Lima Belas
'Hell is Beautiful isn't it?'
☘️
Plak!!
Satu tamparan sukses mendarat pada pipi kanan pemuda berambut merah. Tubuhnya ikut terhampas pada lantai dingin membuat siapa saja tahu bahwa tamparan itu bukanlah lolucon semata.
"Sial Yoongi apa-apaan?!" yang paling tua membawa tubuhnya untuk menghentikan aksi Yoongi. Ia berdiri diantara si pucat dan adiknya yang kini tengah berusaha bangkit dari jatuhnya.
Seokjin terkejut, ia baru saja sampai dan kini matanya melihat pemandangan mengerikan diruangan mereka.
"Aku menyuruhnya menjaga Jungkook, tapi apa yang aku lihat disini, anak itu tidak ada!"
Matahari sedang menampakan wajahnya diluar. Panas yang menyapa bumi setelah banyaknya hari yang dilewati dengan salju, mungkin bunga ume sedang mekar dan sangat indah jika dilihat.
Tetapi, disini, ruangan bahwa tanah masih terasa dingin menusuk tulang. Hoseok berusaha bangkit dari lantai. Bisa ia kecap amis darah dari sudut bibirnya membuat ia meringis bukan main.
Yoongi lagi-lagi menghampiri si rambut merah, tangan dinginnyaa ia bawa pada dagu yang paling muda. Ia tekan kedua jarinya pada sisi wajah membuat Hoseok menatap sayu kakaknya. "Dasar tolol, apa saja yang kau lakukan selama ini, hah?!"
"H—hyung... Ku mohon, ini menyakitkan. Aku sudah memberikan pengamanan ekstra pada rumah sakit. Aku sudah berusaha." Hoseok menangis. Benar-benar menangis. Wajahnya terlihat berantakan dengan air mata yang terus mengalir.
"Tutup mulut mu!"
Beberapa lebam terlukis di tangannya. Tidak di pukul, hanya saja Yoongi menyeretnya sejak mereka turun dari mobil membuat pergelangan tangannyaa membiru akibat cengkraman Yoongi.
Bukan hanya Hoseok, bahkan Taehyung dan Jimin sudah terdampar tak sandarkan diri di sudut ruangan. Lantas bagaimana dengan Namjoon?
Pemuda berlesung pipi itu masih berada di Jepang karena rapat kerja yang diundur jadwalnya.
Saat Yoongi mengaktifkan ponsel miliknya, ratusan panggilan tak terjawab dan puluhan pesan membuat si pucat terkejut. Tetapi, yang paling membuatnya harus memaksa pulang di detik itu juga adalah, pesan yang memberitahukan bahwa Jungkook hilang setelah operasi mata.
Yoongi di buat murka seketika.
Mengapa tak ada satupun yang menunggu izinnya untuk melakukan operasi sialan itu?
Melihat Hoseok yang mungkin bisa saja bernasib sama dengan kedua adiknya yang lain membuaat Seokjin was-was. Ia memgambil sesuatu dari jas dokter miliknya, berbalik, menarik cairan dalam botol kecil dengan terburu-buru untuk masuk pada jarum suntik.
Dengan dosis tinggi yang ia masukan, Seokjin sedikit berlari, ia menarik rambut Yoongi ke belakang mambuat cengkraman tangan si pucat terlepas. "Apa-apaan kau—"
Jleb!!
Cepat. Terlalu cepat, dan Yoongi tidak bisa menghindari Seokjin yang sukses menancapkan suntikannya pada leher tepat di sebelah jakun sang adik.
Hanya dengan waktu beberapa saat Yoongi sudah tergeletak tak sadarkan diri. Dengan cepat Seokjin membawanya, memasukannya pada ruangan perawatan khusus yang ada di rumah mereka. Karena Trivam Propofol yang Seokjin suntikan sedikit melebihi dosis, ia harus terus menjaga perkembangan sistem syaraf otak dan jantung si pucat.
"Hyung?" Suara Hoseok terdengar lirih. Seokjin yang telah selesai memasangkan beberapa alat ditubuh Yoongi berbalik, menatap iba adiknya yang menjadi bulan-bulanan Yoongi.
"Aku akan merawat mu."
Saat Seokjin ingin meraih lengan Hoseok, pemuda itu mundur. Si rambut merah menggelengkan kepalanya membuat Seokjin heran. "Tolonglah Jimin dan Taehyung terlebih dahulu, mereka kedinginan hyung."
Padahal anak itu sudah berjalan dengan pincang, bisa jadi kakinya terlikir akibat tendangan kakaknya. Suaranya terdengar sedikit bergetar dan napasnya sesak, Tidak mungkin kan Yoongi membuat rusuk anak itu patah?
Tetapi kini Hoseok lebih mementingkan Jimin dan Taehyung yang bahkan hanya mendapatkan beberapa lebam di wajah mereka.
"Tunggulah disini, aku akan membawa mereka."
Hoseok mengangguk. Kini, ia membawa tubuhnya untuk bersandar pada sofa hitam kesukaan Yoongi. Dirinya yang berhadapan langsung dengan ranjang putih membuat air matanya lagi-lagi tak bisa ia bendung.
Ini adalah salahnya.
Bahkan kedua adiknya, Jimin dan Taehyung terkena imbas dari kesalahan yang ia perbuat.
"Kookie..." serunya lirih.
Retinanya menatap Yoongi yang terbaring tenang. Ia tidak marah pada kakak dinginnya itu. Hoseok juga tidak akan kecewa atas perbuatan Yoongi padanya hari ini, karena ia tahu, seorang Min Yoongi yang marah dan mengamuk akan membabi buta seperti orang lain yang tak bisa mereka kenali kembali.
Rasa cemasnya menjadi nyata. Kelalaiannya membuat mereka melihat kembali sisi paling gelap seorang Yoongi yang telah lama berusaha mereka kubur.
Salah satu solusi membuat Yoongi tenang adalah dengan membiusnya seperti tadi. Tindakan ini bukanlah hal baik, mengingat bius yang di pakai bisa berakibat fatal. Hoseok sebelumnya berusaha mengulur waktu, membiarkan tubuhnya menjadi samsak hidup Yoongi, agar tidak membuat kedua adiknya target si pucat hingga Seokjin tiba dirumah.
"Hoseok?" panggil Seokjin pelan.
Si rambut merah mendeham, ia berusaha membalikan tubuhnya. Ia mati-matian menahan sesak pada dada kirinya saat ini. "Apa kau sudah selesai?" ucapnya disertai batuk yang mulai terdengar.
"Mereka baik-baik saja, tidak ada yang serius. Hanya lebam di bagian wajah dan itu bukanlah masalah."
Dibawanya tubuh Hoseok terbaring pada ranjang tepat di sebelah kanan Yoongi, "Ku buka."
Seokjin mengunting bagian depan baju Hoseok. Bisa ia lihat, warna biru disertai hitam sebesar telapak tangannya menghiasi kulit putih adiknya. Ia menekannya perlahan, membuat si rambut merah mengerang kencang.
"Semoga ini tidak merusak paru-paru mu." Seokjin memasangkan alat bantu pernapasan. Tak lupa Seokjin memberikan obat pereda nyeri, agar Hoseok tidak mengerang terus menerus. Ia menyiapkan alat rontgen demi memeriksa tulang rusuk adiknya.
"Hanya patah, tidak sampai menusuk organ mu yang lain. Aku akan merawat kalian hingga sembuh, mungkin aku akan mengambil cuti juga dirumah sakit." ucap Seokjin msnatap layar komputer miliknya.
"H—yung, bagaimana dengan Jungkook?"
Sial! Hoseok ingin sekali mengumpat karena dadanya terasa begitu nyeri.
"Fokus saja pada kesehatan mu saat ini. Aku akan mendiskusikan masalah Jungkook pada Namjoon."
Seokjin membantu Hoseok mengganti pakaiannya. Si sulung telah mengambil satu set piyama hitam di lemari dalam kamar si rambut merah beberapa waktu lalu. "Aku akan keluar, kau istirahat lah," terakhir ia menyuntikan kembali obat pereda rasa sakit pada tubuh Hoseok. Karena ia merasa adiknya masih kesakitan dan sulit untuk bernapas.
.
.
.
Tak terasa setelah menghabiskan banyak waktu, saat ini malam sudah menyapa dengan bulan besar yang bertengger di atasnya.
Seokjin telah membersihkan tubuhnya, sekarang ia tengah menikmati nikotin, yang terbakar di sela jari-jarinya pada balkon kediaman mereka.
Menunggu seseorang yang akan mengangkat panggilan ke tiganya. Seokjin menggemeretakkan giginya tanda ia begitu kesal. Hinggga panggilan ke lima akhirnya seseorang mengangkat, "Kim Namjoon! Dasar bajingan sialan! Mengapa kau membuat ku bekerja ekstra hah?!"
"Wow! Hyung tenanglah ada apa ini, mengapa kau marah padaku?" Namjoon berseru. Ia sedikit menjauhkan ponselnya larena teriakan Seokjin begitu memekakkan.
"Mengapa kau membiarkan Yoongi pulang sendirian? Sial." Ucap Seokjin marah. Ia mengigit filter busa pada rokoknya guna melaampiaskan emosinya.
"Yoongi hyung yang melarangku. Ia menyuruhku untuk menghadiri rapat yang ditunda karena Anak CEO itu tidak hadir kemarin."
Seokjin lemas, ia merosotkan tubuhnya di lantai dingin rumah mereka. Kini ia menunduk, menenggelamkan wajah pada kedua lututnya yang ia lipat, "Apa kau tahu jika Jungkook hilang?"
"Aku mengetahuinya. Itulah mengapa Yoongi hyung menyuruhku menetap. Ia mencurigai seseorang dan aku akan pergi menyelidikinya saat rapat selesai."
Si sulung menghela napasnya kasar. Ia tak bisa berkata apapun jika memang itu alasannya, tetapi dari keputusan adik pucatnya itu lah, ssmua terasa begitu menyakitkan saat ini.
"Jimin dan Taehyung babak belur, dan Hoseok mengalami patah tulang rusuk. Yoongi kehilangan kendali dirinya. Kau tahu, kita sudah berjanji tidak akan membuatnya seperti itu lagi. Mau tidak mau, aku harus melakukan bius kembali," Seokjin menangis, lebih tepatnya ia merasa bersalah karena melalukan hal yang ia tahu resikonya.
"Aku takut ia akan koma seperti sebelumnya."
༺༻
TBC
Gimana? Gimana?
Apakah semakin mendebarkan atau semakin aneh? Wkwkwk.
Oh, aku ingin bertanya, menurut kalian apakah BTS di project series nanti lebih baik di buat villain atau tidak ya?
Silahkan berikan pendapat kalian.
Jangan lupa untuk tinggalkan banyak bintang dan komentar. 🤗❤️❤️
'IndahHyera
07082022'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top