampang bertanya.
"Zahra kan sudah jadi tanggung jawab Andaru, jadi Andaru mau bawa Zahra tinggal berdua," lanjut Andaru menjelaskan, benar bahwa Zahra adalah tanggung jawab Andaru, namun melepas keduanya untuk menjalani rumah tangga yang sebenarnya tak pernah ada dalam pikiran Arifin, dia mungkin sangat ikhlas anaknya menikah dengan Andaru, tapi di sisi lain dia masih belum yakin dua untuk melepas dua bocah tersebut.
"Kamu mau ajak dia tinggal di mana?" tanya Arifin.
"Di kompleks perumahan Indah Permai," jawab Andaru, tadi malam dia menghubungi salah satu teman yang orang tuanya memiliki sebuah kompleks perumahan untuk disewa.
"Abi tidak izin," pungkas Arifin bangkit dari duduknya. Pokoknya dia tidak mau Andaru dan Zahra hanya tinggal berdua saja.
"Kenapa?" Andaru membalik badannya untuk mendapat jawaban dari Arifin, Arifin kemudian berbalik untuk kembali menghadap ke arah meja makan.
"Karena kalian berdua adalah anak Abi dan Abi masih ingin tinggal dengan kalian, jangan tanya lagi, nanti kalau Abi sudah izin, Abi akan langsung sampaikan," terang Arifin yang kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.
"Baik kalau gitu Bi," ujar Andaru mengerti, dia kemudian menatap Zahra yang duduk di depannya kemudian menaikkan satu alisnya, karena sebenarnya bukan Andaru yang tak bertanggung jawab, namun orang tua Zahralah yang tak mengizinkan.
Sebelum menikahi Zahra, Andaru sudah mempersiapkan segalanya dan sudah membicarakannya dengan Arifin, sedari awal dia juga sudah tahu kalau Arifin pasti akan menolak perminataannya. Karena sebelum menikah Arifin memberitahu kalau mereka menikah, namun status mereka tetaplah anak yang memiliki orang tua, jadi tanggung jawab masih akan sepenuhnya dipegang oleh orang tua mereka.
Andaru tidaklah sembarangan menikahi anak gadis orang, cowok itu memiliki beberapa pekerjaan di antaranya adalah fotografer, operator warnet milik orang tua Zahra, juga kadang-kadang mengajar ngaji di sekolah tahfiz dekat rumahnya. Andaru sengaja mengambil beberapa pekerjaan karena memang dia sadar kedua orang tuanya tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya yang semakin lama semakin banyak. Dan Andaru tak ingin terus terjebak di lingkungan orang tuanya hidup.
"Yuk berangkat," ajak Andaru, Zahra tak membantah dia langsung bangkit dari duduknya kemudian mengikuti Andaru dari belakang.
"Bukan aku yang nggak mau, tinggal di rumah keluarga kamu itu udah jadi perjanjian aku sama kedua orang tua kamu dari kita sebelum nikah," jelas Andaru, Zahra mengerutkan keningnya bigung, saat itu yang menikah kan bukan Andaru, tapi kenapa dia juga tidak tahu?
"Kok gue nggak tau?" tanya Zahra menerima helm yang Andaru sodorkan.
"Ya kan waktu itu ngomongnya Cuma sama aku," ujar Andaru.
"Kok bisa? Kan gue juga ikut andil dalam hubungan ini, nggak adil banget!!" protes Zahra.
"Emangnya kamu mau nerima pernikahan ini? Sejak awal kamu menentang Zahra, jadi seringkali pembicaraan soal pernikahan nggak ada kamunya," jelas Andaru.
Zahra memanyunkan bibirnya. "Kalian sih jahat banget sama gue, padahal kan ini hidup gue," ungkap Zahra, dia sungguh tak menyangka kalau di balik santainya Andaru sudah ada persekutuan dengan kedua orang tuanya.
"Nggak jahat, kalau kamu terlalu dilibatkan yang ada acaranya benar-benar berakhir," kata Andaru membuat Zahra merasa semakin disudutkan.
Gadis itu naik ke boncengan Andaru. "Nanti gue bakal bilang sama abi, kita harus tetap pindah."
"Ya udah coba aja," celetuk Andaru, bukannya dia ingin meremehkan Zahra, tapi kalau permintaannya saja tidak diizinkan, apalagi Zahra, Arifin sangat-sangat tidak percaya dengan Zahra, kecil kemungkinannya Arifin akan percaya dengan anak perempuannya itu.
"Terus apalagi yang udah lo bicarain sama abi umi?" tanya Zahra, memang seharusnya dia lebih awal curiga mengapa Andaru begitu akrab dengan kedua orang tuanya, bahkan begitu selesai nikah sudah langsung memanggil keduanya dengan sebutan abi umi. Ternyata di balik itu semua sudah ada kerjasama yang tak Zahra sangka-sangka.
"Soal anak, masa depan kita dan hal-hal standar lainnya soal rumah tangga, soal gajiku juga," terang Andaru.
"Soal anak?" Andaru memelankan laju motornya karena sepertinya Zahra ingin mengobrol lebih panjang.
"Iya, kamu nggak boleh hamil sampai umur kamu pantas untuk hamil, mereka sebenarnya membebaskan aku akan dirimu, tapi aku berkomitmen kalau nggak akan nyentuh kamu sampai waktunya tepat," jelas Andaru.
"Selepas akad bukannya waktunya udah tepat?" tanya Zahra.
Andaru menggeleng, namun dia tidak memberikan penjelasan akan hal itu.
"Di masa depan apa masih akan kayak gini?" tanya Zahra kemudian Andaru membalasnya dengan anggukan yakin, satu-satunya hal yang tak ingin Andaru lakukan selepas dia menikah dengan Zahra adalah melepaskan istrinya itu. Andaru tak pernah tertarik dengan wanita dan cinta, mememiliki kesempatan untuk memulai suatu hubungan dengan Zahra adalah kesempatan baik bagi Andaru, jadi dia tidak akan melewatkan kesempatan ini begitu saja.
***
Permasalahan dengan Andaru dan keluarganya selalu membuat Zahra tidak fokus, hari ini pun dia benar-benar tidak fokus dengan pelajarannya, beberapa hal menganggu pikirannya, satu sisi Andaru sangat baik, di masa depan Zahra belum tentu menemukan cowok seperti Andaru, namun di sisi lain dia takut, takut kalau tak bisa menikmati hidup seperti remaja pada umumnya.
Andaru sangat menghargainya sebagai wanita, seharusnya itu saja bisa menjadi alasan untuk Zahra bertahan, namun dia masih enggan bertahan karena bagaimanapun, Zahra adalah Zahra, hidupnya jauh lebih penting dari hidup siapa pun.
Bel berbunyi dengan tidak semangatnya Zahra memberesi buku-buku dan alat tulisnya.
"Mall yuk," ajak Ola.
"Kuy lah udah lama," timpal Veby.
"Lo lagi Ra, gila udah lama banget kayaknya lo nggak ikut kita, ada urusan apa sih lo?" tanya Veby, Zahra selalu mengatakan kalau dia tak bisa ikut karena ada urusan maka kini Veby dan Ola penasaran dengan urusan Zahra.
"Gue nggak bisa, ada urusan sama abi," ucap Zahra membuat Veby dan Ola seketika menghela napas kecewa, sudah biasa bertiga saat hanya melakukannya berdua membuat keduanya seolah merasa ada yang hilang.
"Oke deh, kita duluan ya," pamit Veby dan Ola yang langsung meninggalkannya.
Kalau biasanya Zahra yang menunggu Andaru, kini Andaru sudah berdiri di depan kelas Zahra.
"Kalau emang mau main sama temen, main aja lagi," ujar Andaru.
"Nggak, gue mau ngomong sama abi, kita harus pindah dan hidup sebagaimana mestinya, gue udah males satu kamar sama lo."
"Kalaupun kita pindah kita akan tetap menempati kamar yang sama." Karena Andaru yang memiliki uang, Andaru yang menyewa rumah, maka kendali ada di tangan Andaru.
"Lo yakin? Gue sering tidur tangtopan doang, selama ini gue pake baju tidur karena ngehargain lo yang satu kasur sama gue."
"Orang tua kamu ngebebasin kamu ke aku," kata Andaru.
"Jadi maksud lo?" Dan Andaru hanya membalasnya dengan kedikan bahu.
"Lo bilang lo mau komitmen nggak mau nyentuh gue!!" Zahra mulai nyolot.
"Komtmen bisa dipatahkan dengan apa pun, lagipula kamu istriku," kata Andaru santai.
"Ck!!" Zahra menyikut perut Andaru tak terima, kemudian berjalan cepat meninggalkan Andaru di belakang.
Sementara Andaru hanya terkekeh melihat langkah Zahra yang sedikit dihentakkan karena kesal, apa pun itu, Andaru adalah orang yang memegang teguh prinsip dan komitmen yang tadi itu hanya bercanda.
***
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf baru update lagi, jangan lupa vote & comment ya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top